Kamis, 19 Desember 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK



KONSEP DASAR
I.                   Definisi
Sindrom nefrotik ialah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia (Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, hal 832).
Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pada anak-anak. Biasanya berupa oliguria dengan urine berwarna gelap, atau urine yang kental akibat proteinuria berat. Pada dewasa yang jelas terlihat adalah edema pada kaki dan genetalia (Kapita Seleksta Kedokteran, Jilid I, hal. 525).
II.                Etiologi
Sebab yang pasti belum diketahui: akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi. Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:
1.      Sindrom Nefrotik Bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal, resisten terhadap semua pengobatan. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus.
2.      Sindrom Nefrotik Sekunder
Disebabkan oleh:
1)      Malaria kuartana atau parasit lain
2)      Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid
3)      Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombisis vena renalis
4)      Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racun oak, air raksa
5)      Amiloidosis, penyakit sel sakit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokonplementemik
3.   Sindrom Nefrotik Idiopatik (tidak diketahui sebabnya)
Dibagi dalam 4 golongan yaitu:
1)      Kelainan minimal
2)      Nefropati membranosa
3)      Glomerulonefritis prollferatif
4)      Glomerulosklerosis fokal segmental
III.             Patofisiologi
Permeabilitas Glomerulus Meningkat
 

IV.             Manifestasi Klinik
Gejala utama yang ditemukan adalah:
-          Sembab ringan: kelopak mata bengkak
Sembab berat: anasarka, asites, pembengkakan skrotum/labia, hidiotoraks, sembab paru
-          Kadang-kadang sesak karena hidrotoraks atau diafragma letak tinggi (asites)
-          Kadang-kadang hipertensi
-          Proteinuria > 3,5 g/hr pada dewasa atau 0,05 g/kgBB/hr pada anak-anak
-          Hipoalbuminemia < 30 g/l
-          Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia
-          Hiperkoagulabilitas yang akan meningkatkan resiko trombosis vena dan arteri
V.                Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan urin dan darah untuk memastikan proteinuria, proteinemia, hipoalbuminemia, dan hiperlipedemia. Diperiksa fungsi ginjal dan hematuria. Biasanya ditemukan penurunan kalsium plasma. Diagnosis pasti melalui biopsi ginjal.
VI.             Penatalaksanaan
1.      Istirahat sampai edema tinggal sedikit
2.      Makan yang mengandung protein tinggi sebanyak 3-4 g/kgBB/hr, dengan garam minimal bila edema masih berat. Bila edema berkurang dapat diberi garam sedikit.
3.      Mencegah infeksi. Harus diperiksa kemungkinan anak juga menderita tuberkulosis
4.      Diuretikum
5.      Kertikosteroid
Internasional cooperative study of Kidney disease in Children (ISKDC) mengajukan cara pengobatan sbb:
a.       Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hr luas permukaan badan (Lpb) dengan maksimum 80 mg/hr.
b.      Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dnegan dosis 40 mg/hr/Lpb, setiap 3 hari dalam 1 minggu dengan dosis maximum 60 mg/hr.
Bila terdapat respons selama b. maka pengobatan ini dilanjutkan secara inermitan selama 4 minggu.
6.      Antibiotika hanya diberikan bila ada infeksi
7.      Lain-lain
Punya asites, fungsi hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital. Bila ada gagal jantung, diberikan digitalis.
VII.          Komplikasi
Gagal ginjal akut, trombosis, malnutrisi, infeksi sekunder, terutama infeksi kulit yang disebabkan oleh streptococcus, staphylococcus, bionkopnemonia dan tuberkulosis.
VIII.       Prognosis
Terapi antibakteri dapat mengurangi kematian akibat infeksi, tetapi tidak berdaya terhadap kelainan ginjal sehingga akhirnya dapat terjadi gagal ginjal.
Penyembuhan klinis kadang-kadang terdapat setelah pengobatan bertahun-tahun dengan kortikosteroid.
KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian
I.                   Biodata
II.                Keluhan Utama
-    Perubahan pola berkemih
-    Perubahan volume air kemih
-    Perubahan warna air kemih
-    Penampilan cairan pada daerah tertentu
III.             Riwayat Kesehatan Dahulu
-    Problem ginjal : kandung kemih
-    Penyakit sistemik : DM
-    Infeksi streptokokus : glomerulonefrilis
-    Kebiasaan minum obat-obatan
IV.             Riwayat Keluarga
-    Gangguan ginjal
-    Riwayat herediter (sistemik) : DM
-    Hypertensi
V.                Riwayat Tumbuh Kembang Anak
VI.             Psikososial
-    Aktivitas
-    Persepsi tentang keadaannya
-    Kegemaran
-    Lingkup dan kegiatan sosial
VII.          Activity Daili Living
Diit:
·         Tinggi protein
·         Rendah garam (pada stadium sembab dan selama diberi steroid)
·         Cairan terbatas (pada stadium sembab dan hipernatermia)
·         Vitamin D
·         Kalsium
Aktivitas:
·         Tirah baring:
-          Pada stadium sembab
-          Bila ada hipertensi
-          Bila ada bahaya trombosit
-          Bila relaps
·         Lingkungan sosial harus normal, hindarkan stress psikologis
·         Rawat inap untuk mengatasi penyulit
·         Setelah pulang perlu kontrol teratur
VIII.       Review Sistem
-    Integumen
-    Gastrointetinal
-    Cardiovaskuler, respirasi, renal           bersama-sama
-    Muskuluskeletal
-    Persarafan
IX.             Diagnosa Test
-    Rontgen foto
-    Laboratorium : Albumin, protein, bilirubin, urobilin, sedimen
-    Biopsi ginjal
X.                Pengkajian Fisik
-    Mengkaji adanya retensi cairan dan eksresinya
-    Mengkaji intake dan output
-    Mengkaji integritas kulit
-    Melakukan pengukuran lingkar abdomen dan menimbang BB
-    Mengkaji adanya oedem
-    Memonitor TTV
XI.             Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan volume cairan : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan akumulasi cairan pada jaringan tubuh
Tujuan          : Gejala akumulasi cairan tidak terjadi
Kriteria hasil : tidak ada oedem
Intervensi :
1)      Mengkaji, mencatat intake dan output
R/ : mengetahui kelebihan/kekurangan cairan
2)      Menimbang BB
R/ : untuk mengkaji adanya retensi
3)      Mengkaji perubahan pada oedem
* Mengukur lingkar abdomen
R/ : untuk mengkaji adanya asite
4)      Tes Bj urine dan albumin
R/ : hiperalbuminuria adalah kortikosteroid sesuai kebutuhan
5)      Kolaborasi pemberian kortikosteroid sesuai kebutuhan
R/ : untuk mengurangi ekresi dalam urine
6)      Kolaborasi pemberian diuretic jika diindikasikan
R/ : untuk mengurangi oedem
7)      Membatasi cairan
R/ : tidak terjadi odem
2.Resiko tinggi defisit volume cairan (intravaskular) berhubungan dengan kehilangan cairan, protein dan edema
Tujuan : akan menunjukkan tidak adanya kejadian kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik
Kriteria hasil : tanda-tanda syok hipovolemik tidak ada
Intervensi :
1)      Monitor tanda-tanda vital
R/ : untuk mendeteksi tanda-tanda fisik dari penurunan cairan.
2)      Mengkaji frekuensi dan kualitas nadi
R/ : untuk mengetahui tanda syok hipovolemik
3)      Mengukur tekanan darah
R/ : untuk mendeteksi syok hipovolemik
4)      Laporkan kejadian-kejadian yang tidak normal
R/ : mempercepat tindakan perawatan
5)      Kolaborasi pemberian salt-poor albumin
R/ : sebagai plasma exponder
3.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang menurun, cairan overload
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : -  Tanda-tanda infeksi tidak ada
                        - Anak dan keluarga akan menggunakan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan kesehatan
Intervensi :
1.      Lindungi anak dari orang yang terkena infeksi
R/ : untuk meminimalkan masuknya organisme
2.      - Tempatkan anak-anak di ruang non infeksi
-          Batasi kontak langsung dengan orang yang menderita infeksi
-          Ajarkan pengunjung untuk mencegah infeksi seperti: cuci tangan
R/ : mencegaj infeksi
3.      Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan
R/ : mencegah infeksi nosokomial
4.      Pertahankan anak dalam keadaan hangat dan kering
R/ : anak mudah terserang ISPA
5.      Monitor temperatur tuuh
R/ : peningkatan suhu tubuh merupakan tanda infeksi
Evaluasi
Keefektifan ditentukan oleh pengkajian ulang yang terus menerus dan evaluasi dari perawatan yang telah diadakan dan kriteria hasilnya:
-          Monitor tanda vital dan dan kaji kulit dari infeksi
-          Mengukur intake dan output dan memeriksa urine albumin
-          Mengkaji nafsu makan
-          Mengobservasi dan berdiskusi dengan anak dan keluarga tentang pengertian mereka mengenai penyakitnya, terapi dan tidndakan dan medis lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar