LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN
DIRI
1. Masalah Utama
Defisit Perawatan Diri
2. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu
kemampuan dasar manusia dalam memenuhikebutuhannya
guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias,
makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
2. Tanda dan Gejala
· Gangguan
kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan
bau, serta kuku panjang dan kotor
· Ketidakmampuan
berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakain kotor dan tidak
rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki bercukur, pada pasien
perempuan tidak berdandan.
· Ketidakmampuan
makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan mengambil makan sendiri,
makan berceceran, dan makana tidak pada tempatnya
· Ketidakmampuan
eliminasi secara mandiri, ditandai dengan buang air besar atau buang air kecil tidak
pada tempatnya, dan tidak membersihakan diri dengan baik setelah BAB/BAK
3. Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah,
(2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : kelelahan
fisik dan penurunan kesadaran.
Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda
dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
· Badan
bau, pakaian kotor.
· Rambut
dan kulit kotor.
· Kuku
panjang dan kotor
· Gigi
kotor disertai mulut bau
· Penampilan
tidak rapi
· Malas,
tidak ada inisiatif.
· Menarik
diri, isolasi diri.
· Merasa
tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
4. Akibat
Klien
yang kurang merawat kebersihan dirinya akan beresiko integritas kulit, karena
kotor kulit akan mudah terkena luka.
5. Pohon
masalah
Resiko
integritas kulit akibat
Defisit
perawatan
diri core
problem
Isolasi soaial : menarik
diri sebab
5.
Diagnosa Keperawatan
Defisit
perawatan diri
Resiko
integritas kulit
Isolasi
sosial : menarik diri
6.
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
1 : defisit perawatan diri
Tujuan Umum : Klien dapat
meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri
Tujuan Khusus :
Intervensi
1. Berikan
salam setiap berinteraksi.
2. Perkenalkan
nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
3. Tanyakan
nama dan panggilan kesukaan klien.
4. Tunjukan
sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5. Tanyakan
perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6. Buat
kontrak interaksi yang jelas.
7. Dengarkan
ungkapan perasaan klien dengan empati.
8. Penuhi
kebutuhan dasar klien.
TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
Intervensi
1. Bina
hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
2. Diskusikan
bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian
tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
3. Dorong
klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
4. Diskusikan
fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang
berhubungan dengan kebersihan diri.
5. Bantu
klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.
6. Beri
reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.
7. Ingatkan
klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore,
sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan
menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.
TUK III : Klien dapat
melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Intervensi
1. Motivasi
klien untuk mandi.
2. Beri
kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara
memelihara kebersihan diri yang benar.
3. Anjurkan
klien untuk mengganti baju setiap hari.
4. Kaji
keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
5. Kolaborasi
dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri,
seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
6. Bekerjasama
dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi,
shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat
melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
Intervensi
1. Monitor
klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci
rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
TUK V : Klien dapat
mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Intervensi
1. Beri
reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK VI : Klien dapat
dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
Intervensi
1. Jelaskan
pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
2. Diskusikan
bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam
menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.
3. Anjurkan
keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah
dialami di RS.
4. Jelaskan
pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri
klien.
5. Anjurkan
keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.
6. Diskusikan
bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri.
7. Diskusikan
dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu
mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric
Nursing (5 th ed.).St.Louis Mosby Year Book, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi
I, Jakarta : EGC, 1999
Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999
Aziz R, dkk, Pedoman
Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar