BAB 1
LANDASAN TEORI ASFIKSIA
1.1 Tinjaun
Medis
1.1.1 Pengertian
Asfiksia
adalah perubahan patologis yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dalam udara
pernafasan, yang mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnia (Noswantari, 1998)
Asfiksia
adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bisa bernafas dengan spontan dan
adekuat (Hanafi, 1994)
Asfiksia
neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir dilahirkan tidak segera
bernafas secara spontan teratur setelah dilahirkan, disebabkan karena otak
mengalami hipoksia, iskemia dan hiperkapnia selanjutnya dapat menyebabkan
terjadinya edema otak dan bermacam gangguan sirkulasi secara klinis ditandai
dengan APGAR rendah dan asidosis ( Alimul Aziz, 2006)
1.1.2
Etiologi
1)
Faktor ibu
Meliputi
: Amnionitis, anemia, diabetes, hipertensi yang diintuksikan oleh kehamilan, obat-obatan dan
infeksi, gizi buruk
2)
Faktor uterus
Meliputi : Persalinan
lama, presentasi janin abnormal
3)
Faktor Plasenta
Meliputi : Plasenta
previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta
4)
Faktor umbilical
Meliputi :
Prolaps tali pusat, lilitan tali pusat
5)
Faktor janin
Meliputi :
Disporposi sefalopelvik, kelainan congenital, kesulitan kelahiran
1.1.3
|
Web Of
Caution
Prematur dapat disebabkan karena faktor ibu, bayi,uterus
dan plasenta, bayi yang lahir prematur mengalami imaturitas pada alat-alat
pernafasan, imunitas dan alat-alat pencernaan. Pada alat pernafasan surfaktan
belum terbentuk secara sempurna, sehingga bayi tidak dapat benafas secara
spontan mengalami penurunan O2 dan peningkatan CO2
sehingga bayi mengalami asfiksia. Bayi yang mengalami asfiksia mengalami
penurunan O2 dalam jaringan sehingga menyebabkan metabolisme
anaerob,endotel kapiler dan duktus alveolus rusak mengalami transudasi membentuk
fibrin, sehingga jaringan menjadi nekrotik, melapisi alveoli dan mengalami
gangguan pertukaran gas. Penurunan O2 dalam jaringan menyebabkan
cyanosis sehingga menyebabkan gangguan pertukaran gas. Penurunan O2
menyebabkan O2 dalam otak berkurang sehingga menyebabkan sesak nafas
dan terjadi pola nafas tak efektif. Imaturitas imun mengakibatkan terjadinya
risti infeksi.Imaturitas alat-alat pencernaan bentuk lambung yang kecil, enzim
tidak terbentuk sempurna mengakibatkan penurunan kemampuan mencerna protein dan
absorbsi nutrisi dan juga reflek menghisap yang masih lemah mengakibatkan
nutrisi tidak adekuat dan terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Prematur
juga terjadi imaturitas system termoregulasi yang ditandai dengan hipotalamus
belum sempurna mengalami gangguan pengaturan suhu tubuh dan mengakibatkan
ketidakefektifan termoregulasi
1.1.4
Klasifikasi
1)
Asfiksia Ringan (Vigorous Baby)
Yaitu : APGAR skore 7-10 dalam hal ini bayi dianggap
sehat, tidak memerlukan tindakan istimewa
2)
Asfiksia Sedang (Mibel Moderete
Asfiksia)
Yaitu : APGAR
skore 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung kurang dari
100x/menit, tonus otot kurang baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada
3)
Asfiksia Berat
Yaitu : APGAR
skore 0-3 pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung <
100x/menit,tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada
TANDA
|
Score
|
||
0 - 3
|
4 - 6
|
7 - 10
|
|
Frekuensi
jantung
Pernafasan
Tonus otot
Reflek
Warna kulit
|
Tidak ada
Tidak ada
Lumpuh
Tidak ada
Biru / pucat
|
< 100x /menit
Berobat tidak
teratur
Ekstermitas agak
fleksi
Gerakan sedikit
Tubuh kemerahan,
ekstermitas biru
|
> 100x /menit
Menangis kuat
Gerakan aktif
Gerakan kuat /
melawan
Seluruh tubuh
kemerahan
|
1.1.5
Manifestasi Klinis
1)
Pernafasan terganggu
2)
Detak jantung menurun
3)
Reflek atau respon melemah
4)
Tonus otot menurun
5)
Warna kulit biru atau pucat
6)
Kejang
7)
Kegagalan system multi organ
1.1.6 Pemeriksaan
Penunjang
1)
Hb 15 – 20 gr/dl
2)
HCT 43 – 61 %
3) Jumlah sel darah 120 / m3
neotrofil sampai 23.000 – 24.000 /mm3 hari pertama setelah lahir
4) Bilirubin total 6 mg/dl hari pertama
kehidupan, 8 mg/dl : 1 – 2 hari, 12 mg/dl pada hari ke 3 – 5
5) Destruksi tetes glukosa pertama selama 4 –
6 jam pertama setelah lahir rata – rata 40 – 50 mg/dl meningkat 60 – 70 mg/dl
pada hari ke 3
1.1.7
Penatalaksanaan
1)
Mengobservasi bayi yang telah
berhasil diresustasi untuk kelompok tanda – tanda berikut :
a.
Pernafasan spontan tidak ada
b.
Aktivitas kejang pada 12 jam
pertama setelah lahir
c.
Penurunan atau peningkatan
haluaran urine
d.
Perubahan metabolic
e.
Peningkatan TIK
2)
Mengurangi stimulus lingkungan
yang merigikan
3)
Memantau tingkat reaksi,
aktivitas, tonus otot dan postur bayi
4)
Memberi obat – obatan yang
diprogramkan, misal obat anti kejang
5)
Memberi dukungan pernafasan
6)
Memantau komplikasi
a.
Ukur dan catat asupan dan
haluaran untuk mengevaluasi fungsi ginjal
b.
Periksa setiap berkemih ( darah
)
c.
Periksa setiap feses ( darah )
d.
Lakukan penentuan glukosa darah
untuk mendeteksi hipoglikemia
7)
Memberi dan mempertahankan
cairan intra vena
8)
Memberi penyuluhan dukungan
emosional
1.1.8
Komplikasi
1)
Perdarahan otak
2)
Oliguria
3)
Hiperbilirubinemia
4)
Kejang sampai koma
5)
Pneumothoraks
1.2
Konsep Inkubator
1.2.1
Pengertian Inkubator
Inkubator adalah lemari logam
yang berdiri di atas roda. Inkubator dapat dimasuki dari dua arah yang
dilengkapi dengan kipas angin sederhana, sistem pemans dan panel pengontrol.
Dan juga dalam inkubator terdapat beberapa lubang pintu yang dapat dilalui bayi
sehingga tidak banyak mengakibatkan hilangnya panas dan zat asam. Di sekitar
pintu terdapat lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai jalan masuk pipa,
kabel, alat pemantau di dalam inkubator (Barbara Glover dan Christine Hodson,
1995; 63).
1.2.2
Cara Menggunakan
Inkubator
Melakukan perawatan bayi dalam inkubator merupakan cara
memberikan asuhan keperawatan. Bayi dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi
membantu terciptanya suhu lingkungan yang cukup dengan suhu normal. Dengan penatalaksanaan perawatan di dalam
inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka.
1)
Inkubator Terbuka :
(1)
Pemberian inkubator terbuka
dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada bayi
(2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan
keseimbangan suhu normal dan kehangatan
(3)
Membungkus dengan selimut
hangat
(4)
Dinding keranjang ditutup
dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara
(5)
Kepala bayi harus ditutup
karena banyak panas yang hilang melalui kepala
(6)
Pengaturan suhu inkubator
disesuaikan dengan berat bahan bayi.
2)
Inkubator Tertutup :
(1)
Inkubator harus selalu tertutup
dan hanya dibuka apabila dalam keadaan tertentu seperti anpea dan apabila
membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen selalu tersedia.
(2) Tindakan perawatan dan pengobatan
diberikan melalui hidung
(3)
Bayi harus keadaan telanjang
(tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi
(4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat
badan dan kondisi tubuh
(5)
Pengaturan oksigen selalu
diobservasi
(6) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan
yang hangat kira-kira dengan suhu 27 o C.
1.2.3
Pengaturan Suhu Inkubator
Berat Badan Lahir (gram)
|
0 – 24 jam
( 0 C )
|
2 – 3 hari
( 0 C )
|
4 – 7 hari
( 0 C )
|
8 hari
( 0 C )
|
1500
|
34 – 36
|
33 – 35
|
33 – 34
|
32 – 33
|
1501 – 2000
|
33 – 34
|
33
|
32 – 33
|
32
|
2001 – 2500
|
33
|
32 – 33
|
32
|
32
|
> 2500
|
32 – 33
|
32
|
31 – 32
|
32
|
Keterangan :
Apabila suhu kamar 28 – 29
derajat celcius hendaknya diturunkan 1 derajat celcius setiap minggu dan
apabila berat badan bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat di luar
inkubator dengan suhu 27 derajat celcius.
1.3 Tinjauan Asuhan
Keperawatan
1.3.1 Pengkajian
1) Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas atau istirahat
Bayi ampak semi koma saat
tidur, menangis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (
REM ), tidur sehari – hari 20 jam
b. Sirkulasi
Tanda : Rata
– rata nadi pada 12 – 14 jam setelah kelahiran dapat berfluktuasi dari 70 – 100
( tidur ) sampai 180 ( menangis ) pada 4 – 6 jam meningkat sampai 120, nadi
perifer mungkin lemah
c. Eliminasi
Tanda :
Abdomen lunak tanpa distensi, bising usus aktif sampai beberapa jam setelah
kelahiran, urin tidak berwarna atau kuning pucat
d. Makanan atau cairan
Tanda :
BB rata – rata 2500 – 4000 gram, penurunan BB diawali ≤ 40 %, saliva dimulut
banyak, paltum keras
e. Neurosensori
Tanda :
Lingkar kepala 32 – 37 cm, kontanel anterior dan posterior lunak atau datar,
kaput suksedanium mungkin ada selama 3 – 4 hari, kelopak mata mungkin edema,
subkonjungtiva haemoragi, fenomena mata boneka sering ada, bagian telinga atas
sejajar dengan bagian dalam dan luar kantung mata, pemeriksaan neurologis
adanya reflek masa, plantar palmar, babinski
f. Pernafasan
Tanda :
Takipnea sementara dapat terlihat, cuping hidung ringan kadang terlihat,
retraksi interkostal, substernal atau subkostal menandakan distres pernafasan
g. Keamanan
Tanda : Sefal hematom dapat
tampak sehari setelah kelahiran
h. Seksualitas
Tanda :
Labia agak kemerahan / edema, testis turun, skrotum tertutup, kadang fimosis
1.3.2 Rencana Asuhan Keperawatan
1.3.2.1 Diagnosa
: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan surfaktan paru yang tidak adekuat
Tujuan :
Tidak ada kesulitan bernafas
Kriteria
Hasil :
(1). PaO2 dalam batas normal
(2). Frekuensi pernafasan dalm batas normal
Intervensi dan Rasional :
(1). Pertahankan pernafasan dan pantau jantung
R : Sianosis dan takikardi biasanya timbul sebagai hasil dari demam,
dehirasi dan hipoksemia
(2). Pantau warna kulit, mukosa dan kuku
R : Sianosis kuku menggambarkan vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap
demam
(3). Pantau konsentrasi oksigen setiap jam dan
monitor ABG
R : Untuk
memantau perubahan proses penyakit
(4). Berikan O2 dengan kap oksigen
R : Pemberian terapi O2 untuk menjaga PaO2 di atas
60 mmHg, O2 yang diberikan sesuai dengan toleransi pasien
1.3.2.2 Risiko tinggi hipotermia dan
hipertermia berhubungan dengan
sistem pengaturan suhu tubuh yang belum
matang
1)
Batasan karakteristik
Mayor (80% - 100%)
Hipotermia :
(1)
Penurunan suhu tubuh di bawah
35.50 C (960 F) per rectal
(2)
Kulit dingin
(3)
Pucat (sedang)
(4)
Menggigil (ringan)
Hipertermia
(1)
Suhu lebih tinggi dari 37,80
C (1000 F) per oral
atau 38,8 0 C (1010 F) per rektal
Minor (50% - 79%)
Hipotermia
(1) Kebingungan mental atau mengantuk atau
gelisah
(2)
Nadi dan pernafasan menurun
(3)
Kakeksia atau malnutrisi
Hipertermia
(1)
Kulit kemerahan
(2)
Hangat pada sentuhan
(3)
Peningkatan frekuensi
pernafasan
(4)
Takikardia
(5)
Menggigil atau merinding
(6)
Dehidrasi
2)
Tujuan
Menjaga suhu tubuh dalam batas
normal yaitu 36 – 37 5 o
C
3)
Kriteria hasil :
Bayi akan :
(1) Mempertahankan suhu tubuh normal 36 – 37 5 o C
(2)
Akral hangat
(3)
Tidak sianosis
(4)
Badan berwarna merah
4)
Implementasi dan Rasional
(1) Observasi suhu dengan sering, ulangi
setiap 5 menit selama penghatan ulang
R : Hipotermia membuat bayi cenderung pada
stress dingin, penggunaan simpanan lemak coklat yang tidak dapat diperbaiki
bila ada dan penurunan sensitivitas untuk meningaktkan kadarCO2
(hiperkapnea dan penurunan kadar O2 (hipoksia)
(2) Perhatikan adanya takipnea atau apnea,
cyanosis, umum, akrosianosi atau kulit belang, bradikardia, menangis buruk,
letargi, evaluasi derajat dan lokasi icterik
R : Tanda-tanda ini menandakan stress dingin
yang meningkatkan O2 dan kalori serta membuat bayi cenderung pada
asidosis berkenaan dengan metabolic anaerobic
(3) Tempatkan bayi pada penghangat, isolette,
incubator, tempat tidur terbuka dengan penyebar hangat, atau tempat tidur bayi
terbuka dengan pakaian tepat untuk bayi yang lebih besar atau lebih tua
R : Mempertahankan
lingkungan termometral, membantu mencegah stress dingin
(4)
Gunakan
lampu pemanas selama prosedur. Tutup penyebar hangat
atau bayi dengan penutup plastic atau kersta aluminum bila tepat. Objek panas
berkontak dengan tubuh bayi seperti stetoskop
R : Menjaga suhu tubuh bayi dalam batas normal
(5)
Ganti
pakaian atau linen tempat tidur bila basah. Pertahankan
kepala bayi tetap tertutup
R : Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi
1.3.2.3
Diagnosa
: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan relek menelan dan
menghisap lemah
Batasan
Karakteristik :
1.
Mayor (harus terdapat)
Seseorang yang mengalami puasa dilaporkan atau mempunyai
ketidakcukupan masukan makanan, kurang dari yang dianjurkan sehari-hari (RDA)
dengan atau tanpa terjadinya penurunan berat badan dan atau kebutuhan metabolic
actual atau potensial pada kelebihan masukan terhadap penurunan berat badan
2.
Minor (mungkin terdapat)
(1)
Berat badan 10% - 20% di bawah
normal dan tinggi serta kerangka tubuh di bawah ideal
(2)
Lipatan kulit trisep, lingkar
lengan tengah dan lingkar otot
(3) Pertengahan lengan kurang 60% dan ukuran
standar
(4)
Kelemahan dan nyeri tekan otot
(5)
Mudah tersinggung dan bingung
(6)
Penurunan albumin serum
(7)
Penurunan transferin atau
kapasitas pengikat zat besi
Tujuan :
Nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria
Hasil :
(1).
Minum
meningkat secara bertahap
(2).
BB
meningkat sesuai usia
(3).
Reflek
menghisap dan menelan kua
(4).
Tidak
Muntah
Intervensi
dan Rasional :
(1).
Timbang
BB tiap hari
R :
Peningkatan dan penurunan BB merupakan indikasi masukan nutrisi
(2).
Berikan
susu atau ASI tiap 3 jam sekali,beri
waktu istirahat
R :
Meningkatkan masukan nutrisi yang adekuat
(3).
Observasi
intake dan output
R : Pemasukan dan pengeluaran
intake output yang seimbang mengindikasikan masukan nutrisi yang adekuat
(4).
Posisikan
bayi miring setelah pemberian minum
R : Posisi
bayi miring mencegah terjadinya aspirasi
(5).
Kolaborasi
dalam pemberian vitamin
R :
Vitamin dapat menambah pemasukan nutrisi
1.2.2.4 Diagnosa : Pola nafas tak
efektif berhubungan dengan imaturitas pada system pernafasan
1)
Batasan karakteristik
Mayor (harus terdapat)
Perubahan frekuensi pernafasan
atau pola pernafasan (dari biasanya), perubahan nadi (frekuensi, irama dan
kualitas)
Minor (mungkin terdapat)
(1)
Ortopnea
(2)
Takipnea, hiperpnea,
hiperventilasi
(3)
Irama pernafasan tidak teratur
(4)
Pernafasan yang berat
2) Tujuan : Pola nafas menjadi efektif
3) Kriteria Hasil :
(1). Tidak terjadi sumbatan jalan nafas
(2). Nafas dalam batas normal
4) Intervensi dan Rasional :
(1).
Observasi
tanda – tanda vital nafas tiap 4 jam
R :
Tanda vital terutama nafas sebagai indikator adanya sumbatan jalan nafas
(2).
Hisap
lendir jika terdapat sumbatan pada jalan nafas
R :
Membebaskan jalan nafas dari sumbatan
(3).
Berikan
posisi semifowler
R : Memungkinkan paru – paru
dapat bekerja optimal
(4).
Hindari
posisi kepala hiperekstensi
R :
Posisi tersebut dapat menyumbat jalan nafas
(5).
Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi
R : Terapi
dapat membantu penyembuhan pasien
1.2.2.5 Diagnosa
: Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan imaturitas imunologi
1)
Batasan Karakteristik
Terdapat tanda-tanda infeksi
seperti kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa
2) Tujuan : Infeksi tidak terjadi
3) Kriteria Hasil :
(1).
Suhu
dalam batas normal
(2).
Tanda
– tanda infeksi tidak ada
(3).
WBC
dalam batas normal
4) Intervensi dan Rasional :
(1).
Obsevasi
tanda – tanda vital tiap 4 jam
R
: Tanda vital terutama suhu sebagai indikator adanya infeksi
(2).
Observasi
tanda – tanda infeksi
R
: Penemuan dini tanda infeksi sebagai acuan daln perawatan
(3).
Rawat
bayi dalam inkubator
R : Perawatan bayi dalam
inkubator sebagai masa penyesuaian bayi
(4).
Cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
R :
Mencuci tangan dapat mencegah terjadinya infeksi silang
(5).
Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian antibiotik
R :
Antibiotik dapat memutus mata rantai penyebaran virus
2.3 Evaluasi
1) Pasien dapat bernafas dengan normal
2) Suhu lingkungan normal
3) Nutrisi pasien terpenuhi secara adekuat
4) Pola nafas pasien efektif
5) Tidak terjadi infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC
Doengoes, E. Marilyn. (2000). Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Hidayat, Aziz Alimul. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Buku 2.
Jakarta : Salemba Medika
Markum. (1991). Ilmu Kesehatan Anak.
Jilid 1. Jakarta : FKUI
Nelson. (2002). Ilmu Kesehatan Anak.
Edisi 2. Jakarta : EGC
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar