Infeksi Virus Memicu Terjadinya Manifestasi Alergi
Seringkali seseorang bayi didiagnosis alergi susu sapi saat usia 4 bulan. Padahal sejak lahir hingga saat itu bayi tersebut tidak pernah mengalami keluhan. Sejak sat itu bayi tersebut telah berganti berbagai macam susu alergi termasuk neocate susu protein hidrolisat sempurna yang paling mahal. Tetapi ternyata keluhan alergi tetap hilang timbul. Ternyata tidak disadari bahwa ada penyebab lain yang memicu timbulnya gejala alergi. Selama ini bila timbul gejala alergi seringkali dokter hanya memfokuskan pada susu sebagai penyebab alergi. Ternyata infeksi virus adalah termasuk pemicu atau mengwali timbulnya gejala alergi paling sering ditemukan. Sayangnya hal ini sering diabaikan karena manifestasi infeksi virus sangat ringan atau tidak cermat seperti tanpa gejala.
Infeksi dan Alergi
Infeksi dan alergi seringkali merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Pada penderita alergi yang tidak terkendali khususnya yang berkaitan dengan gangguan saluran cerna (alergi atau hipersensitifitas saluran cerna) beresiko sering mengalami infeksi khususnya infeksi saluran napas. Sebaliknya keadaan infeksi khususnya infeksi virus demam, batuk, pilek, muntaber dapat memicu gejala alergi semakin meningkat.
Untuk membedakan infeksi dan alergi tampaknya sangat mudah. Tetapi faktanya banyak penderita bahkan dokter sekalipun sering keliru dalam menilai seseorang mengalami alergi atau infeksi. Pada penderita saat mengalami gejala alergi sering dianggap infeksi tetapi sebaliknya gejala infeksi dianggap alergi. Banyak penderita sering pilek hilang timbul dalam jangka panjang. Seringkali penderita merasa semua gangguan pileknya selama ini karena alergi. Tetapi bila dicermati ternyata penderita alergi mudah terserang flu. Memang dalam jangka pilek tersebut penderita mengalami alergi. Tetapi, dísela alergi tersebut mereka mudah terkena flu.
Infeksi virus ini secara tidak disadari ternyata sangat sering memicu penderita alergi yang tidak terkendali. Artinya saat terjadi alergi ringan di tubuhnya bila terkena infeksi virus maka manifestasi alergi akan semakin bertambah berat. Hal inilah yang menunjukkan bahwa penderita asma kekambuhannya timbul pada saat terjadi infeksi batuk dan pilek. Begitu juga menifestasi alergi lainnya seperti biduran, nyeri perut, gangguan lambung (mual, muntah) dan manifestasi alergi lainnya timbul saat terjadi infeksi.
Tanda dan Gejala Infeksi
Infeksi yang dimaksud disini adalah bebagai serangan infeksi yang mengganggu tubuh baik berupa infeksi virus, bakteri atau infeksi lainnya. Paling sering di antaranya adalah infeksi virus. Infeksi ini berupa radang tenggorok (faringitis akut), Radang amandel (tosilitis akut), Infeksi saluran napas atau infeksi virus lainnya yang tidak khas. Pada bayi tanda dan gejala infeksi virus lebih sulit dikenali. Bahklan sebagian dokter menilai gejala infeksi virus tersebut dianggap sebagai gejala alergi. Pada bayi seringkali kontak infeksi virus tersebut tertular oleh kontak y6ang sakit di rumah. Sayangnya orangtua juga sering tidajk menyadari bahwa selama ini sering terkena infeksi virus yang gejalanya tidak khas tersebut. Gejala infeksi virus yang ringan inilah yang sering dialami oleh penderita dewasa. Gejala ringan, tidak khas dan cepat membaik ini sering dianggap gejala masuk angin, panas dalam atau kecapekan.
Tanda dan gejala umum infeksi virus yang di alami orang dewasa adalah :
- Sakit kepala.
- Nyeri tenggorokan, tenggorokan kering
- Batuk ringan, bersin atau pilek.
- Mual atau muntah
- Badan kedinginan, terasa hangat di muka dan kepala
- Badan lesu
- Myalgia.
- Manifestasi Ringan Infeksi Virus tidak khas : pada sebagian kasus gangguan infeksi virus ini mengakibatkan gejala yang tidak khas dan sangat ringan. Badan, otot dan tulang (khususnya tulang punggung, kaki dan tangan) ngilu dan nyeri. Timbul hidung buntu, pilek ringan , nyer tenggorok ringan tetapi hanya terjadi dalam 1-2 hari kemudian membaik. keadaan ini sering dianggap “mau flu tidak jadi”. Gangguan ringan dan tidak khas inilah yang selama ini tidak disadari oleh penderita bahkan oleh dokter sekalipun. Seringkali gangguan ini oleh penderita bahkan sebagian dokter sering dianggap karena kecapekan, kurang tidur, panas dalam, masuk angin atau terlalu lama menggendong bayi.
- Mialgia. Badan, otot dan tulang (khususnya tulang punggung, kaki dan tangan) sakit minta dipijat
- Batuk, bersin atau pilek.
- Mual atau muntah, kadang disertai diare ringan.
- Badan kedinginan, terasa hangat di telapak tangan, muka dan kepala (suhu tidak tinggi kurang dari 38C)
- Badan lesu
- Sakit kepala.
- Nyeri tenggorokan, tenggorokan kering
- Infeksi virus saluran napas pada bayi seringkali tanpa disertai demam, pilek atau batuk yang keras
- Bayi lebih rewel dibandingkan biasanya, sering dianggap haus atau minta minum
- Batuk hanya sekali-sekali atau dikira tersedak.
- Bersin lebih sering
- Napas bunyi grok-grok(hiperreaktifitas bronkus) lebih keras dibandingkan biasanya
- Mual atau muntah lebih sering dibandingkan biasanya, kadang disertai diare ringan atau bahkan sulit BAB.
- Teraba hangat di telapak tangan, muka dan kepala (suhu tidak tinggi kurang dari 38C)
- Gangguan alergi kulit lebih hebat dibandingkan biasanya
- Terdapat rash kulit virus yang khas terutam,a timbul di dada atau di perut : bintik merah terang, halus, sangat kecil, rata dan tidak timbul
- Biasanya di rumah juga ada yang mengalami sakit infeksi saluran napas atau gejala infeksi virus ringan yang tidak khas. (lihat gejala infeksi virus pada orang dewasa di atas)
Infeksi khususnya infeksi virus demam, batuk, pilek, muntaber dapat memicu gejala alergi semakin meningkat. Infeksi bakteri, virus atau lainnya sering memicu timbulnya gejala alergi. Hal ini misalnya dapat dilihat saat anak demam tinggi misalnya karena faringitis akut (infeksi tenggorokan) sering disertai timbul gejala alergi lainnya seperti asma (sesak), mata bengkak, biduran, kulit timbul bercak merah, diare, muntah atau nyeri perut padahal yang infeksi adalah tenggorokan. Pada anak yang mengalami nyeri perut saat demam biasanya dalam keadaan sehatpun pernah mengalami riwayat sakit perut berulang. Demikian juga timbal diare, muntah, kulit timbul ruam saat demam, biasanya penderita memang punya riwayat saluran pencernaan atau kulit yang sensitif (alergi).Keadaan ini membuat pengenalan tanda, gejala alergi dan mencari penyebab alergi menjadi lebih rumit.
Widodo Judarwanto telah melakukan penelitian ternyata pada 1650 anak yang berobat di Children Allergy Clinic saat mengalami tanda dan gejala alergi dan asma sebagian besar atau sekitar 88% timbul diawali dan disertai infeksi virus. Ternyata saat infeksi virus tersebut manifestasi alergi lebih berat. Saat timbul manifestasi alergi yang berat biasanya sebagian besar penderita saat sehat atau 1-2 minggu sebelum sakit mengalami gejala alergi ringan yang tidak disadari. Dalam penelitian selanjutnya ternyata saat dilakukan pengendalian alergi dengan eliminasi provokasi makanan ternyata saat timbul infeksi virus gejala alergi dan asma tersebut tidak timbul lagi.
Seringkali keadaan infeksi sebagai pemicu alergi ini tidak terdeteksi atau diabaikan. Sehingga seringkali terjadi kesalahan diagnosis memvonis penyebab alergi adalah susu, debu atau makanan tertentu. Hal ini juga sebagai penyebab tersering terjadi overdiagnosis alergi susu sapi pada bayi Ketika minum susu sapi selama 3-6 bulan tidak mengalami tanda dan gejala alergi. Teteapi setelah itu terdapat gangguan berak darah, gangguan kulit, batuk datau pilek dianggap karena alergi susu sapi.
Dalam keadaan demam tersebut biasanya penderita alergi tampak kelihatan lebih aktif, impulsif (banyak omong), hiperaktif, emosi meningkat dan lebih agresif. Hal inilah yang sering diasumsikan oleh orang tua kita dahulu bahwa bila anak demam atau sakit artinya karena mau pintar. Pendapat tersebut tidak dapat disalahkan sepenuhnya karena memang pada penderita alergi bila sakit tampak peningkatan atau perubahan beberapa perilaku tersebut di atas. Hal ini diduga saat infeksi atau sakit terjadi gangguan saluran cerna sehingga stimulasi ke otak semakin meningkat sehingga gejala atau tampilan perilakun serta intelectual anak juga terdapat perubahan.Keadaan ini mengakibatkan sulit membedakan antara alergi dan infeksi. Secara sepintas membedakan alergi dan infeksi sangat mudah. Tetapi, faktanya banyak penderita bahkan dokter sering sulit membedakan antara alergi dan infeksi. Apalagi saat terkena infeksi tidak harus disertai demam.
Saat terkena infeks berat seperti DBD atau demam berdarah Dengue gejala alergi atau hipersensitifitas tubuh sangat terganggu. Biasanya penderita alergi yang sebelumnya sering mengalami riwayat mual, nyeri perut, mimisan, sakit kepala, batuk ringan, kulit sensitif saat mengalami infeksi DBD gangguan mual, muntah, nyeri perut, mimisan, sakit kepala, batuk ringan, kulit sensitif akan terjadi lebih berat dan lebih hebat. Atau dibalik, penderita DBD yang mengalami keluhan mual, nyeri perut, sakit kepala, mimisan yang hebat biasanya saat sehat sebelumnya mengalami riwayat manifestasi alergi atau hipersensitif yang tidak disadari. Penderita dengan kulitr sensitif saat terkena DBD mengalami manifestasi kulit yang berlebihan. Pada anak ini sering dikelirukan dengan penyakit campak. Sehingga pada beberapa kasus penderita DBD awalnya sering dikira sakit campak.
Bahkan serangan infeksi virus yang ringan inipun ternyata dapat memicu atau memperberat tanda dan gejala penyakit auto immun lainnya seperti : Lupus, diabetes melitus, psoriasis, henoch schonlein syndrome, Autism, ADHD, Guillain–Barré syndrome, Rhematoid artritis, penyakit kawazaki, dan sebagainya. Berbagai gejala dan tanda penyakit tersebut akan lebih berat saat mengalami infeksi virus atau gangguan tersebut biasanya diawali oleh timbulnya infeksi virus.
POST VIRAL ALLERGIC SYNDROME
Gejala Post Viral Allergic Syndrome atau pada dewasa sering dikenal sebagai Post Viral Fatigue Syndrome, yaitu timbulnya kumpulan gejala alergi atau reaksi imunologis justru setelah perjalanan penyakit infeksi itu sembuh. Biasanya terjadi pada infeksi epstein bar, virus coxsakcie atau enterovirus lainnya. Hal tersebut tampak pada anak sakit panas antara 2 – 5 hari, setelah panasnya turun timbul bercak atau bintil kemerahan pada kulit. Biasanya disertai gangguan pencernaan berupa diare, muntah atau sulit berak. Gangguan ini di dalam kedokteran sering diistilahkan sebagai Exantema Subitum. Penderita yang saat mengalami infeksi virus terjadi tanda dan gejala Exantema Subitum pasti sebelumnya mempunyai riwayat alergi atau kulit yang sensitif.
Kejadian seperti itu sering dianggap sebagai sakit campak, padahal pada campak timbul bercak merah justru pada saat timbulnya panas. Konsekuensi yang terjadi adalah anak tidak akan diimunisasi campak, padahal saat itu belum tentu menderita campak.Pengalaman tersebut sering juga dianggap sebagai alergi obat tertentu selama sakit, padahal alergi obat biasanya terjadinya segera atau pada hari pertama setelah minum obat.
Pada penderita alergi yang mengalami sakit infeksi tertentu, biasanya setelah panas badan turun diikuti oleh timbulnya bercak kemerahan pada kulit tubuh. Biasanya disertai rewel, keluhan saluran cerna seperti diare atau sulit berak. Hal inilah sering dianggap oleh orang tua sebagai penyakit campak.
Beda Infeksi atau Alergi
Secara sepintas atau secara teoritis tampaknya sangat mudah membedakan alergi atau infeksi. tetapi, fakta yang sering terjadi pnderita bahlkan dokter kadang sulit membedakan antara infeksi dan alergi. Hal ini terjadi karena infeksi tidak harus disertai demam. Pedoman umum yang lebih mudah untuk membedakan alergi dan infeksi adalah saat alergi gangguannya ringan, tetapi saat terkena infeksi gangguannya lebih berat dan luas.Pada penderita alergi, saat gejala alergi tidak terkendali bila terserang infeksi maka manifestasinya akan lebih berat.
- Misalnya pada bayi yang mengalami gangguan dermatitis atau kulit yang sensitif. Saat sehat kadang timbul gejala alergi pada kulit tetapi sangat ringan mungkin hanya kasar sedikit dikulit atau timbul seperti gigitan nyamuk satu atau dua. Tetapi saat terkena infeksi saluran napas atau flu maka gangguan kulit tersebut akan semakin berat dan luas kadang sampai hampir seluruh muka dan sebagian badan.
- Pada bayi dengan gangguan saluran cerna seperti muntah. Saat alergi biasanya hanya muntah 1-2 kali tetapi saat terkena infeksi muntah lebih berat dan lebih sering hingga 4-5 kali lebih.
ALERGI
|
INFEKSI atau (Gejala alergi dipicu infeksi virus) |
Kulit Bayi : kasar sedikit di pipi. bintik merah satu atau dua.Pada anak atau dewasa : kulit seperti digigit nyamuk 1-2, timbul bintik kasar sedikitGangguan kulit ringan seperti digigit nyamuk satu atau dua. | Bruntusan dan bercak merak lebih banyak, lebih merah, lebih luas dan lebih kasar. Pada anak atau dewasa : kulit seperti digigit nyamuk atau serangga lebih banyak dan bengkak lebih besar, timbul bintik kasar dan bruntusan lebih luas, pada beberapa kasus sering dikira penyakit campak. Saat infeksi timbul biduran atau kaligata (urtikaria) |
BAB : berak lebih 3 kali perhari, ngeden, hijau mudaMudah mual atau muntah saat menagis atau berlari | BAB : lebih cair, warna lebih hijau tua atau hitam bau lebih tajam.Muntah lebih sering dan lebih banyak. Saat terkena infeksi Muntaber biasanya muntah lebih hebat seringkali harus mengalami perawatan pemberian infus di rumah sakit |
Pada bayi napas bunyi grok-grok ringan (hiperreaktifitas bronkus) tidak disertai batuk sama sekali. Pada anak Batuk lebih ringan, biasanya malam lebih sering siang hilang | Pada bayi napas grok-grok lebih keras terdengar, terdengar batuk hanya sekali-sekali. Pada anak batuk Siang juga batuk tetapi malam hari lebih keras, kadang disertai dahak kuning, kental dan hijau |
Pilek atau bersin hanya malam dan pagi hari | Pilek atau bersin lebih sering dan lebih keras baik siang atau malam. Ingus kental, hijau atau kuning. |
Mata gatal, di bawah mata sering sedikit kehitaman | Mata lebih gatal, di bawah mata sering lebih gelap. Kadang disertai bengkak pada bibir dan kelopak mata |
Pada bayi timbul kotoran atau belekan di satu sisi mata. | Pada bayi timbul kotoran atau belekan lebih banyak dan timbul di kedua sisi mata |
Sulit BAB, ngeden, 1- 2 hari sekali, feses blat, hitam atau hijau | Sulit BAB lebih keras, lebih ngeden, BAB lebih jarang sampai 3-5 hari sekali, hitam atau hijau,Bahkan sampai keluar darah |
Batuk-batuk malam, sering napas dalam (menghela napas, atau menarik napas dalam) | Batuk lebih berat dan lendir lebih banyak sehingga harus membutuhkan terapi inhalasi atau penguapan. Sesak, dan bunyi ngik-ngik atau mengi. |
Punya riwayat sering BAB 3 kali atau lebih perhari | Saat infeksi virus berak sering cair atau diare ringan. |
Mimisan (epitaksis) atau perdarahan hidung ringan | Mimisan atau perdarahan hidung lebih banyak |
Pada anak nyeri perut ringan sering dikira pura-pura, karena hilang timbul tanpa diobatiMudah muntah tetapi ringan dan tidak tiap hari | Nyeri perut lebih hebat kadang sampai menangis. Waspadai saat dalam kondisi ini sering dianggap usus buntu. Bila diagnosis meragukan jangan langsung operasi tetapi second opinion segera ke dokter bedah laninnya |
Anak aktif dan tidak bisa diam, Gangguan tidur, emosi tinggi | Anak lebih aktif dibandingkan biasanya |
Gangguan tidur, emosi tinggi, agak agresif | Gangguan tidur, emosi tinggi, agak agresif lebih berat |
Kalau ringan tanpa obat, atau obat alergi biasa. Tidak perlu inhalasi atau fisioterapi | Antibiotika tidak perlu bila infeksinya karena virus. Kalau sesak atau napas berat perlu inhalasi atau fisioterapi |
MEMBEDAKAN BERAK DARAH KARENA INFEKSI SALURAN CERNA (amuba, shigela dll) ATAU KARENA HIPERSENSITIF SALURAN CERNA (DIPICU INFEKSI DI LUAR SALURAN CERNA seperti ISPA, ISK atau infeksi virus lainnya )
- INFEKSI SALURAN CERNA (DISENTRI, AMUBA) : Saat hari pertama frekuensi darah dalam feses sedikit selanjutnya hari ke dua dan ke tiga sering dan bertambah banyak. Gangguan ini perlu antibiotika
- Hipersensitif saluran cerna (dipicu infeksi di luar saluran cerna seperti demam, flu, batuk, pilek) : bila berak darah hanya timbul saat hari pertama dan saat hari ke dua dan ke tiga semakin berkurang dan membaik tanpa pemberian antibiotika. Gangguan ini tidak perlu antibiotika
- Infeksi khususnya infeksi virus ternyata paling sering memicu terjadinya gejala alergi. Tetapi justru sebagain besar infeksi virus yang ada sangat ringan dan tidak khas sehingga sering diabaiakan oleh penderita bahkan dokter sekalipun.
- Bila saat sehat tanda dan gejala alergi tidak ada maka saat terkena infeksi gangguan alergi tidak timbul atau tidak akan lebih berat
- Bila saat sehat timbul gejala alergi ringan maka saat terkena infeksi maka gejala alergi lebih berat dan lebih hebat. Atau dibalik, saat timbul gejala alergi yang tidak ringan atau hebat biasanya disertai timbulnya infeksi virus.
- Sehingga bila saat sakit infeksi virus atau saluran napas timbul sesak (asma), berak darah, kulit merah berlebihan, biduran. Maka biasanya seminggu sebelum sakit gejala alergi timbul lebih ringan tidak kita sadari
- Sebenarnya kekambuhan asma dan gangguan alergi yang lebih berat saat sakit dapat dihindari bila saat sehat gangguan alergi yang ringan dapat dikenali dan dihindari.
- Sayangnya gangguan alergi yang ringan tersebut penderita atau orangtua sering diabaikan dan tidak dikenali. Justru penderita alergi berobat ke dokter bukan saat alerginya timbul tetapi saat alerginya diperberat terpicu oleh infeksi virus atrau infeksi lainnya.
- Bila alergi tidak terkendali akan mudah infeksi sedangkan infeksi memperberat alerginya. Sehingga jalan yang paling penting adalah kenali dan atasi hindari penyebab alergi saat dalam keadaan sehat. Penyebab alergi yang sering adalah debu dan makanan, tetapi bila terdapat gangguan sensitif saluran cerna biasanya penyebab utama adalah alergi makanan.
- Waspadai orangtua atau orang di rumah sering terdapat penderita infeksi berulang maka bila terdapat anak atau bayi juga akan sering terkena infeksi atau gejala alerginya akan lebih sering kambuh, karea infeksi akan memicu reaksi alergi yang ada. Keadaan seperti ini seringkali kita memvonis anak tertular sakit karena terteular di sekolah, tetapi sering tidak menyadari bahwa anda sebagai penyebab atau sumber infeksi yang menularkan pada anak atau bayi and.a
Rujukan Pustaka
- Busse WW, Lemanske RF Jr, Gern JE. Role of viral respiratory infections in asthma and asthma exacerbations. Lancet. 2010 Sep 4;376(9743):826-34.
- Oh JW. Respiratory viral infections and early asthma in childhood. Allergol Int. 2006 Dec;55(4):369-72.
- Busse WW. The contribution of viral respiratory infections to the pathogenesis of airway hyperreactivity. Chest. 1988 May;93(5):1076-82.
- Carroll KN, Hartert TV. The impact of respiratory viral infection on wheezing illnesses and asthma exacerbations. Immunol Allergy Clin North Am. 2008 Aug;28(3):539-61, viii.
- Micillo E, Marcatili P, Palmieri S, Mazzarella G. Viruses and Asthmatic Syndromes. Monaldi Archives for Chest Disease 53(1):88-91, 1998 Feb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar