Kamis, 19 Desember 2013

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI


I.      Kasus (masalah utama)
Resiko bunuh diri
II.    Proses terjadinya masalah
a.       Definisi
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2006).
b.      Klasifikasi
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):
·         Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.
·         Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
·         Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri, meliputi:
·         Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri.
·         Bunuh diri altruistik
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
·         Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.
c.       Faktor predisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko bunuh diri meliputi:
·         Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
·         Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
·         Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
·         Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko untuk perilaku resiko bunuh diri
·         Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan perilaku resiko bunuh diri.
d.      Stressor pencetus
Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadia yang memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk bunuh diri, juga membuat individu semakin rentan untuk melakukan perilaku bunuh diri.
e.       Penilaian stressor
Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap tindakan. Oleh karena itu, perawat harus mengkaji faktor resiko bunuh diri pada pasien
f.       Sumber koping
Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali pasien secara sadar memilih untuk bunuh diri.
g.      Mekanisme koping
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
h.      Rentang respon
RENTANG RESPON RESIKO BUNUH DIRI
 

Respon adaptif
respon maladaptif
peningkatan diri
pengambilan resiko yang meningkatkan pertumbuhan
perilaku destruktif-diri tidak langsung
pencederaan diri
bunuh diri





III.      a. Pohon Masalah
Resiko bunuh diri
Isolasi sosial
Harga diri rendah
Koping keluarga tidak efektif       kegagalan           perpisahan
b. Data yang perlu dikaji
Subjektif
Objektif
memiliki riwayat penyakit mental
mengalami depresi, cemas, dan perasaan putus asa
menyatakan pikiran, harapan, dan perencanaan bunuh diri
respon kurang dan gelisah
menyatakan bahwa sering mengalami kehilangan secara bertubi-tubi dan bersamaan
menunjukkan sikap agresif
menderita penyakit yang prognosisnya kurang baik
tidak koperatif dalam menjalani pengobatan
menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial
menyatakan perasaan tertekan
penurunan berat badan
IV.     Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
V.       Rencana tindakan keperawatan
Kriteria hasil:
Pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik
Tujuan
Intervensi
Rasional
pasien tidak melakukan aktivitas yang mencederai dirinya
pindahkan benda yang membahayakan
prioritaskan tertinggi diberikan pada aktivitas penyelamatan hidup pasien
observasi dengan ketat
perilaku pasien harus diawasi sampai kendali diri memadai untuk keamanan
siapkan lingkungan yang aman
memberikan kenyamanan pada pasien
pasien dapat mengidentifikasi aspek positif pada dirinya
identifikasi kekuatan pasien
perilaku bunuh diri mencerminkan depresi yang mendasar dan terkait dengan harga diri rendah serta kemarahan terhadap diri sendiri
ajak pasien untuk berperan serta dalam aktivitas yang disukai dan dapat dilakukannya
dijadikan sebagai salah satu cara mengendalikan perilaku ingin bunuh diri
pasien akan mengimplementasikan respons protektif-diri yang adaptif
bantu pasien mengenal mekanisme koping yang tidak adaptif
mekanisme koping maladaptive harus diganti dengan mekanisme koping yang sehat untuk mengatasi stress dan ansietas
identifikasi alternatif cara koping
untuk menumbuhkan dan meningkatkan mekanisme koping pasien
pasien akan mengidentifikasi sumber dukungan sosial yang bermanfaat
bantu orang terdekat untuk berkomunikasi secara konstruktif dengan pasien
isolasi sosial menyebabkan harga diri rendah dan depresi, mencetuskan perilaku destruktif-diri
tingkatkan hubungan keluarga yang sehat
meningkatkan kepercayaan diri pasien dan mencegah perilaku destruktif-diri
pasien akan mampu menjelaskan rencana pengobatan dan rasionalnya
libatkan pasien dan orang terdekat dalam perencanaan asuhan
pemahaman dan peran serta dalam perencanaan pelayanan kesehatan meningkatkan kepatuhan
jelaskan karakteristik dari kebutuhan pelayanan kesehatan yang telah diidentifikasi, kebutuhan asuhan keperawatan, diagnosis medis, pengobatan, dan medikasi yang direkomendasikan
pemahaman dalam proses perawatan dan pengobatan meningkatkan kepatuhan dan mendukung proses penyembuhan
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1
A.      PROSES KEPERAWATAN
1.      Kondisi pasien:
2.      Diagnosa keperawatan
Resiko bunuh diri
3.      Tujuan khusus
·         Mengamankan pasien dari tindakan bunuh diri
·         Pasien dapat mengendalikan dorongan untuk bunuh diri
4.      Tindakan keperawatan
·         Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
·         Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
·         Melakukan kontrak treatment
·         Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
·         Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
B.  STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
ORIENTASI
1.      Salam terapeutik
“ assalamualaikum, selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya Rizka Yunita, mbak dapat memanggil saya Rizka. Saya perawat di ruang ini yang akan merawat mbak”.
“Nama mbak siapa? Senang dipanggil siapa?”
2.      Evaluasi/ validasi
 “Bagaimana kabar mbak hari ini?“
“Mbak sepertinya terlihat bingung dan gelisah. Apakah mbak mau menceritakan pada saya apa yang mbak rasakan?”
“Saya dapat menjamin kerahasiaan dari setiap informasi yang mbak ceritakan kepada saya”.
3.      Kontrak: Topik, waktu, dan tempat
Topik:
“Baik mbak, hari ini kita akan mendiskusikan tentang kondisi kesehatan mbak. Bagaimana mbak, apakah mbak setuju dengan topik kita kali ini? “
Waktu:
“Untuk pertemuan kita pertama kali ini, mbak bisa berdiskusi berapa lama? Sesuai dengan permintaan mbak, kita berdiskusi mengenai keadaan mbak selama 15 menit ya, jadi nanti kita akan selesai berdiskusi pada pukul jam 09.45”.
Tempat:
“ Mbak ingin kita berdiskusi dimana? Baik mbak, mari kita berdiskusi di ruangan ini ya”
KERJA
“Bagaimana perasaan mbak setelah peristiwa ini terjadi? Apakah dengan adanya masalah ini, mbak merasa paling menderita di dunia ini? Apakah mbak merasa kehilangan percaya diri? Apa merasa tidak berharga?”
“Apakah mbak merasa sulit untuk berkonsentrasi? Apakah mbak, berniat untuk mencederai diri? Apa yang mbak rasakan?”
(Jika pasien menyampaikan keinginan bunuh diri,segera lakukan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien)
“Saya akan memeriksa seluruh isi kamar mbak ya, untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan diri mbak”.
“Karena mbak, tampak memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup, maka saya tidak membiarkan mbak sendiri ya”.
“Apa yang mbak lakukan saat keinginan untuk bunuh diri muncul? Kalau keinginan untuk bunuh diri muncul, mbak langsung minta bantuan perawat di ruangan atau keluarga untuk menemani mbak diruangan sehingga mbak tidak sendirian di ruangan. Jadi, mbak jangan sendirian di kamar ya”.
TERMINASI
1.         Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan:
Subyektif:
“Bagaimana perasaan mbak sekarang setelah mengetahui cara mengendalikan perasaan ingin bunuh diri?”
            Obyektif:
“Coba mbak sebutkan kembali cara tersebut?”
“Bagus sekali mbak, sekarang mbak sudah mengerti cara mengendalikan perasaan ingin bunuh diri.”
2.        Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang telah dilakukan):
“Baik mbak, tadi kita sudah berdiskusi iya mbak tentang cara mengendalikan perasaan ingin bunuh diri. Tugas untuk mbak yaitu berlatih cara mengendalikan perasaan bunuh diri ya mbak. Nanti pada pertemuan selanjutnya, saya akan melihat jadwal kegiatan latihan mbak ya. Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya ya mbak”.
3.         Kontrak yang akan datang (topic, waktu, dan tempat)
“Sudah 15 menit ya mbak, kita berdiskusi. Baiklah mbak, topik pertemuan kita selanjutnya akan mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki mbak”.
“Untuk pertemuan selanjutnya, mbak mau kita berdiskusi jam berapa?”
“Nanti mbak mau kita berdiskusi dimana?”
“Baik mbak, kita akan bertemu lagi bsok ya, jam 09.00 di ruangan ini”.
“Terima kasih ya mbak” (sambil menjabat tangan pasien).
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar