Minggu, 27 Januari 2013

MATERNITAS (Bayi Baru Lahir (BBL) Normal)

Bayi Baru Lahir (BBL) Normal

A. Pengertian
Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran.
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
B. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir
1. Berat badan 2500 – 4000 gram
2. Panjang badan 48 – 52 cm
3. Lingkar dada 30 – 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
6. Pernafasan ± – 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia;
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan
C. Reflek – Reflek Fisiologis
1. Mata
a. Berkedip atau reflek corneal
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
b. Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup.
c. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
2. Mulut dan tenggorokan
a. Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
b. Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap sepanjang hidup.
c. Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada usia kira – kira 3 -4 bulan
d. Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
e.Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan
f.Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
3. Ekstrimitas
a. Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari
b. Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
c. Masa tubuh
(1). Reflek moro
Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah.
(2). Startle
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam
(3). Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi.
(3). Neck – righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis
(4) Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.
D. Penanganan Segera Bayi Baru Lahir
Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir ialah :
1. Pencegahan Infeksi
  • Ø Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
  • Ø Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
  • Ø Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
  • Ø Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
2. Melakukan penilaian
  • Ø Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
  • Ø Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
3. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas
a. Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
b. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut
c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
d. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
Mencegah kehilangan panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
a. Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
c. Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam (^) jam setelah lahir.
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
(1). Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)
(2). Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila antara 36,5º C – 37º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5º C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan persentuhan kuli ibu – bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu (1) jam.
(3). Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan
(4). Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
(5). Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
(6). Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
(7). Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik
(8). Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik
(9). Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
g. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya, untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong ibu untuk segera memberikan ASI
4. Membebaskan Jalan Nafas nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
  • Ø Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
  • Ø Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
  • Ø Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.
  • Ø Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar.
  • Ø Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
  • Ø Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
  • Ø Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
  • Ø Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan.
5. Merawat tali pusat
  • Ø Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
  • Ø Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
  • Ø Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
  • Ø Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering.
  • Ø Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.
  • Ø Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan.
  • Ø Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
  • Ø Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002)
6. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat (Prawiroharjo, 2002).
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.
Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan :
  • Ø Keringkan bayi secara seksama
  • Ø Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
  • Ø Tutup bagian kepala bayi
  • Ø Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
  • Ø Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
  • Ø Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, 2002)
7. Pencegahan infeksi
  • Ø Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.
  • Ø Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat
Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
  • Ø Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
  • Ø Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
  • Ø Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
  • Ø Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih.
  • Ø Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan). (Dep.kes.RI, 2002)
8. Identifikasi bayi
  • Ø Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
  • Ø Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi
  • Ø Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas
  • Ø Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu
  • Ø Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. (Saifudin,, 2002)
Sumber :
  1. DepKes RI, 1992 Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks keluarga
  2. Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal.YBP_SP.Jakarta
  3. JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma III kebidanan. Buku 5 asuhan bayi baru lahir,Pusdiknakes.Jakarta
  4. Modul Asuhan Persalinan Normal

berat badan dan tinggi badan bayi, akper subang



Berikut ini adalah tabel berat badan dan tinggi ideal untuk anak-anak usia 0-5 tahun.

sumber: Direktorat Kesehatan Gizi, Departemen Kesehatan RI

Berdasarkan data yang dikeluarkan Direktorat Kesehatan Gizi Depkes RI untuk anak usia 0-5 tahun tanpa dibedakan jenis kelaminnya, pada usia tertentu harus memiliki tinggi badan ideal dengan plus minus 2 standar deviasi. Manusia tidak seperti barang produksi pabrik. Manusia memiliki variasi yang luas. Karena itulah, diberi toleransi +2 standar deviasi dan -2 standar deviasi dari nilai rata-rata.

Dari tabel di atas dapat dilihat, misalnya untuk bayi usia 8 bulan, tinggi standarnya adalah 69 cm. Variasinya, ia boleh lebih 2 cm atau kurang 2 cm. Setelah diperoleh angka tinggi standar, kita akan lihat berapa berat badan standar normalnya, yakni 8,4 kg. Ini adalah berat badan standar ideal. Bisa saja, anak dengan tinggi badan 69 cm memiliki berat badan kurang atau lebih dari 8,4 kg.

Contoh lainnya, anak usia 5 bulan memiliki panjang ideal 64 cm. Tetapi mungkin ada yang tinggi badannya cuma 60 cm. Ini masih variasi normal. Dan dengan panjang 60 cm, nilai standar berat badannya berubah menjadi 5,7 kg. Anak yang seumur mungkin variasi panjang badannya berada di 67 cm. Dan untuk panjang 67 cm, berat badan normalnya 7,8 kg.

Dari contoh di atas, tidak ada masalah dari kedua anak tersebut. Mereka normal. Cuma kadang orang tuanya yang berpikiran, anak kita seumur tapi kok berat anak saya cuma 5,7 kg. Wah, berarti anak saya kurang gizi. Si ibu lupa, meski usianya sama, panjangnya berbeda. Padahal, perbedaan panjang itu masih dalam batas normal.

Semoga bermanfaat!

Sabtu, 26 Januari 2013

pengukuran lingkar lengan,dada,kepala (tumbang)

SURANGGA JAYA. AMD.KEP
A.lingkar lengan atas
Pada masa pertumbuhan bayi dan balita, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh bayi dan balita. dengan kata lain ukuran-ukuran tubuhnya akan membesar, misalnya ditandai dengan meningkatnya berat dan tinggi badan, ukuran lingkar kepala, lingkar lengan atas, menguatnya tulang dan membesarnya otot, dan bertambahnya organ tubuh lain seperti rambut, kuku, gigi, dan sebagainya.
Salah satu cara untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan anak, adalah dengan menukur lingkar lengan atasnya. berdasarkan standar Walanski,perkembangan ukuran lingkar lengan atas bayi dan balita berdasarkan umur terbilang normal pada ukuran berikut:

6- 8  bulan 14.75 cm
9-11 bulan 15.10 cm
1  tahun     16.00 cm
2  tahun     16.25 cm
3  tahun     16.50 cm
4  tahun     16.75 cm
5  tahun     17.00 cm

Ukuran di atas adalah ukuran pada pertumbuhan normal. Jika ukuran lebih kecil, yaitu 85% ukuran normal, pertumbuhan anak masih kurang. Sedangkan jika ukuran lebih kecil lagi, yaitu sekitar 70% ukuran normal, maka pertumbuhan anak buruk dan perlu asupan gizi yang lebih baik lagi.
Lingkar Lengan Atas (Lila)
Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun.
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah.
Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut :
a. Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan kanan sehingga ukurannya lebih stabil.
b. Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.
c. Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur
d. Catat hasil pada KMS


B. mengukur berat badan 

berat badan akan mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar !0% dari berat badan lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi asupan yang mencukupimisalnya produksi ASI yang belum lancar. Umumnya berat badan akan kembali mencapai berat badan lahir pada hari kesepuluh.
Pada bayi sehat, kenaikkan berat badan normal 
pada triwulan I adalah sekitar 700 –1000 gram/bulan,
pada triwulan II sekitar 500 – 600 gram/bulan, 
pada triwulan III sekitar 350 – 450 gram/bulan dan
 pada triwulan IV sekitar 250 – 350 gram/bulan.
Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan, sementara pada 6 bulanberikutnya hanya + 0,5 kg/bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah + 0,25 kg/bulan. Setelah 2 tahun, kenaikkan berat badan tidak tentu, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun. Pada tahap adolesensia(remaja) akan terjadi pertambahan berat badan secara cepat ( growth spurt)
Selain perkiraan tersebut, berat badan juga dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu :
1. Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg
2. Berat badan usia 3 – 12 bulan, menggunakan rumus :
Umur (bulan) + 9 = n + 9
2 2
3. Berat badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus :
( Umur(tahun) X 2) + 8 = 2n + 8
Keterangan : n adalah usia anak
4. Berat badan usia 6 – 12 tahun , menggunakan rumus :
Umur (tahun) X 7 – 5
2
 
Cara pengukuran berat badan anak adalah :
1. Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.
2. Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan. Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri diatas timbangan injak tanpa dipegangi.
3. Ketika minmbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas diatas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
4. Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang
Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut :
BB anak = (Berat badan ibu dan anak) – BB ibu
5. Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan.
6. Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berada berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau, kuning atau merah.
2. Tinggi Badan ( Panjang badan)
Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan ( 1,5 X panjang badan lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5 – 25 cm/tahun pada wanita, sedangkan pada laki-laki peningkatannya sekitar 10 –30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18 – 20 tahun.
Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari Behram (1992), yaitu :
a. Perkiraan panjang lahir : 50 cm
b. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 Panjang Badan Lahir
c. Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir
d. Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan usia 1 tahun
e. Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir
f. Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun
Atau dapat digunakan rumus Behrman (1992):
a. Lahir : 50 cm
b. Umur 1 tahun : 75 cm
c. 2 – 12 tahun ; umur (tahun) x 6 + 77
Cara pengukuran tinggi badan anak adalah :
a. Usia kurang dari 2 tahun :
1. Siapkan papan atau meja pengukur. Apabila tidak ada, dapat digunakan pita pengukur (meteran)
2. Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada meja (posisi ekstensi)
3. Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja pengukur) lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
4. Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur. Untuk lebih jelasnya. Lihat gambar 1
b. Usia 2 tahun atau lebih :
1. Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan bokong, punggung dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur.
2. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.
3. Lingkar kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan dan tidak dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm
Adapun cara pengukuran lingkar kepala adalah :
a. Siapkan pita pengukur (meteran)
b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supra orbita bagian anterior menuju oksiput pada bagian posterior. Kemudian tentukan hasilnya
c. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala
. Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarangdilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa ( mid respirasi ) pada tulang Xifoidius( insicura substernalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring.
Cara pengukuran lingkar dada adalah :
a. Siapkan pita pengukur
b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada seperti pada
c. Catat hasil pengukuran pada KMS
Referensi :
Nursalam, 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak ( untuk perawat dan bidan), edisai pertama, Jakarta : Salemba Medika
Soetjiningsih, 2005, Tumbuh Kembang pada Anak, Jakarta : EGC
 

Tanda-Tanda Vital dan Pemeriksaan Fisik pada Bayi lab keperawatan akper subang

Tanda-Tanda Vital dan Pemeriksaan Fisik pada Bayi

Tanda-tanda vital seorang manusia antara lain:
1. Tekanan darah
2. Nadi / pols
3. Suhu Tubuh / temperatur
4. Pernapasan

TEKANAN DARAH
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi usia di bawah 1 bulan     : 85/15 mmHg
- Usia 1 – 6 bulan     : 90/60 mmHg
- Usia 6 – 12 bulan    : 96/65 mmHg
- Usia 1 – 4 tahun    : 99/65 mmHg
- Usia 4 – 6 tahun    : 160/60 mmHg
- Usia 6 – 8 tahun    : 185/60 mmHg
- Usia 8 – 10 tahun    : 110/60 mmHg
- Usia 10 – 12 tahun    : 115/60 mmHg
- Usia 12 – 14 tahun    : 118/60 mmHg
- Usia 14 – 16 tahun    : 120/65 mmHg
- Usia 16 tahun ke atas    : 130/75 mmHg
- Usia lanjut        : 130-139/85-89 mmHg

Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah:
* Hypertensi rendah : 140 – 159/ 90-99 mmHg
* Hypertensi sedang : 160 – 169/100-109 mmHg
* Hypertensi berat    : 180 – 209/110-119 mmHg
Seseorang dikatakan hypotensi jika tekanan darahnya lebih kecil dari 110/70 mmHg
Tempat untuk mengukur tekanan darah seseorang adalah:
- Lengan atas
- Pergelangan kaki
NADI
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang berdasarkan systol dan gystole dari jantung.
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi baru lahir        : 140 kali per menit
- Umur di bawah umur 1 bulan        : 110 kali per menit
- Umur 1 – 6 bulan        : 130 kali per menit
- Umur 6 – 12 bulan        : 115 kali per menit
- Umur 1 – 2 tahun        : 110 kali per menit
- Umur 2 – 6 tahun        : 105 kali per menit
- Umur 6 – 10 tahun        : 95 kali per menit
- Umur 10 – 14 tahun        : 85 kali per menit
- Umur 14 – 18 tahun        : 82 kali per menit
- Umur di atas 18 tahun        : 60 – 100 kali per menit
- Usia Lanjut            : 60 -70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah:
* Untuk mengetahui kerja jantung
* Untuk menentukan diagnosa
* Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang
Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:
- Ateri radalis        : Pada pergelangan tangan
- Arteri temporalis    : Pada tulang pelipis
- Arteri caratis    : Pada leher
- Arteri femoralis    : Pada lipatan paha
- Arteri dorsalis pedis    : Pada punggung kaki
- Arteri politela    : pada lipatan lutut
- Arteri bracialis    : Pada lipatan siku
- Ictus cordis        : pada dinding iga, 5 – 7
SUHU
Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah:
- Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 – 15 menit
- Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 – 5 menit
- Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 – 3 menit
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36oC – 37,5oC
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia), jiak suhu tubuhnya < 36oC
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
- Demam : Jika bersuhu 37,5 oC – 38oC
- Febris : Jika bersuhu 38oC – 39oC
- Hypertermia : Jika bersuhu > 40oC
PERNAPASAN
Pola pernapasan adalah:
- Pernapasan normal (euphea)
- Pernapasan cepat (tachypnea)
- Pernapasan lambat (bradypnea)
- Sulit/sukar bernapas (oypnea)
Jumlah pernapasan seseorang adalah:
- Bayi : 30 – 40 kali per menit
- Anak : 20 – 50 kali per menit
- Dewasa : 16 – 24 kali per menit
A. PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.
Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan.
Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.

1. PRINSIP PEMERIKSAAN PADA BAYI BARU LAHIR
Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
Pastikan pencahayaan baik
Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
2. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
a) Kapas
b) Senter
c) Termometer
d) Stetoskop
e) selimut bayi
f) bengkok
g) timbangan bayi
h) pita ukur/metlin
i) pengukur panjang badan
3.PROSEDUR
Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan, sosial,faktor ibu (maternal),faktor perinatal, intranatal, dan neonatal
Susun alat secara ergonomis
Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
Memakai sarung tangan
Letakkan bayi pada tempat yang rata
2
4. PENGUKURAN ANTHOPOMETRI
a). Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi
b). Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.
c). Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.
d). Ukur lingkar dada
ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu)
5. PEMERIKSAAN FISIK
a). Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21
Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak
Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya
b). wajah
wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
3
c). Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
Periksa jumlah, posisi atau letak mata
Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down
d). Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital
Perksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan
e). Mulut
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia
Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut)
Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan lunak
Perhatika adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibatvEpistein’s pearl atau gigi
Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)
4
f). Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)
Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal
g). Leher
Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
h). Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur
i). Tangan
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah
Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur
Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan
j). Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan
Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
5
k). Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten
l). Genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
Periksa adanya hipospadia dan epispadia
Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)
m). Anus dan rectum
Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan
n). Tungkai
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan
Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki
p). Spinal
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra
q). Kulit
Perhatikan kondisi kuli bayi.
Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
Periksa adanya pembekakan
Perhatinan adanya vernik kaseosa
Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
6
B. DIAGNOSIS FISIK PADA ANAK
Diagnosis fisik cara baku untuk diagnosa penyakit, Pemeriksaan penunjang (sederhana-canggih) tidak dapat menggantikan kedudukan diagnosis fisik, Urutan proses diagnostik tetap diawali anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan dengan petunjuk anamnesis dan PD. Bayi dan anak Tumbuh dan berkembang, perlu perhatian pada PD (Physic Diagnostik). Di daerah terpencil diagnosis fisik penyakit hanya dari anamnesis dan PD
1. ANAMNESIS
Wawancara langsung pasien (Autoanamnesis) atau orang lain (Heteroanamnesis)
dimana Diagnosis penyakit anak + 80 % dari anamnesis sehingga hal ini Merupakan bagian yang sangat penting dalam pemeriksaan klinis. Pemeriksa harus waspada akan terjadinya “Bias”. Menggunakan bahasa awam, Harus dilakukan pada saat yang tepat dan suasana yang memungkinkan. Heteroanamnesis dilakukan kepada orang yang dekat dengan anak. Pemeriksa harus bersikap empati, menyesuaikan diri dengan yang diwawancarai, Pada kasus gawat darurat anamnesis terbatas pada keadaan umum dan yang penting saja, anak harus segera ditolong, Anamnesis harus diarahkan oleh pemeriksa, supaya tidak ngelantur
2. IDENTITAS
Supaya tidak keliru anak lain berakibat fatal
a) Nama, Umur
b) Jenis kelamin
c) Nama orang tua (ayah, ibu)
d) Alamat (lengkap)
e) Umur, Pendidikan Orang tua
f) Pekerjaan Orang tua
g) Agama, Suku bangsa
3. RIWAYAT PENYAKIT
a) Keluhan Utama
Keluhan yang menyebabkan anak dibawa berobat
Tidak selalu keluhan yang pertama diucapkan orang tua/pengantar
Keluhan utama harus sejalan dengan kondisi pasien dan kemungkinan diagnosis
Riwayat Perjalanan Penyakit
Disusun cerita yang kronologis terinci dan jelas
Dimulai dengan perincian keluhan utama
Diperinci mengenai gejala sebelum keluhan utama sampai anak berobat
7
b) Perincian gejala mencakup
Lamanya keluhan
Terjadinya gejala-gejala mendadak, terus menerus, hilang timbul
Berat ringannya keluhan menetap, bertambah berat
Keluhan baru pertama atau pernah sebelumnya
Apakah ada saudara/serumah yang mempunyai keluhan sama
Upaya pengobatan yang dilakukan dan obat yang diberikan
Keluhan utama yang sering dijumpai: Panas badan, Sesak nafas, mencret, muntah, kejang, tidak sadar, bengkak, kuning, perdarahan
Dari riwayat penyakit diperoleh gambaran kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding
4. RIWAYAT KEHAMILAN
Kesehatan Ibu selama hamil
Kunjungan antenatal
Imunisasi TT
Obat yang diminum
Makanan ibu
Kebiasaan merokok, minuman keras
5. RIWAYAT KELAHIRAN
Siapa yang menolong
Cara kelahiran, masa hamil
Tempat melahirkan
Keadaan setelah lahir (nilai APGAR)
BB & Panjang badan Lahir
Keadaan anak minggu I setelah lahir
6. RIWAYAT PERTUMBUHAN
Dilihat kurva BB terhadap Umur (KMS)
Dapat mendeteksi riwayat penyakit kronik,
7. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Ditanyakan patokan dalam perkembangan (Milestones) motorik kasar, motorik halus, sosial, bahasa
8. RIWAYAT IMUNISASI
Status imunisasi ditanya BCG, Hep B, Polio, DPT, Campak, dan tanggal / umur waktu imunisasi
Imunisasi lain ditanya kalau ada
9. RIWAYAT MAKANAN
Ditanyakan makanan mulai bayi lahir sampai sekarang
Harus dapat gambaran tentang kwantitas dan kwalitas makanan
10. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Untuk mengetahui hubungan penyakit sekarang dengan penyakit yang diderita sebelumnya
8
11. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Penting untuk mendeteksi penyakit keturunan atau penyakit menular
12. RIWAYAT SOSIO EKONOMI KELUARGA
Penghasilan Orang tua
Jumlah keluarga
Keadaan perumahan dan lingkungan
Kebersihan diri dan lingkungan
13. PEMERIKSAAN FISIK
Cara pendekatan tergantung umur dan keadaan anak
Kehadiran orang tua mengurangi rasa takut anak
Pada bayi < 4 bulan pendekatan mudah, juga pada anak besar
Pemeriksa bersifat informal dan komunikatif
Pada anak sakit berat langsung diperiksa
Dimulai dengan Inspeksi (melihat), Palpasi (raba), Perkusi (ketuk), dan Auskultasi (dengar)
Tempat periksa cukup tingginya, terang dan tenang
Posisi pemeriksa sebelah kanan pasien
Bayi dan anak kecil sebaiknya diperiksa tanpa pakaian
a. Inspeksi
Dapat diperoleh kesan keadaan umum anak
Inspeksi lokal, dilihat perubahan yang terjadi
b. Palpasi
Menggunakan telapak tangan dan jari tangan
Palpasi Abdomen Flexi sendi panggul dan lutut Abdomen tidak tegang
Dapat menentukan bentuk, besar, tepi, permukaan, konsistensi organ
c. Perkusi
Jari II, III tangan kiri diletakkan pada bagian yang diperiksa (landasan untuk mengetuk) jari II-III tangan kanan untuk mengetuk (engsel pergerakan pada pergelangan tangan)
Dilakukan pada dada, abdomen
Suara Perkusi
Sonor (pada paru normal)
Tymphani (pada abdomen / lambung)
Pekak (pada otot)
Redup (antara sonor – pekak)
Hipersonor (sonor – tympani)
d. Auskultasi
Menggunakan Stetoskop
Mendengar suara nafas, bunyi dan bising jantung, peristaltik usus, aliran darah
Stetoskop pediatrik dapat digunakan untuk bayi dan anak
Sisi membran mendengar suara frekwensi tinggi
Sisi mangkok mendengar suara frekwensi rendah bila ditekan lembut pada kulit Mendengar suara frekwensi tinggi, bila ditekan keras pada kulit
Bising presistolik, mid-diastolik nada rendah
9
14. KEADAAN UMUM
Dapat diperoleh kesan keadaan sakit dan keadaan gawat darurat yang memerlukan pertolongan segera
Kesan keadaan sakit tidak identik dengan serius tidaknya penyakit
Selanjutnya perhatikan kesadaran pasien
Komposmentis (CM)
Sadar sepenuhnya
Apatis
Sadar tapi acuh terhadap sekitarnya
Somnolen
Tampak mengantuk dan ingin kembali tidur
Memberi respons terhadap stimulus agak keras kemudian tidur lagi
SoporSedikit respon terhadap stimulus yang kuat
Refleks pupil cahaya positif
Koma
Tidak bereaksi terhadap stimulus apapun
Reflek pupil negatif
Delirium
Kesadaran menurun disertai disorientasi
GCS (Glasgow Coma Scale)
Spontan Terhadap nyeri
Respon Verbal
Orientasi ada
Bingung
Kata-kata tidak dimengerti
Hanya suara
ResponMotorik
Selain kesadaran juga dinilai status mental (tenang, gelisah, cengeng)
Posisi pasien perlu dinilai dengan baik
Fasies pasien
Status Gizi
15. TANDA VITAL
a). Frekwensi Nadi
Paling baik dihitung dalam keadaan tidur / tenang
Meraba A.Radialis dengan ujung jari II, III, IV tangan kanan, ibu jari berada di bagian dorsal tangan anak
Pada bayi dengan penghitungan Heart Rate (denyut jantung)
Penghitungan 1 menit penuh
Tekanan darah
Anak berbaring telantang dengan lengan lurus disamping badan atau duduk dengan lengan bawah diatas meja Lengan atas setinggi jantung
Alat sfignomanometer air raksa
Lebar manset 1/2 – 2/3 panjang lengan atas
Pasang manset melingkari lengan atas dengan batas bawah kira-kira 3 cm dari siku
10
Manset dipompa sampai denyut a. brakhialis difossa cubiti tidak terdengar dengan stetoskop. Teruskan pompa sampai 20 – 30 mmHg lagi, kosongkan manometer pelan-pelan dengan kecepatan 2 – 3 mm/detik
Pada penurunan air raksa akan terdengar bunyi korotkof
Bunyi korotkof I : bunyi pertama yang terdengar Tekanan sistolik
Tekanan Diastolik : saat mulai terdengarnya bunyi korotkof IV yaitu bunyi tiba-tiba melemah
b). Frekwensi pernapasan
Dihitung satu menit penuh melalui inspeksi/palpasi/auskultasi
Bayi tipe abdominal
Anak tipe torakal
Takipneu
Pernapasan yang cepat
Dispneu
Kesulitan bernapas
Didapatkan Pch, Retraksi interkostal suprasternal
Disertai takipneu, sianosis
Ortopneu
Sulit bernapas bila berbaring, berkurang bila duduk
Pernapasan Kussmaul
Napas cepat dan dalam
Frekuensi pernapasan normal per menit
Umur Range Rata-rata waktu tidur
Neonatus 30 – 60 35
1 bulan – 1 tahun 30 – 60 30
1 tahun – 2 tahun 25 – 50 25
3 tahun – 4 tahun 20 – 30 22
5 tahun – 9 tahun 15 – 30 18
10 tahun atau lebih 15 – 30 15
c). Tekanan Darah Pada Bayi dan Anak
Usia Sistolik ±SD Diastolik ±SD
Neonatus 80 ± 16 46 ± 16
6 – 12 bulan 89 ± 29 60 ± 10
1 tahun 96 ± 30 66 ± 25
2 tahun 99 ± 25 64 ± 25
3 tahun 100 ± 25 67 ± 23
4 tahun 99 ± 20 65 ± 20
5 – 6 tahun 94 ± 14 55 ± 9
6 – 7 tahun 100 ± 15 56 ± 8
7 – 8 tahun 102 ± 15 56 ± 8
8 – 9 tahun 105 ± 16 57 ± 9
9 – 10 tahun 107 ± 16 57 ± 9
10 – 11 tahun 111 ± 17 58 ± 10
11
11 – 12 tahun 113 ± 18 59 ± 10
12 – 13 tahun 115 ± 18 59 ± 10
13 – 14 tahun 118 ± 19 60 ± 10
d). Frekuensi Denyut Jantung / Nadi Normal Pada Bayi dan Anak
Frekuensi denyut per menit
Umur Istirahat Istirahat Aktif
(bangun) (tidur) /demam
Baru lahir 100 – 180 80 – 160 sampai 220
1 mgg – 3 bln 100 – 220 80 – 200 sampai 220
3 bln – 2 thn 80 – 150 70 – 120 sampai 200
2 thn – 10 thn 70 – 110 60 – 90 sampai 200
> 10 tahun 55 – 90 50 – 90 sampai 200
e). Suhu Tubuh
Menggunakan termometer badan
Umumnya suhu axilla
Sebelumnya air raksa diturunkan < 35 0C dengan mengibaskan termometer
Dikepitkan di axilla ± 3 menit
Normal 36 – 37 0C
Suhu rektum core temperatur lebih tinggi 1 0C > tinggi dari suhu Axilla ato 0,5 0C > tinggi dari suhu mulut
16. DATA ANTROPOMETRIK
a) Berat Badan
Bayi: Timbangan bayi
Anak:Timbangan berdiri
Sebelum menimbang cek dulu apakah mulai nol
b) Tinggi Badan
Bayi Tidur terlentang. Ukur verteks – tumit
Anak Berdiri tanpa alas kaki, punggung bersandar ke dinding
Lingkar Kepala (LK)
Bayi < 2 thn rutin LK
Alat pengukur meteran yang tidak mudah meregang
Ukur glabella – atas alis- protoberensia oksipitalis eksterna
Lingkar Lengan Atas (LLA)
Menggunakan pita pengukur
Mengukur pertengahan lengan kiri antara akromion dan olecranon
17. KULIT
a). Anemi
Paling baik dinilai pada telapak tangan / kaki, kuku, mukosa mulut dan conjunctiva
b). Ikterus
Sebaiknya dinilai dengan sinar alamiah
Paling jelas terlihat di sklera, kulit, selaput lendir
Harus dibedakan dengan karotenemia
12
c) Sianosis
Warna kebiruan pada kulit dan mukosa
Sianosis sentral oleh karena penyakit jantung, paru
Sianosis perifer oleh karena kedinginan, dehidrasi, syok
d) Edema
Akibat cairan extraseluler abnormal
Pitting edema : meninggalkan bekas
Edema minimal cenderung dijaringan ikat longgar (palpebra)
Edema lebih banyak kaki sakrum, skrotum
Edema hebat Anasarka
Edema Lokal alergi, trauma
e) Lain-lain yang perlu dilihat
- Ptechiae – Purpura
- Eritema – Haemangioma
- Sclerema – Turgor kulit
18. KEPALA
Bentuk : ukuran kepala
Rambut : Warna, Kelebatan, Rontok
Ubun-ubun besar
Normal : Rata / sedikit cekung
Umur ±18 bulan – menutup
Wajah
Mata : Palpebra,Conjungtiva, Sklera, Kornea, Pupil, Bola mata
Telinga
Bentuk daun telinga
Sekret telinga
Hidung
Pernapasan cuping hidung
Mukosa hidung, Sekret
Epistaksis
Mulut
Trismus, Halitosis
Bibir : Labioskisis, Keilitis ,warna mukosa bibir
Mukosa pipi : Oral thrush, Bercak koplik spots’
Palatum : Palatoskisis
Lidah : Makroglossi, lidah kotor
Gigi : Caries
Salivasi : Hipersalivasi
Faring, tonsil : Hiperemi, Edem, Eksudat, Abses
19. LEHER
Tekanan vena jugularis
Edema – Bullneck – Parotitis
Tortikolis
Kaku kuduk
Massa : Kelenjar Getah Bening, Tiroid
13
20. DADA
Inspeksi
Bentuk, simetris
Gerakan dada, Retraksi
21. PARU – PARU
a) Inspeksi
Tercakup pada inspeksi dada
b). Palpasi
Simetri
Kel. Axilla
Fremitus Suara
Meraba getaran pada dada
pada konsolidasi paru jika ada cairan
c). Perkusi
Mulai supraklavikula ke bawah, bandingkan kanan dan kiri
Normal : Sonor
Hipersonor : Emfisema, pneumothorax
Redup : Pneumonia, tumor, cairan
d). Auskultasi
Dilakukan pada seluruh dada atas, bawah, kanan, kiri
Suara Napas Normal Vesikuler
Inspirasi > Ekspirasi
Suara napas tambahan
Ronki basa Cairan
Halus : Alveolus, bronkiolus
Sedang : Bronkus
Nyaring : Nyata terdengar oleh karena melalui benda padat
Ronki kering menyempit
Jelas pada fase ekspirasi
Wheezing
22. JANTUNG
a). Inspeksi
Denyut Apex (Apex / ictus cordis) biasanya sulit dilihat
b). Palpasi
Menentukan letak apex / ictus cordis
NormalICS IV MCL sinistra pada bayi, anak kecil
Anak besar ICS V
Kardiomegali bergeser kebawah, lateral
Getaran bising (thrill) bising jantung (murmur) derajat IV
VSD di ICS III – IV sternum kiri
RHD di Apex (insufisiensi mitral)
c). Perkusi
Perifer ketengah
Kesan besarnya jantung sulit dilakukan pada anak . Inspeksi, Palpasi lebih baik untuk menentukan besarnya jantung
14
d). Auskultasi
Bunyi, murmur Sisi mangkok stetoskop
4 daerah auskultasi
• Apex Mitral
Parasternal kiri bawah Trikuspid
ICS II sternum kiri Pulmonal
ICS II sternum kanan Aorta
• Bunyi jantung I
Fase sistolik
Bersamaan dengan ictus cordis
Paling jelas di apex
Penutupan katup atrioventrikular
• Bunyi jantung II
Fase diastolik
Penutupan katup semilunar (aorta, pulmonal)
Paling jelas di ICS II sternum sinistra
• Bunyi jantung III, IV
Bernada rendah
Sulit didengar
Akibat deselerasi darah
Irama derap (Gallop)
Bunyi jantung III, IV terdengar jelas + takikardi
Adanya gagal jantung
Bising jantung
Akibat turbulensi darah melalui jalan yang sempit
• Bising sistolik
Terdengar antara S I – S II
Pada VSD, MI, TI
• Bising Diastolik
Terdengar antara S II – S I Pada AI, PI
• Bising Kontinyu Pada PDA
Derajat Bising
1: Sangat lemah, hanya terdengar oleh pemeriksa yang berpengalaman, ditempat tenang
2: Lemah tapi mudah didengar
3: Keras, tidak disertai thrill
4: Keras disertai thrill
5: Sangat keras
6: Paling keras, terdengar meskipun stetoskop diangkat dari dinding dada
23. ABDOMEN
a). Inspeksi
Normal pada anak, perut agak membuncit oleh karena otot abdomen tipis
Distensi abdomen simetris / tidak simetris
Umbilikus
15
b). Auskultasi
Bising Usus (suara peristaltik) terdengar tiap 10 – 30 “
Frekuensi Pada Diare atau hilang pada ileus paralitik atau peritonitis
Nada tinggi (metalic sound) pada ileus obstruktif
c). Perkusi
Normal bunyi timpani pada seluruh abdomen kecuali didaerah hati dan limpa
Untuk menentukan adanya cairan (asites) atau udara
Asites ditentukan dengan :
- Shifting Dulness
- Undulasi
- Batas daerah pekak – timpani
d). Palpasi
Bagian terpenting pada abdomen
Nyeri dapat dilihat dari perubahan mimik anak
Defans musculair (ketegangan otot perut) peritonitis
• Hati
Pembesaran hati (Hepatomegali) dinyatakan dalam cm dibawah arcus costae
• Limpa
Splenomegali diukur dengan cara Schuffner
Tarik garis dari arcus costae – pusat – lipat paha
Sampai pusat S IV
Sampai lipat paha S VIII
Massa Intra abdominal
Tumor, Skibala, Hernia
• Anus
Anus Imperforata
Fisura ani . Polip Rektum
Diaper Rash
Colok Dubur
• Genetalia
Pada neonatus melihat kel. Kongenital
Inspeksi, Palpasi, kadang Transluminasi
Laki-laki: Phymosis, Hipospadia, Skrotum, Testis
• Extremitas
Memperhatikan sikap anggota gerak, jari-jari, warna kuku, deformitas
Pemeriksaan otot
Kekuatan, Tonus
• Atrofi
Pemeriksaan sendi
Radang sendi (artritis)
16
24. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Tanda rangsang Meningeal
Kaku Kuduk
Brudzinski I, II
Kernig
Kekuatan Otot
Pada anak yang kooperatif
5: Normal
4: Dapat melawan tekanan
3: Dapat menahan berat – tidak dapat melawan tekanan
2: Hanya dapat menggerakkan anggota badan
1: Teraba gerakan konstraksi otot, tidak dapat bergerak
0: Tidak ada konstraksi
Reflek tendon
KPR, BPR
Pada Tumor batang otak, hipokalsemia, hipertiroid
pada malnutrisi
Reflek
Babinski, oppenheim
Klonus hiperrefleksi, reflek patologis (+)
Pemeriksaan saraf otak
N.I–XIINeurologi
25. PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS
1. setelah lahir
Menilai APGAR Score
Menentukan Prognosa
Mencari kelainan kongenital
Menentukan perawatan selanjutnya
Yang perlu diperhatikan
Mengetahui Riwayat kehamilan dan persalinan
Bayi telanjang dibawah lampu penghangat
Menjaga kebersihan tangan dan lain-lain
Bila ada kelainan kongenital sindroma APGAR
Tindakan
Prognosis
2. pemeriksaan lanjutan
Warna kulit, keadaan kulit
Keaktifan, suhu badan
Tangis bayi
Wajah neonatus
Gizi (BB, TB)
Kepala
Dada
17
Bentuk dada, apnea
Fraktur clavicula
Bunyi jantung
Abdomen
Distensi abdomen
Tali pusat
Anus , Genetalia
Atresia ani
Skrotum, Testis
Extremitas
Polidaktili, Sindaktili
CTEV
Claw hand
Pemeriksaan Neurologis
Reflek moro
Rooting Reflek
Dr. H. AHMAD NURI, Sp.A. http://www.google.com, Diagnosis Fisik Pada Anak
http://www.google.com. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir

Selasa, 22 Januari 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAKDENGAN KELAINAN JANTUNG BAWAANASD, VSD,



Dosen : Ade Nuraeni, S.Kep., Ners., M.Kep
KEPERAWATAN ANAK 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAKDENGAN KELAINAN JANTUNG BAWAANASD, VSD, KOARTASIO AORTA DAN
BRONCHOPNEMONI
DISUSUN OLEH :
TINGKAT  2A

SURANGGA JAYA

AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN SUBANG
Jln. Brigjen Katamso No.37 Subang
2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan anak 1 yang berjudul : asuhan keperawatan Patent Duktus Arteri, Ventrikel Sepal Defect, Atrium Sepal Defect.
Kami  juga mengucapkan terimah kasih kepada ibu  pembimbing dan semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah  ini  masih  jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Akhir kata kami mengucapakan banyak terima kasih.

                                                                                                    Subang, 5 november 2012

                                                                                                    mahasiswa





DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...............................................................................               i
DAFTAR ISI..............................................................................................              ii

BAB I     PENDAHULUAN

A.    Latar belakang ......................................................................              1

BAB II   TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian.............................................................................              2
B.    Etiologi .................................................................................              3
C.    Pathofisiologi .......................................................................              3
D.    Komplikasi............................................................................              4
E.     Gambaran Klinik...................................................................              4
F.     Penatalaksanaan....................................................................              6
G.    Penatalaksanaan Keperawatan..............................................              6

BAB III  LAPORAN KASUS....................................................................              8

BAB IV  Kesimpulan...........................................................................            21

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
ASD(Atrial Septal Defect) merupakan kelainan jantung bawaan tersering setelah VSD (ventrikular septal defect).Dalam keadaan normal, pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru.Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya menutup.Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt).Maka darah bersih dan darah kotor bercampur.
Kelainan ini disebabkan adanya defek (lubang) pada dinding atrium jantung. Akibatnya darah dari atrium kiri yang seharusnya pergi ke ventrikel kiri, akan masuk ke dalam ke dalam ventrikel kanan, kemudian ke ventrikel kanan. Jika lubangnya cukup besar, ASD akan mengakibatkan beban volume di jantung kanan, di samping itu juga menyebabkan beban volume di jantung kiri. ASD merupakan salah satu penyakit jantung bawaan non sianotik (kelainan kongenital). Insidensnya sekitar 6,7% dari seluruh penyakit jantung bawaan pada bayi yang lahir hidup.
Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering ditemukan. Di amerika serikat, insidens penyakit jantung bawaan sekitar 8 – 10 dari 1000 kelahiran hidup, dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi sebagai kondisi kritis pada tahun pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan pertama kehidupan berakhir dengan kematian penderita. Di indonesia, dengan populasi lebih dari 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita.
Berdasar data diatas maka penulis merasa tertarik untuk menyusun makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan Asd, Vsd, Koartasio Aorta dan Bronchopnemoni.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.      Pengertian
1.       ASD (Atrial Septum Defek) adalah kelainan jantung bawaan akibat adanya lubang pada septum interatrial. Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :
a.    ASD Sekundum, bila lubang terletak di daerah fossa ovallis.
b.     ASD Primum, bila lubang terletak didaerah ostium primum (termasuk salah satu bentuk defek septum atrioventrikulare).
c.      Defek sinus venosus, bila lubang terletak didaerah venosus (dekat muara vena kava superior dan inferior).
2.       VSD (Ventrikulare Septum Defek) adalah suatu keadaan dimana ventrikel tidak terbentuk secara sempurna sehingga pembukaan antara ventrikel kiri dan kanan terganggu, akibat darah dari bilik kiri mengalir kebilik kananpada saat sistole.

Besarnya defek bervariasi mulai dari ukuran milimeter (mm) sampai dengan centi meter (cm), yaitu dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1.       VSD kecil : Diameter sekitar 1 – 5 mm, pertumbuhan anak dengan kadaan ini masih normal walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi saluran pernafasan.
2.       VSD besar / sangat besar : Diameter lebih dari setengah dari ostium aorta, tekanan ventrikel kanan biasanya meninggi.
3.       KOARTASIO AORTA adalah kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya penyempitan didekat percabangan arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal duktus arteriousus battoli.
4.       BRONCHOPNEMONIA
Pnemoni adalah proses inflamasi pada parenkin paruBronchopnemoni adalah proses dari pnemoni yang dimulai dari bronkus dan menyebar kejaringan paru sekitarnya, hal ini menyebabkan adanya gangguan ventrikel

B.      Etiologi
1.     Kelainan Jantung Bawaan : ASD, CSD, KOARTASI AORTA
Penyebab utama secara pasti tidak diketahui, akan tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya penyakit ini yaitu : Pada saat hamil ibu menderita rubella, ibu hamil yang alkoholik, usia ibu saat hamil lebih dari 40 tahun dan penderita IDDM.
2.     Bronchopnemoni
Beberapa agent penyebab terjadinya Bronchopnemoni yaitu :
·        Protozoa (pnemoni cranii)
·        Bakteri
·        Vival atau jamur pnemoni

C.      Pathofisiologi
1.     VSD ( Ventrikel Septum Defek ) :
·        Adanya defek pada ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan dengan resistensi pulmonal melalui defek septum.
·        Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian tekanan ventrikel kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri ke kanan. Hal ini akan menyebabkan resiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertrophi otot ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan workload sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi meningkatnya workload, maka terjadilah pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.
2.     Bronchopnemoni
Agent yang masuk kedalam bronkus menyebabkan flora endogen yang normal menjadi patogen yang kemudian masuk terus kealveoli sehingga terjadi reaksi inflamasi yang mengakibatkan ekstravasasi cairan serosa kedalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri (kuman), membran alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran O2 kedalam perialveolar kapiler dibagian paru yang terkena dan mnyebar hampir keseluruh jaringan paru dan akhirnya terjadi hipoksemi.

D.      Komplikasi
1.     ASD dan VSD
·        Endokarditis
·        Obtruksi pembuluh darah pulmonal (Hipertensi Pulmonal)
·        Aritmia
·        Henti jantung
2.     KOARTASIO, kompliksi yang berbahaya adalah :
·        Perdarahan otak
·        Ruptur aorta
·        Endokarditis
3.     BRONCHOPNEMONI
·        Abses paru
·        Effusi pleura
·        Empiema
·        Gagal nafas
·        Perikarditis
·        Meningitis
·        Atelektasis

E.      Gambaran Klinik
1.     ASD
·        Pertumbuhan dan perkembangan biasa seperti tidak ada kelainan
·        Pada pirau kiri ke kanan sangat deras
·        Pada stres : cepat lelah, mengeluh dispnea, sering mendapat infeksi saluran pernafasan.
·        Pada palpasi : terdapat elainan ventrikel kanan hiperdinamik di parasternal kiri.
·        Pada auskultasi, photo thorak, EKG : jelas terlihat ada kelainan.
·        Ekhokardiografi : pasti ada kelainan jantung.
2.     VSD (ventrikel septal defek)
·        Pertumbuhan terhambat
·        Diameter dada bertambah terlihat adanya benjolan dada kiri
·        Pada palpasi dan auskultasi : adanya VSD besar :
-        Tekanan vena pulmonalis meningkat
-        Penutupan katub pulmonal teraba jelas pada sela iga 3 kiri dekat sternum
-        Kemungkinan teraba getaran bising pada dada
·        Adanya tanda-tanda gagal jantung : sesak, terdapat murmur, distensi vena jugularis, udema tungkai, hepatomagali.
·        Diaphoresis
·        Tidak mau makan
·        Tachipnea
3.     Koartasio Aorta
·        Pada bayi dapat terjadi gagal jantung
·        Umumnya tidak ada keluhan, biasanya ditemukan secara kebetulan
·        Palpasi : raba arteri radialis dan femoralis secra bersamaan
-        Pada arteri radialis lebih kuat
-        Pada arteri femoralis teraba lebih lemah
·        Auskultasi :
·        Terdengar bisng koartasio pada punggung yang merupakan bising obtruksi
·        Jika lumen aorta sangat menyempit terdengar bising kontinue pada aorta.
4.     Broncho Pnemoni
·        Biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratoris beberapa hari.
·        Suhu tubuh naik mendadak sampai 390 – 400 c.
·        Kadang disertai kejang
·        Anak gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung.
·        Auskultasi : terdengar ronchi
·        Perkusi : untuk bronchopnemoni konfluens, ada keredupan.

F.       Penatalaksanaan
1.     ASD (Artrial Septum Defek) :
·        ASD kecil (diameter < 5 mm) karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik dan bahaya endokarditis infeksi, tidak perlu dilakukan operasi.
·        ASD besar (diameter > 5 mm s/d beberapa centimeter), perlu tindaklan pembedahan dianjurkan < 6 tahun, karena dapat menyebabkan hipertensi pulmonal (walaupun lambat)
·        Pembedahan : menutup defek dengan kateterisasi jantung
2.     VSD (venrikel septal defek ) :
Pembedahan yang dilakukan untuk memperpanjang umur harapan hidup, dilakukan pada umur muda, yaitu dengan 2 cara :
·        Pembedahan : menutup defek dengan dijahit melalui cardiopulmonal bypass
·        Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung
3.     KOARTATIO AORTA :
Pembedahan yang dilakukan untuk mencegah obtruksi pembuluh aorta dengan dilakukan pelebaran arteri subklavia dan pangkalduktus arterious battoli yaitu dengan “ Open Heart”
4.     BRONCHO PNEMONI
·        Obat-obatan : antibiotik, ekspektoran, antipiretik, analgesik.
·        Terapi oksigen dan melalui aerosol
·        Fisioterapi nafas dan postural drainage

G.     Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan yang dilakukan ditujukan pada beberapa masalah yang sering timbul dari kelainan jantung bawaan dan broncho pnemoni
1.     Bahaya terjadinya gagal jantung
2.     Resiko tinggi gagal nafas
3.     resiko tinggi terjadi infeksi
4.     kebutuhan nutrisi
5.     gangguan rasa aman dan nyaman
6.     pengetahuan orang tua mengenai penyakit
BAB IIILAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI “K”
DENGAN ASD, VSD, KOARTASIO AORTA DAN BRONCHO PNEMONI
POST OPEN HEART DI ICU RSUD Dr. SOETOMO

 I.     PENGKAJIAN
1.     Identitas
Nama                          : By. Kinanti
Tanggal lahir              : 26 Maret 2002
Jenis kelamin             : Perempuan
Suku/Bangsa              : Jawa/ Indonesia
Agama                        : Islam
Alamat                       : Krukah Utara 7 c / 1 Surabaya
Nama ayah                 : Budi Karmito
Tanggal MICU           : 25 Juni 2002
Tanggal MRS             : 30 Mei 2002
Tanggal pengkajian   : 25 Juni 2002, jam 13.00 wib
Diagnosa medis         : ASD, VSD, Koartasai Aorta, Broncho pnemoni
No. register                : 1068121
Sumber informasi      : orang tua dan stataus

2.     Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama : sesak, tidak mau menetek, tidak bisa tidur, gelisah
Riwayat Penyakit Sekarang :
·      Tgl 5 April 2002 : usia bayi 10 hari, mulai batuk-batuk belum disertai sesak.
·      Tgl 19 Mei 2002 : bayi mulai batuk-batuk disertai sesak pertama kali
·      Tgl 30 Mei 2002 : penderita dibawa ke RSAL untuk berobat dan langsung dirawat, karena tidak teratasi penderita dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo.
·      Tgl 25 Juni 2002 : penderita masuk ICU post op open heart : Ligasi coartasio aorta.
3.     Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Bayi lahir spontan pada tanggal 26 Maret 2002, usia kehamilan 9 bulan 1 minggu dengan BB 2,6 kg ditolong oleh bidan. Bayi langsung menangis, warna kulit merah, tidak ada tanda dan gejala penyakit yang disertai.

4.     Riwayat Keehatan Keluarga :
·        Tidak ada yang mengalami sakit seperti penderita.
·        Saat hamil tidak minum obat sembarang, kecuali dari rumah sakit, jamu tidak pernah minum.
·        Ayah dan ibu sering pilek dan batuk dipagi hari bila kena debu

5.     Observasi dan Pemeriksaan fisik
1.     Keadaan Umum : post op open heart, kesadaran somnolen, terpasang ventilator dengan ETT, penderita usia 3 bulan
2.     Pengkajian Fisik :
B1 (Breathing) / Pernafasan :
·        Pernafasan dengan ETT dibantu dengan ventilator mode IPPV, FiO2 60 %, frekwensi nafas 40 x/mnt, SaO2 50-60 % dan makin turun.
·        Ronchi positif (+), tidak ada whezing, tidak ada stridor.
·        Retraksi intercostal positif (+)
·        Pernafasan cuping hidung positif (+)
B2 (Bleeding) / sirkulasi :
·        Perfusi jaringan dingin, klien tampak biru, sianosis
·        Capilary refill time 3 detik
·        Suhu : 36,50 C
·        Tensi : 60/30 mmHg
·        Nadi : 90-100 x/mnt
·        Terpasang CVP 8 cm H2O
·        Terpasang balon drain tekanan (-) 8 cm H2O, cairan merah
·        Infus D10 0,18 MS 200 cc / 24 jam

B3 (Brain) / Kesadaran :
·        Kesadaran menurun , somnolen, usia 3 bulan
·        GCS 2 dan 6, gerakan sangat lemah
·        Kejang tidak ada (-)
·        Pupil isokor, diameter sama
·        Sklera putih
·        Kemampuan buka mata lemah
B4 (Blader) / Perkemihan :
·        Bayi menggunakan kateter
·        Kateter menates
·        Produksi urine ± 3 cc/jam
B5 (Bowel) / Pencernaan :
·        Bising usus positis (+), kembung posistif (+)
·        Terpasang sonde susu 120 cc/24 jam
·        BAB encer berlendir, warna hijau kehitaman, jumlah 50 cc/BAB
B6 (Bone) / Tulang otot-integumen
·        Pergerakan sendi sangat lemah
·        Pnemoni positif (+) membaik
·        Terpasang infus divena kava (bilument), udema tidak ada
·        Luka operasi tertutup hepafix, tidak ada rembesan darah
·        Kulit sangat halus dan sensitif, terbaring dalam waktu yang lama
·        Kulit sekitar pantat, genetalia tampak kemerahan (bintik-bintik merah) sedikit terkelupas
3.     Data Psikososial
·        Ibu sangat cemas dan bingung
·        Ibu sering menanyakan kondisi anaknya
·        Ibu menanyakan bagaiman kondisi anaknya selanjutnya, apakah akan normal
·        Ibu menangis saat bertanya tentang anaknya dan berharap cepat sembuh


4.     Pemeriksaan Penunjang
·        Tanggal 24 juni 2002 :
1.     Thorak photo : Cor : jantung membesar kekanan dan kekiri
Pulmo : tampak infiltrat pada supra parahiler kanan dan kedua paru tampak hiperareated
Kedua sinus Phrenicocostalis tajam
Kesimpulan : Kardiomegali dengan pnemoni
2.     ECG : Irama sinus, HR 142 x/mnt, sumbu QRS + 1150 / RAD
·        Tanggal 25 Juni 2002 :
-        Labotratorium :
Jam 16.00 : elektrolit : K : 1,59 meg/L
Na : 11,7 meg/L
AGD : PH : 7,447
pCO2 : 68 mmHg
pO2 : 43, 9mmHg
HCO3 : 45,9 mmol /L
BE : 21,9 mmol/L
SaO2 : 79,8 %
CHO2 : 48,0 %
5.     Terapie
·        Tanggal 25 Juni 2002 :
·        Obat : Meronem : 3 x 50 mg/iv
Cloxacillin : 3 x 50 mg/iv
·        Cairan : D10 0,18 NS : 180 cc/24 jam
KCl : 1 meq







NO
DATA PENDUKUNG
ETIOLOGI
MASALAH
1












2






3









4









5















6








7




DS : -
DO : - Penderita sesak nafas
§  Terpasang ETT dengan ventilator
§  Penderita kebiruan / sianosis
§  HR 90 x /mnt
§  Frekwensi 40 x/mnt
§  SaCO2 60 % dan makin turun
§  Ronchi positif (+)
§  Retraksi interkosral
§  Pernafasan cuping hidung posistif (+)

DS : -
DO : - bayi usia 3 bulan
·        Post op open heart
·        Kelainann jantung bawaan
·        Broncho pnemoni membaik
·        Keadaan umum sangat lemah

DS : -
DO : - bayi usia 3 bulan
·        Sudah terbaring ± 1 bulan
·        Kulit bayi sangat sensitif dan lembut
·        Tampak ada bercak-bercak merah pada kulit bokong dan genetalia
·        Pergerakan bayi sangat lemah

DS : -
DO : - terpasang endotrakheal tube
·        Terpasang alat ventilator dan monitor lainnya
·        Pertahanan tubuh penderita menurun
·        RR 40 x/mnt
·        SaO2 60 %

DS : -
DO : - Orang tua sering menanyakan keadaan anaknya di rumah sakit
·        Ibu mengatakan ia sangat cemas dan bingung dengan penyakit anaknya
·        Ibu menangis dan berharap anaknya cepat sembuh
·        Ibu cemas dan bertanya apakah anaknya akan sembuh normal seperti anaknya yang lain
·        Ibu berharap anaknya dapat dirawat dengan baik di ICU

DS : -
DO : - Penderita dengan kelainan jantung bawaan
·        Status kesehatan menurun
·        Usia anak 3 bulan
·        Klien sangat lemah
·        Perkembangan klien tida sesuai dengan umur

DS : -
DO : - Klien usia 3 bulan
·        Terbaring dilingkungan bebas
·        Terbaring tanpa penghangat
·        Klien tidak memakai sarung tangan, kaos kaki dan baju
·        Kluien hanya diselimuti dengan kain
·        Klien tidak bisa tidur / tutup mata


Penumpukan sekret












Penurunan status kesehatan





Tirah baring yang lama









Pemsangan ETT &ventilator ( alat bantu mekanis )





·        Hospitalisasi anak
·        Kekuatiran terhadap anak















Kurangny supli O2 dan nutrisi ke jaringan






Suhu lingkungan yang dingin


Gangguan pertukaran gas











Resiko tinggi terjadinya infeksi





Resiko tinggi kerusakan integritas kulit








Resiko tinggi cedera / barotrauma





Perubahan peran orang tua
















Resiko terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan




Gangguan rasa aman dan nyaman



II.     ANALISA DATA
PRIORITAS MASALAH
1.     Gangguan pertukaran gas
2.     Resiko tinggi infeksi
3.     Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
4.     Resiko tinggi cedera
5.     Perubahan peran orang tua
6.     Resiko tinggi gangguan pertumbuhan dan perkembangan

III.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.     Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret
2.     Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan penurunan status kesehatan
3.     Resiko tinnggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama
4.     Resiko tinggi cedera / barotrauma berhubungan dengan pemasangan ETT dan ventilator
5.     perubahan peran orang tua berhubungan dengan kekuatiran terhadap oenyakit anaknya
6.     Resiko tinggi gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kurangnya suplai O2 dan nutrisi kejaringan



IV.     PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
Diagnosa 1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret
Tujuan : Tidak terjadi gangguan pertukaran gas dalam waktu 15 menit
Kriteria :
·        Klien tidak sianosis, perfusi HKM
·        Klien tidak sesak nafas
·        Pengembangan dada +/+
·        Nafas cuping hidung tidak ada
·        Frekwensi nafas normal
·        SaO2 80 – 100 %

Rencana Tindakan :
1.     Cuci tangan sebelum memegang bayi
R / Mencegah tranmisi organisme dari tempat lain
2.     Beri O2bag and mask
R/ Memberi cadangan O2 pada alveoli yang dapat menurunkan hipoksemi
3.     Kaji status pernafasan setiap 15 menit
·        Suara nafas
·  Tanda vital T, S, N
·  Perfusi jaringan
R/ pastikan apakah klien masih dalam gangguan pertukaran gas
4.     Lakukan suction
R/ membebaskan jalan nafas
5.     Atur posisi yang nyaman untuk klien
R/ Posisi yang nyaman diharapkan membantu mencegah gangguan pernafasan
6.     Kolaborasi terapie pemberian obat diuretik sesuai indikasi : Lasix
R/ Menurunkan kongesti alveolar

Implementasi :
1.     Mencuci tangan sebelum memegang bayi
2.     Memberi O2 bag
3.     Melakukan suction :
o   Memakai handscoon steril
o   Mengambil kanul suction 1/3 dari ETT
o   Baging sampai SaO2 diatas 95, dimasukan suction
o   Dilakukan dalam 3 periode
4.     Mengkaji pernafasan klien 15 menit pertama, selanjutnya tiap jam
·        Suara nafas : ronchi
·        Tanda vital : 15 menit pertama
·        Perfusi jaringan
5.     Mengatur posisi yang nyaman untuk klien
·        Membungkus klien dengan kain panjang
·        Atur posisi miring

Evaluasi jam 13. 15 WIB :
S : -
O : - Sianosis
·        Klien tidak sesak
·        Pengembangan dada (+/+)
·        Nafas cuping hidung (+)
·        Frekwensi nafas 50 x/mnt
·        SaO2 90 %, T : 100/60 mmHg, N: 134 x/mnt

A: Masalah teratasi
P : Pertahankan tindakan yang ada no 1, 2, 3, 4, 5.
Untuk no 2 dan 3 : Jadwalkan suction tiap jam/ bila ada indikasi
Untuk no 4 : Dilakukan tiap jam
Diagnosa 4 : Resiko tinggi cedera/barotrauma berhubungan dengan pemasangan ETT dan ventilator
Tujuan : Penderita bebas dari cedera setelah dilakukan tindaka, dalam waktu 1x 24 jam



Kriteria Hasil :
·        Tidak terjadi iritasi pada hidung maupun jala nafas
·        Tidak terjadi barotrauma
·        Vital sign dalam batas normal T 100/60 mmHg, N 130 x/mnt, RR 16- 24 x/mnt
·        Saturasi O2 (>95 %)
·        Setting ventilatorsesuai advise

Rencana Tindakan :
1.     Monitor ventilator bila ada peningkatan yang tiba-tiba
R/ Peningkatan secara tajam dapat menimbulkan trauma jalan nafas ( barotrauma)
2.     Yakinkan nafas klien sesuai dengan ventilator
R/ Nafas yang berlawanan dengan mesin dapat menimbulkan trauma
3.     Cegah terjadinya fighting, kalu perlu kolabi\orasi dengan dokter untuk pemberian sedasi
R/ Fighting dapat menimbulkan barotrauma sehingga harus diwaspadai
4.     Observasi tanda dan gejala barotrauma
R/ deteksi dini terjadinya barotrauma
5.     Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati dan gunakan kateter suction yang lunak
R/ cegah iritasi muksa jalan nafas
6.     Lakukan restrain/ fiksasi dengan baik pada ETT
R/ mencegah terekstubasi sendiri
7.     Atur posisi selang/tubing ventilator dengan tepat
R/ Mencegah ttrauma akibat penekanan selang ETT

Implementasi :
1.     Memonotor keadaan ventilatorsesering mungkin setiap jam
2.     meyakinkan bahwa nafas klien sesuai dengan ventilator
3.     Mencegah terjadinya fighting
4.     mengobservasi tanda dan gejala barotrauma
5.     Melakukan suction sesuai anjuran : steril, memaki handscoon, ujung kateter 1/3 dari kanul ETT, ujung kateter tumpul
6.     Melakukan fixasi ETT dengan baik dan benar
7.     Merngatur posisi tubing ventilator dengan baik dan benar

Evaluasi : tanggal 26 Juni 2002, jam 13.00
S : -
O : - Tidak terjadi iritasi pada hidung dan jalan nafas ditandai dengan tidak ada tanda-tanda infeksi. Suhu 36,5 c, klien tenang, tidak cemas
·        Tidak terjadi barotrauma
·        Tanda vital dalam batas normal: tensi 100/60 mmHg, N 134 x/mnt, RR 24 x/mnt
·        SaO2 88 %
·        Setting ventilator benar

Diagnosa 5 : Perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak dan kekuatiran terhadap penyakit anak
Tujuan : Orang tua akan mengekpresikan perasaannya setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 3x24 jam.
Kriteria : - Orang tua mengatakan siap untuk menerima anak dengan kelainan jantung.
·        Orang tua yakin bahwa mereka memegang peranan penting dalam kesembuhan anaknya.
·        Mendiskusikan rencana pengobatannya.

Rencana tindakan :
1.     Jalin komunikasi yang baik dengan orang tua penderita
Rasional : Indikator untuk melakukan tindakan selanjutnya
2.     Ajarkan orang tua untuk ekspresikan perasaanya karena memeiliki anak dengan kelainan jantung.
Rasional : Informasi yang jelas mengurangi kecemasan orag tua dan keluarga
3.     Eksplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan takut, rasa bersalah.
Rasional : Menghindari stresor berlebihan terhadap orang tua
4.     Yakinkan orang tua bahwa dia memegang peranan penting dalam tumbang anak
Rasional : Agar orang tua berperan aktif dalam perawatan
5.     Berikan informasi yang jelas untuk mengurangi kecemasan
Rasional : Informasi yang jelas dapat mengurangi kecemasan orang tua dan keluarga
6.     Libatka orang tua dalam perawatananak selama dirawat
Rasional : Peran aktif diharapkan mempercepat proses penyembuhan
7.     Memberi dorongan moril pada orang tua dan keluarga
Rasional : agar orang tua dan keluarga memperolah kekuatan, terhindar dari stress

Implementasai :
1.     Menjalin hubungan baik dengan orang tua khususnya Ibu klien
2.     Meyakinkan ibu bahwa mereka memegang peranan penting dalam kesembuhan anak
3.     Menganjurkan ibu untuk menghilangkan rasa takut dan bersalah
4.     menganjurkan ibu untuktidak terlalu cemas dengan mengatakan banyak anak yang mengalami hal semacam ini tapi mereka tetap kuat
5.     menganjurkan ibu untuk sering mengunjungi anaknya selama dirawat
6.     Melibatkan orang tua/ menganjurkan orang tua untuk tetap membantu dalam perawatan anak : misalnya pakaian harus bersih, popok sering diganti / bila basah
7.     Memberi dorongan moril pada orang tua , bahwa hanya dekatkan diri pada tuhan semoga masalahnya cepat teratasi

Evaluasi : tanggal 28 Juni 2002, jam 16.00 WIB .
S : - Ibu mengatakan bira bagaimanapun dan dalam keadaan apapunia tetap menyayangi anaknya, ia sada bahwa anaknya adalah titipan tuhan
- Ibu menyadari dukungan do’a akan mempercepat penyembuhan anaknya
O : - Ibu mengekpresikan perasaanya
- Ibu mengatakan siap menerima anaknya
- Ibu mengatakan dalam keadaan menangis
- ibu selalu mengunjungi anaknya
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan rencana tindakan yang ada no 6, 7


BAB IV
KESIMPULAN

1.      ASD (Atrial Septum Defek) adalah kelainan jantung bawaan akibat adanya lubang pada septum interatrial. Berdasarkan letak lubang
2.      VSD (Ventrikulare Septum Defek) adalah suatu keadaan dimana ventrikel tidak terbentuk secara sempurna sehingga pembukaan antara ventrikel kiri dan kanan terganggu, akibat darah dari bilik kiri mengalir kebilik kananpada saat sistole.
3.     KOARTASIO AORTA adalah kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya penyempitan didekat percabangan arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal duktus arteriousus battoli.
4.     BRONCHOPNEMONIA
Pnemoni adalah proses inflamasi pada parenkin paru Bronchopnemoni adalah proses dari pnemoni yang dimulai dari bronkus dan menyebar kejaringan paru sekitarnya, hal ini menyebabkan adanya gangguan ventrikel

Kelainan Jantung Bawaan : ASD, CSD, KOARTASI AORTA
Penyebab utama secara pasti tidak diketahui, akan tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya penyakit ini yaitu : Pada saat hamil ibu menderita rubella, ibu hamil yang alkoholik, usia ibu saat hamil lebih dari 40 tahun dan penderita IDDM.

Bronchopnemoni
Beberapa agent penyebab terjadinya Bronchopnemoni yaitu :
·        Protozoa (pnemoni cranii)
·        Bakteri
·        Vival atau jamur pnemoni



DAFTAR PUSTAKA


1.     Ngastiyah. (1995).  Pedoman Anak Sakit . editor Setiawan S.Kp. EGC. Jakarta

2.     Engram.B (1994). Rencana Asuhan KeperawatanMedikal Bedah. 1th. Ed. Editor Monica ester, S.Kp. EGC. Jakarta

3.     Sariadai, S.kp & Rita Yuliani, S.kp. Asuhan Keperawatan Pada Anak. PT. Fajar interpratama. Jakarta

4.     http://muhammadihsan87.blogspot.com/2011/01/askep-asd-vsd.html