Selasa, 24 Desember 2013

BAB I > KEPERAWATAN PERIOPRATIF

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pembedahan, yaitu preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase. Masing- masing fase dimulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan. Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima ( Brunner & Suddarth, 2001 ).
Keperawatan preoperatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Sedangkan tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta persiapan mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara masing-masing komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang optimal, yaitu kesembuhan pasien secara paripurna ( Rothrock ,1999).
Kegiatan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai peran perawat perioperatif antara lain mengidentifikasi factor – factor yang mempengaruhi resiko pelaksanaan operasi, mengkaji kebutuhan fisik dan psikologis dan memfasilitasi persiapan fisik dan psikologis selama masa pra pembedahan ( Taylor , 1997 ). Menurut Chitty Kay. K ( 1997), peran perawat dalam perawatan klien adalah pemberi pelayanan, pendidik, konselor, manager, peneliti dan kolaborator. Adapun implementasi keperawatan yang diselenggarakan dapat berupa melakukan tindakan, mendelegasikan tindakan,
melakukan pengajaran, memberikan konseling, melakukan pencatatan dan pelaporan serta tetap menjalankan pengkajian berkelanjutan.
Data Tindakan operasi yang dilakukan di rumah sakit Dr. Kariadi khusunya di ruang bedah rata – rata per hari adalah 5- 8 orang dari sekitar 60 pasien yang dirawat, artinya 13, 3 % pasien yang dirawat dilakukan tindakan operasi setiap harinya. Sedangkan data tindakan operasi dalam satu bulan rata – rata kurang lebih 152 pasien. Sementara data kejadian tunda dilakukan operasi dalam satu bulan rata – rata 5- 8 pasien dari sekitar 152 pasien yang dioperasi, artinya 5- 7% pasien tunda dilakukan operasi. Data Penyebab ditundanya operasi bermacam – macam namun sebagian besar di antaranya karena keadaan umum pasien yang kurang memungkinkan ( hipoalbumin) sekitar 30 %, selanjutnya 15 % karena masalah pada pemeriksaan penunjang ( hasil laboratorium ), 7,5 % karena ISPA, 7,5 % karena fasilitas yang kurang memadai dan sisanya 40 % karena sebab lain ( Data ruang Bedah RS Dr. Kariadi Semarang, 2010). Kejadian ini tentunya memperpanjang LOS pasien. Melihat data – data tersebut di atas kegagalan operasi kemungkinan terkait dengan persiapan preoperatif yang kurang adekuat. Untuk itu persiapan preoperatif yang baik akan menentukan keberhasilan tindakan operasi.
Salah satu prosedur pasien yang akan masuk rawat inap adalah sudah terdiagnosa dari poliklinik/UGD tentang penyakit yang diderita serta rencana penanganannya. Dengan dasar ini seharusnya perawat sudah mengetahui program setiap pasien yang masuk ke rawat inap, salah satunya yang telah direncanakan untuk dilakukan tindakan operasi. Sehingga prosedur tindakan preoperasi bisa dipersiapkan sejak dari sini agar pelaksanaan tindakan operasi dapat berjalan dengan lancar. Namun kenyataanya perawat kurang memperhatikan hal ini, sehingga pasien yang ada rencana untuk dilakukan tindakan operasi belum ada perlakuan khusus tentang persiapan tindakan operasi yang akan dijalani. Perawat umumnya mempersiapkan preoperasi bila pelaksanaan operasi sudah dekat atau bahkan persiapan preoperasi dilaksakan bila pasien sudah nyata – nyata terdaftar untuk dilakukan operasi. Tentunya waktu ini sangat singkat untuk menjalankan semua persiapan operasi yang seharusnya dilakukan, akibatnya persiapan operasi tidak maksimal. Sehingga dimungkinkan masih terjadi kegagalan dilakukan operasi karena persiapan perawat yang tidak adekuat.
Prosedur tindakan preoperatif di beberapa rumah sakit telah dikembangkan sedemikian rupa mengacu pada kebutuhan pasien yang akan dilakukan pembedahan.
Prosedur ini diharapkan menjadi pedoman paramedis dalam upaya mempersiapkan pasien preoperatif, sehingga persiapan preoperatif dapat dilakukan dengan baik. Di Indonesia hampir setiap rumah sakit mempunyai prosedur tentang tindakan preoperative. Di rumah sakit Dr. Kariadi juga telah dibuat cek list tindakan preoperatif yang harus dilaksanakan, namun penelitian terkait sejauhmana tindakan keperawatan yang diterima pasien preoperatif belum pernah dilakukan. Disamping itu tindakan preoperatif yang diselenggarakan oleh perawat apakah sudah dilakukan dengan baik dan apakah sudah dilakukan secara holistik juga belum ada data yang jelas.
Dari hasil pengamatan pada studi pendahuluan tindakan keperawatan preoperatif tidak sepenuhnya dilakukan oleh perawat, pada pengambilan acak cek list tindakan preoperasi yang diisi oleh perawat, dari 20 sampel yang diambil lebih dari 15 tidak terisi dengan lengkap, artinya lebih dari 75 % cek list tindakan preoperasi tidak terisi secara lengkap. Apakah hal ini mengindikasikan tidak dilakukannya tindakan preoperatif ? hal ini belum dapat disimpulkan.
Melihat fenomena di atas pada penelitian ini akan dipelajari jenis – jenis tindakan keperawatan yang dilakukan perawat terhadap klien preoperasi sehingga hasilnya diharapkan dapat menjadi entery point untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas pelayanan preoperasi khususnya di rumah sakit Dr. Kariadi Semarang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Tindakan keperawatan apa sajakah yang telah dilakukan perawat terhadap pasien preoperatif di ruang bedah RS. Dr. Kariadi Semarang.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian terdiri dari :
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran tindakan keperawatan preoperasi (preoperatif care) yang diterima pasien preoperasi di ruang bedah RSUP. Dr. Kariadi Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik ( Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, dan Status pembiayaan) pasien preoperasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
b. Mendeskripsikan jenis – jenis tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat terhadap klien preoperatif di ruang bedah RSUP. Dr. Kariadi Semarang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Perawat
Dapat digunakan sebagai pedoman bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan supaya pasien pre operatif terpenuhi semua kebutuhannya.
2. Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau entry point dalam upaya meningkatkan pelayanan untuk pasien. Yaitu terkait dengan dikeluarkannya kebijakan untuk memberikan pelayanan terbaik dalam managemen perawatan preoperatif
3. Peneliti
a. Menambah wawasan bagi peneliti tentang tindakan keperawatan preoperasi.
b. Menerapkan secara langsung ilmu tentang tindakan keperawatan pasien preoperatif
c. Sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan metodologi penelitian berikutnya.
d. Sebagai gambaran informasi bagi peneliti berikutnya.
4. Institusi pendidikan
Dapat memberikan tambahan khasanah pengetahuan tentang preoperatif care.
5. Bidang Keilmuan
Menambah pengetahuan baru khusunya bagi perawat perioperatif di rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar