1. Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal.
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui
anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
2. Anatomi dan Fisiologi
Gambar komponen darah
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai
fungsi sangat penting dalam tubuh yaitu transportasi. Darah mempunyai dua
komponen yaitu komponen padat dan komponen cair. Fungsi transportasi darah
adalah membawa dan mengantarkan nutrisi dan oksigen dari usus dan paru-paru
kepada sel diseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke ogan-organ
pembuangan. Darah juga membawa dan menghantar hormon-hormon dari kelenjar
endokrin ke organ sasarannya. Ia mengangkut enzim, zat buffer, elektrolit, dan
berbagai zat kimia untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
Peran penting dilakukan juga oleh sel darah, yaitu
pengaturan suhu tubuh karena dengan cara konduksi ia membawa panas tubuh dari
pusat-pusat produksi panas untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan ke
permukaan tubuh yang pada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya homeostatis
suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusia bervariasi tergantung berat badan
seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70cc/kgBB. Bagian padat darah terdiri
dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Bagian padat darah merupakan 45% dari
seluruh volume darah, 55% adalah plasma yang merupakan komponen cair darah.
a. Sel darah merah atau eritrosit
Bentuknya bulat pipih dengan cekungan di tengahnya. Sel
darah merah normal tidak mempunyai inti sel, diameternya 7 mikron yang bersifat
kenyal sehingga bisa berubah bentuk menyesuaikan pembuluh darah yabg dilaluinya.
Sel darah merah dibuat di dalam sumsum tulang. Rata-rata
umur hidup sel darah merah sekitar 105-120 hari. Kemudian sel menjadi usang dan
dihancurkan dalam system retikuloendoteal. Terutama di limfa dan hati. Globin
dan globulin diubah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam
jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin diubah menjadi glirubin dan
bili verdin yang berwarna kehijau-hijauan. Jumlah hemoglobin pada laki-laki
14-16% dan pada wanita 12-14%.
b. Sel darah putih atau leukosit
Fungsi utama sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh
dengan cara menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5
jenis leukosit :
1) Neutrofil (65%-75%)
2) Eosinofil (2%-5%)
3) Basofil (0,5%-1%)
4) Limfosit (20%-25%)
5) Monosit (3%-8%)
Leukosit berwarna kuning dan bentuknya lebih besar dari sel
darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil.
Leukosit sebagai bala tentara pertahanan dikerahkan ke
tempat-tempat terjadi infeksi dan jumlahnya pu dapat dilipatgandakan dalam
keadaan infeksi. Leukosit bersama-sama dengan system makrofag jaringan yaitu
hepar,limfa, sumsum tulang, alveoli paru serta kelenjar getah melakukan
fagositosis terhadap kuman atau virus yang masuk. Jumlah leukosit adalah
5000-9000/mm3 darah. Bila jumlah leukosit berkurang disebut leukopenia.
Sedangkan bila tubuh tidak membuat leukosit sama sekali disebut
Agranulositosis.
c. Trombosit atau keping-keping darah
Trombosit berbentuk keeping-keping yang merupakan
bagian-bagian kecil dari sel yang besar yang membuatnya yaitu megakaryosit.
Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan limfa. Ukurannya kecil sekitar
2-4 mikron. Umur peredarannya hanya berkisar 10 hari.
Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :
1) Daya aglutinasi (membeku atau menggumpal)
2) Daya adesi (saling melekat)
3) Daya agregasi (berkelompok)
4) Jumlah trombosit di dalam tubuh antara 150.000-350.000
keping/mm3 darah.
Fungsi trombosit yaitu :
a. Hemostasis (penghentian aliran darah/ perdarahan)
b. Pembekuan darah
Bila ada kerusakan pembuluh darah, trombosit akan berkumpul
di daerah tersebut dan menutup lubang bocoran dengan cara saling melekat,
berkelompok dan menggumpalyang kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan
darah.
Trombosit mempunyai dua zat, prostaglandin dan tromboxan
yang akan keluar bila ada kerusakan pembuluh darah. Zat ini juga dapat
menimbulkan efek vasokontriksi sehingga aliran darah berkuang dan membantu
proses pembekuan darah.
d. Plasma
Plasma terdiri dari 91-92% air yang berperan sebagai medium
transfor dan 7-9% terdiri dari zat padat (protein seperti albumin, globulin,
fibrinogen, juga ada unsure natrium, kalium, kalsium, fosfor, bese, asam amino,
kolesterol, glukosa, dan enzim). Albumin yang dibentuk di hati merupakan 53%
dari seluruh protein serum, berperan dalam mempertahankan volume darah dengan
menjaga tekanan osmotic koloid,pH dan keseimbangan elektrolit.
3. Klasifikasi
Anemia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara.
Pendekatan fisiologis akan menuntun apakah defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh efek produksi sel darah merah atau (anemia hipoproliferatifa )
atau oleh dekstruksi sel darah merah (anemia hemolitika).
Anemia hipoproliferatif
A. Anemia aplastik
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan precursor dalam
sumsum tulang dan penggantian sumsu tulang dengan lemak. Dapat terjadi secara
congenital maupun didapat. Dapat juga idiopatik ( dalam hal ini, tanpa penyebab
yang jelas ), dan merupakan penyebab utama. Berbagai macam infeksi dan
kehamilan dapat mencetuskannya, atau dapat pula disebabkan oleh obat. Bahan
kimia, atau kerusakan radiasi. Bahan yang sering menyebabkan aplasia sumsum
tulang meliputi benzene dan turunan benzene ( misalnya perekat pesawat terbang
), obat anti tumor seperti nitrogen mustard, anti metabolic termasuk meotrexate
dan 6-merkaptopurin, dan berbagai bahan toksit seperti arsen anorganik.
Dalam berbagai keadaan, anemia aplastik terjadi saat obat
atau bahan kimia masuk dalam jumlah toksit. Namun, pada beberapa orang dapat
timbul pada dosis yang dianjurkan untuk pengobatan. Kasus terakhir dapat
dianggap sebagai reaksi obat idiosinkrasia pada orang yang sangat peka dengan
alasan yang tidak jelas. Apabila pejanannya segera dihentikan dapat diharapkan
penyembuhan yang segera dan sempurna.
Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang,
asprirasi sumsum tulang sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka
perlu dilakukan biopsy untuk menentukan beratnya penurunan element sumsum
normal dan penggantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem,
perkursor granulosit, eritrosit, dan trombosit. Akibatnya, terjadi pansitopenia
( defisiensi semua komponen element darah)
Awitan anemia aplastik biasanya khas yaitu bertahap,
ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak nafas pada saat latihan, dan manifestasi
anemia lainnya. Perdarahan abnormal akibat trombositopenia merupakan gejala
satu – satunya pada sepertiga pasien. Apabila granulosit juga terlibat, pasien
biasanya mengalami demam, faringitis akut, atau berbagai bentuk lain sepsis dan
perdarahan. Tanda fisik selain pucat dan perdarahan kulit, biasanya tidak
jelas. Pemeriksaan hitung darah menunjukan adanya defisiensi berbagai jenis sel
darah. Ada 2 metode penanganan yang saat ini sering dilakukan yaitu :
transplantasi sumsum tulang dan pemberian terapi imuno supresif dengan globulin
anti timosit ( ATG )
B. Anemia pada penyakit ginjal
Derajat anemia yang terjadi pada pasien dengan penyakit
ginjal tahap akhir sangat berfariasi, tetapi secara umum terjadi pada pasien
dengan nitrogen urea darah yang lebih dari 10mg/dl. Hematokrit biasanya menurun
sampai antara 20 % dan 30%, meskipun pada beberapa kasus jarang mencapai
dibawah 15%.
Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel
darah merah maupun defisiensi eritropoetin. Beberapa eritropoetin terbukti
diproduksi diluar ginjal, karena terdapat eritropoesis yang masih terus
berlangsung, bahkan pada pasien yang ginjalnya telah diangkat
C. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyait inflamasi kronis berhubungan dengan anemia
jenis normositik normokromik ( sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
abnormal ). Kelainan ini meliputi arthritis rematoid, abses paru,
osteomielitis, tuberculosis, dan berbagai keganasan.
Anemia biasanya ringan, berkembang secara bertahap selama 6-
8 minggu dan normal kembali pada kadar hematokrit kurang dari 25%. Hemoglobin
jarang turun sampai dibawah 9 g/dl dan sumsum tulang mempunyai peningkatan
selularitas normal dengan peningkatan cadangan besi.
Pasien tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemia nya. Dengan keberhasilan penanganan kelainan yang
mendasarinya besi sumsum tulang digunakan untuk membuat darah, sehingga
hemoglobin meningkat
D. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana keadaan
kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal. Penyebab tersering
defisiensi besi pada pria dan wanita pasca menopouese adalah perdarahan atau
malabsorpsi, terutama setelah reseksi gaster. Pada wanita premenopouse adalah
menoragia atau pendarahan menstruasi berlebih. Pasien dengan alkoholisme kronis
sering mengalami ketidak cukupan asupan besi dan kehilangan besi akibat
kehilangan darah dari traktus gastrointestinal dan menimbulkan anemia.
Orang yang mengalami defisiensi besi mengalami penurunan
angka hemoglobin dan sel darah merah. Nilai hemoglobin berkurang dibanding
hitung sel darah merah, oleh sebab itu sel darah merah cendrung lebih kecil dan
relative kurang pigment nya, artinya hipokromik. Hipokromia merupakan penanda
defisiensi besi. Penyebab defisiensi besi adalah kegagalan pasien mencernakan
atau mengabsorpsi besi diet yang adekuat untuk mengkompensasi kebutuhan besi
sehubungan dengan pertumbuhan tubuh atau untuk menggantikan kehilangan darah
setelah pendarahan, baik pendarahan yang fisiologis, maupun patologis.
E. Anemia megaloblastik
Disebabkan oleh defisiensi B12 dan asam folat menunjukan
perubahan yang sama antara sumsum tulang dan darah tetapi kedua vitamin
tersebut esensial bagi sintesis DNA normal. Pada setiap kasus, terjadi
hyperplasia sumsum tulang, dan precursor eritroid dan myeloid besar dan aneh;
beberapa mengalami multi nukleasi. Tetapi, beberapa sel ini mati dalam sumsum
tulang, sehingga jumlah sel matang yang menimbulkan sumsum tulang menjadi
sedikit, terjadilah pansitopenia. Pada keadaan lanjut, hb dapat turun 4-5g/dl,
hitung se darah putih 2000-3000 per mm3, dan hitungan trombosit kurang dari
50000 mm3 .sel darah merah besar dan PMN hipersegmen.
F. Defisiensi vitamin B12
Dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Gangguan ini jarang
sebagai akibat asupan diet yang tidak addekuat, namun dapat terjadi pada
vegetarian yang tidak makan daging sama sekali. Gangguan absorpsi traktus GI
lebih sering terjadi.
G. Defisiensi asam folat
Merupakan vitamin lain yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah yang normal. Simpanan folat dalam tubuh jauh leih kecil
dibandingkan vitamin B12.sehinga lebih sering di jumpai defisiensi folat dalam
diet. Alcohol meningkatkan kebutuhan akan asam folat, dan pada saaat yang sama,
orang yang menderita alkoholisme biasanya makan makanan yang kurang mengandung
vitamin. Kebutuhan asam folat juga meningkat pada orang yang menderita anemia
hemolitik dan pada wanita hamil.
Anemia hemolitika
Pada anemia ini eritrosit memiliki rentang usia yang
memendek. Sumsum tulang biasanya mampu mengkompensasi sebagian dengan
memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau lebih dibanding kecepatan
normal. Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai gambaran laboratories
yang sama : 1. Jumlah retikulosit meningkat, 2. Fraksi bilirubin indirek
meningkat dan 3. Haptoglobin biasanya rendah . sumsum tulang menjadi
hiperseluler akibat proliferasi eritrosit.
4. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi
yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan
asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti
perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
a. Perdarahan hebat
b. Kecelakaan
c. Pembedahan
d. Persalinan
e. Pecah pembuluh darah
f. Penyakit Kronik (menahun)
g. Perdarahan hidung
h. Wasir (hemoroid)
i. Tumor ginjal atau kandung kemih
j. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
k. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
l. Kekurangan zat besi
m. Kekurangan vitamin B12
n. Kekurangan asam folat
o. Kekurangan vitamin C
p. Penyakit kronik
q. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
r. Pembesaran limpa
s. Kerusakan mekanik pada sel darah merah
t. Penyakit sel sabit
5. Patofisologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum
tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi
tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah
dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang
disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel
darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam
system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam
fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai
rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah
adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja
organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang
memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki.
6. Tanda dan Gejala
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan
neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia
(badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada
anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni
lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan
seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada
bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga
dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan
stroke atau serangan jantung.
7. Pemeriksaan Diasnotik
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit
menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik);
MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun
dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP),
meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan
bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal
: peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan
diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah
(diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal
atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur
hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP,
hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia
sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan
isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan
tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin
tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe
anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel
darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi
perdarahan : perdarahan GI
8. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel
darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas
yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan
yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok
dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
9. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek,
gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi
gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil
dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan
kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,
anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak
(Sjaifoellah, 1998).
B. Konsep Dasar Keperawata
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses
keperawatan secara menyeluru
Pengkajian pasien dengan anemia meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan
rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja
atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada
sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak.
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya
perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil
dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG,
depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi
jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru
atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran
darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk
seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh
uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen,
sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare
atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam
folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,
kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
(DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,
ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan
pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki
(AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur,
apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis
retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).
Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg
positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat
dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,.
Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi
darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam,
limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia
atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah
pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia
meliputi
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan)).
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi
nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat
; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
3. Intervensi/Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia
adalah :
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan
ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
(termasuk aktivitas sehari-hari)
menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya
nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
b. Kaji kehilangan atau gangguankeseimbangan, gaya
jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi
vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
c. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan
paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
d. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan
kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan
oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
e. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien
istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan
aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai
normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga
diri dan rasa terkontrol.
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk
mencegah/menurunkan risiko infeksi.
meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau
eritema, dan demam.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi
perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial.
Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora
normal kulit.
b. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral
dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan
infeksi.
c. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi.
Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat
terganggu.
d. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia
dengan atau tanpa demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
e. Berikan antiseptic topical ; antibioticsistemik
(kolaborasi).
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk
menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi
nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan
berat badan dengan nilai laboratorium normal.
tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan
intervensi.
b. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas
kekurangan konsumsi makanan.
c. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas
intervensi
d. nutrisi. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering
dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan
mencegah distensi gaster.
e. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan
gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia
(hipoksia) pada organ.
f. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan
sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan
pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral.
Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik
perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan
dan nyeri berat.
g. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi
kebutuhan individual.
Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia
dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya
tanda vital stabil.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,
dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuaitoleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan
oksigenasi untuk
c. kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada
hipotensi. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi
adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung
karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
d. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/
potensial risiko infark.
e. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed
produk darah sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan
pengobatan /respons terhadap terapi.
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
5) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang
terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber
informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit,
prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses
penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Berikan informasi tentang anemia spesifik.
Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien
dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan
kerjasama dalam program terapi.
b. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan
diagnostic.
Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan
meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan
menurunkan ansietas.
c. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan
pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
d. Berikan penjelasan pada klien tentang
penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya
sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
e. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet
makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses
penyembuhan.
f. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali
tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga
serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1). pasien dapat mempertahankan / meningkatkan
ambulasi/aktivitas.
2). infeksi tidak terjadi.
3). kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4). Peningkatan perfusi jaringan.
5). Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur
diagnostic dan rencana pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. EGC : Jakarta
Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G.2002.Buku Ajar Keperwatan
Medikal Bedah.Penerbit Buku Kedokteran:Jakarta.
http://www.google.co.id/images.hl=id&source=imghp&biw=1366&bih=521&q=anatomi.
Diposkan oleh kristian Aarisandy di 08:30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar