Selasa, 21 Mei 2013

ASUHAN GADAR KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR PHALANX DISTAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR PHALANX DISTAL

A.    Konsep Dasar
1.    Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer Arif, 2000 : 346).
Fraktur dapat dibagi menjadi :
a.    Farktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
b.    Fraktur terbuka (open / compouna), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan dikulit.

2.    Etiologi
-    Trauma langsung menyebabkan fraktur pada titik terjadinya trauma itu misalnya kaki terbentur dampor mobil maka tulang akan patah tepat ditempat benturan.
-    Trauma tidak langsung menyebabkan fraktur ditempat yang jauh dari temat terjadinya trauma.
-    Adanya matastase tulang yang dapat melunakkan struktur tulang dan menyebabkan fraktur.
-    Adanya penyakit primer seperti osteoporosis.
(E. Verswari, 1984 : 147)


3.    Patofisiologi





















4.    Gambaran Klinis :
•    Tanda-tanda klasik fraktur
-    Nyeri
-    Defermitas
-    Perubahan bentuk
-    Krepitasi
-    Bengkak
-    Peningkatan temperatur local
-    Pergerakan abnormal
-    Echymosis
-    Kehilangan fungsi
-    Kemungkinan lain



•    Gejala-gejala fraktur
Gejala yang tampak adanya deformitas angulasi atau endo / eksorokasi daerah yang patah tampak bengkak juga ditemukan nyeri tekan (Mansjoer Arif, 2000 : 357).
Gejala pasti :
-    Kelainan bentuk pada bagian yang patah (deformitas)
-    Krepitasi terasa atau terdengar bila fraktur digerakkan
-    Tampak adanya fragmen tulang yang keluar pada fraktur komplikasi
-    Pemeriksaan radiologi tampak adanya frkatur

5.    Komplikasi
a.    Umum
-    Shock
-    Kerusakan organ
-    Kerusakan saraf
-    Emboli lemak
a.    Dini
-    Cidera artori
-    Cidera kulit dan jaringan
-    Cidera partement syndrome
c.    Lanjut
-    Stiffnes (kaku sendi)
-    Degenerasi sendi
-    Penyembuhan tulang terganggu
    Mal union: Suatu keadaan dimana tulang yang patah jelas sembuh, tak seharusnya membentuk sudut.
    Non union : Tulang yang patah menjadi komplikasi yang dapat membahayakan bagi penderita.
    Delayed union : Posisi penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
    Cross union

6.    Pemeriksaan Penunjang
1.    Foto rontgen
-    Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung
-    Mengetahui tempat dan type fraktur
-    Biasanya foto ini diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik
2.    Skot tulang tomograpy scor e.l MRL dapat dilakukan untuk mengidektifikasi kerusakan jaringan lunak
3.    Antelegram diperlukan bila dicurigai ada kerusakan vaskuler
4.    Hitung darah lengkah H+ mungkin meningkat (hemakonsetrasi) atau menurun perdarahan bermakna pada posisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple
5.    perubahan profil koagulasi dapat terjadi pada kehilangan darah tranfusi tran multiple atau cidera hati.
(Marlyn E Doengoes, 1999 : 762)

7.    Penatalaksanaan
a.    Pertolongan Darurat (emergency)
Fraktur biasanya menyertai trauma. Sangat penting utnuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan nafas (air way) proses pernafasan (Breathin) dan sirkulasi (circulation), terjadi syok atau tidak. Jika tidak ada masalah lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ingat golden period 1 – 6 jam pada waktu terjadi kecelakaan sampai pasien dibawa ke RS. Bila lebih dari 6 jam komplikasi ini akan semakin besar. Kemudian lakukan foto radiologis, pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih besar pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.
(Mansjoer Arif, 2000 : 348)
b.    Pengobatan
-    Reposisi terbuka, fiksasi interna (gips, traksi)
-    Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna (nail, plat)
c.    Rehabilitasi
Tujuan utama
1.    Mempertahankan ruang gerak sendi
2.    Mempertahankan kekuatan otot
3.    Mempercepat pengembalian ke fungsi semula
Latihan terdiri dari
-    Mempertahankan gerak ruang sendi
-    Latihan otot
-    Latihan berjalan
INSTEK PINNING
a.    Pengertian :  Suatu tehnik instrumentasi pada fraktur yang akan dilakukan tindakan pemasangan wire
b.    Tujuan : - Memperlancar jalannya operasi
         - Mempertahankan instrumen secara steril
             - Dapat mengatur alat yang sistematis dimeja mayo
c.    Persiapan pasien :
-    Persetujuan operasi
-    Rekan medik (status dan inform consent)
-    Terpasang cairan infus
-    Menjelaskan prosedur tindakan operasi
-    Melepaskan semua pakaian Px dan diganti dengan pakaian operasi
-    Alat-alat dan obat-obatan
d.    Peralatan alat :
ALAT STERIL :
1.    Set dasar yang dipersiapkan (Basic Instrument Set)
-    Desinfeksi klem (sponge holding forceps)        1
-    Doek klem (towel forceps)                5
-    Pinset chirurgie                    2
-    Pinset anatomi                    2
-    Hand vat mes (knife handle)            1
-    Arteri klem van pean lurus                2
-    Arteri klem van benkok (chrom klem)        5   
-    Arteri klem van kocher                4
-    Gunting benang (Ligature scissors)            1
-    Gunting matzembaum                2
-    Nald voerder                    2
-    Woundhag gigi 4 tajam                2
-    Langen beck                    2
2.    Set tambahan
-    Bor                             1
-    Tang pemotong                    1
-    K. wire 0,1                        1
Hand set :
1.    Knabel tang                    1
2.    Reduction                        2
3.    Ferbuger                        2
4.    Cobra                     2
5.    Spider otomatis                1
6.    Curetage                    1
7.    Rasparatorium                1
8.    Aneurisma vandesam             1
9.    Intan dehaak                1
10.    Kikir                    1
11.    Muler                    2
12.    Hak gigi dan double langen back        2
13.    langen back double            1
14.    Eleratorium                1
3.    Alat penunjang terdiri dari :
-    Linen set                    
-    Senur diatermi                1
-    Cucing                     1
-    Bengkok                    1
-    Hand scoon sesuai dengan kebutuhan
-    Jarum set
-    Kassa depress
-    Isodine
-    PZ
-    Benang :
    Safil 3/0
    Davilon 3/0

ALAT ON STERIL
1.    Hipafik
2.    Gunting verban / bandage scissors
3.    Plat diatermi
4.    Mesin diatermi
5.    Lampu operasi
6.    Meja operasi
7.    Meja mayo
8.    Meja instrumen
9.    Standart infus
10.    Tempat sampah

e.    Anastesi RA Brakialis Block
1.    Persiapan Alat dan Obat
-    Anastesi set
-    1 Spet 22 cc 
-    Lidocain 2%    7 ½ amp (300 mg)
-    Epinefrin (adrenalin) 0,2 Ml
-    WFI
-    Alkohol
-    Dormikum
-    Petidin
2.    Prosedur
-    Jelaskan pada Px mengenai tindakan
-    Px dengan posisi terlentang
-    Lidocain 2% (7 ½ amp = 300 mg), epineprin (adrenalin) 0,2 ml dioplos menjadi 20 cc dengan WFI menjadi 1 ½%
-    Desinfeksi dengan alkohol didaerah sternokledomastoideus, diidentifikasi scalenus anterior dan media. Ambil pertengahannya injeksi dengan sudut 900
-    Terjadi block anastesi selama 20 – 30 menit
-    Indikator berhasil : terjadi vasodilatasi, tidak nyeri
Bisa menimbulkan komplikasi : Pneumo thorak
-    Kemudian setelah berhasil dengan dormikum dan petidin

Prosedur Operasi :
1.    Perawat instrumen cuci tangan lalu dikeringkan dengan lap kering, pakai baju dan handschoon steril lalu menyiapkan alat-alat dimeja mayo. Demikian juga operator dan asisten.
2.    Desinfeksi lapangan operasi oleh operator dengan isodin dan dengan perlak steril.
3.    Menyempitkan lapangan operasi (drapping) dengan doek besar dan kecil. Lalu jepit dengan doek kesenur diatermi dipasang dan dijepit diatas linen. 
4.    Berikan mes no 15 dan pinset chirurgi pada operator untuk insisi kulit sampai fasia. Perdarahan diatasi dengan diathermi dengan klem arteri.
5.    Buka daerah yang telah di insisi dengan wound hak tajam, explorasi atur dengan metzembaum, wound hak tajam diganti dengan langen back.
6.    Dilakukan reposisi, stekh tereposisi dengan baik, siapkan k. wire  1,0, potong jadi 2 dengan pemotong, pasang k.wire di bor.
Siap dilakukan tindakan pinning
7.    Cuci luka operasi dengan perhidrol 1 : isodin (1 : 2)
8.    Jahit lapis demi lapis fasia, otot dan lemak dengan safil 3/0 kulit dengan davilon 3/0.
9.    Tutup luka dengan sufratul dan kasa lalu balut dengan verban 3 dan elastis bandage 3.































BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

I.    PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan.
A.    Pengumulan Data
Tahap ini terbagi atas :
    Anamnesa
a.    Identitas Klien
Meliputi : Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, no. register, tgl MRS, diagnosa medis.
b.    Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau krinik tergantung dari lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri :
-    Provoking incident : apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi nyeri.
-    Quality of pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, terdenyut atau menusuk.
-    Region : ridiation, relief, apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.
-    Severity (scale of pain) : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempunyai fungsinya.
-    Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
c.    Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penaykit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakan bisa diketahui luka kecelaan yang lain.
d.    Riwayat Penaykit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu penyakit DM dengan luka dikaki sangat beresiko terjadinya osteomylitis akut maupun kronik dan juga menghambat proses penyembuhan tulang.
e.    Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penaykit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur seperti DM.,Osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
f.    Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dengan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruh sehari-hari baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
g.    Pola-pola Fungsi Kesehatan
1.    Pola Persepsi dan Tatalaksana Hidup Sehat
Pada fraktur akan mengalami perubahan atau gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, ganti pakaian, BAB dan BAK.
2.    Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada fraktur tidak akan mengalami pernurunan nafsu makan. Meskipun menu berubah, misalnya makanan dirumah, gizi tetap sama sedangkan dirumah sakit disesuaikan dengan penyakit dan diit klien.
3.    Pola Eliminasi
Mengkaji kebiasaan eliminasi Alvi dan uri meliputi jumlah, warna, pola , apakah ada gangguan.
4.    Pola Tidur dan Istirahat
Kebiasaan pada pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.
5.    Pola Aktivitas dan Latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan atau gangguan akibat dari fraktur sehingga kebutuhan klien perlu dibantu oleh perawat dan keluarga.
6.    Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pada fraktur akan mengalami gangguan persepsi diri karena terjadi perubahan pada dirinya, klien takut cacat seumur hidup atau diasingkan.
7.    Pola Sensori dan Kognitif
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan sedangkan pada kognitif atau cara berpikir klien tidak mengalami gangguan.
8.    Pola Hubungan Peran
Terjadinya perubahan peran yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu klien merasa tidak berguna lagi dan menarik diri.
9.    Pola Penanggulangan Stress
Perlu dipertanyakan apakah yang membuat klien menjadi stress dan biasanya malah dipendam sendiri atau dirundingkan dengan keluarga.
10.    Pola Reproduksi dan Sexual
Bila klien sudah berkeluarga dan mempunyai anak maka akan mengalami gangguan pola seksual dan reproduksi. Jika klien belum berkeluarga, klien tidak akan mengalami gangguan.
11.    Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan klien meminta perlindungan dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

B.    Analisa Data
Data yang telah dikumulkan kemudian dikelompokkan dan dianalisa untuk menentukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkan dibagi menjadi 2 data yaitu Data Subyektif dan Data Obyektif dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul berdasarkan prioritasnya.

II.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang
2.    Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan immobilisasi
3.    Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan ketidak tahuan klien tentang penyakitnya dan prosedur operasi

III.    PERENCANAAN
Diagnosa : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas tulang
Tujuan : Nyeri Px berkurang dalam waktu 1 x 24 jam
KH : - Nyeri berkurang
         - Skala nyeri O (normal) / nyeri terkontrol
       - Wajah cerah (tidak menyeringai)
       - TTV normal
         S : 36 – 37 0C
         N : 60 – 100 x/mnt
         RR : 16 – 20 x/mnt
         TD : 120 / 90 mntlg
Rencana Tindakan :
1.    Lakukan pendekatan terhadap klien dan keluarga
R/ Hubungan yang baik, membuat klien dan keluarga kooperatif
2.    Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
R/ Tingkat intensitas nyeri dan frekwensi dapat menunjukkan skala nyeri
3.    Jelaskan pada Px penyebab dari nyeri
R/ Dengan memberi penjelasan dapat akan menambah pengetahuan klien tentang penyakitnya
4.    Observasi TTV
R/ Untuk mengetahui perkembangan klien
5.    Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
R/ Agar nyeri berkurang dan klien bisa mengalihkan perhatiannya saat nyeri timbul
6.    Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik
R/ Merupakan fungsi interdependent

Diagnosa : Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat melakukan mobilisasi sendiri, secara bertahap
KH : - Klien dapat melakukan latihan mobilisasi sendiri secara bertahap
       - Klien tidak mengalami kerusakan mobilitas
       - Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
Rencana Tindakan :
1.    Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/ Hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif
2.    Jelaskan pada klien tentang pentingnya mobilisasi dan akibat kurangnya mobilisasi
R/ Agar pengetahuan klien bertambah dan mau melaksanakan anjuran perawat
3.    Anjurkan klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap
R/ Agar klien tidak merasa kesulitan dalam melakukan mobilisasi
4.    Kolaborasi dengan fisioterapis dalam pemebrian terapi mobilisasi
R/ Merupakan fungsi interdependent

Diagnosa :  Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakit dan prosedur operasi
Tujuan : Cemas berkurang atau hilang
KH : - Px mengerti tentang penyakitnya
       - Px tampak tenang
       - Px tidak cemas
       - TTV normal
         S : 36 – 37 0C
         N : 60 – 100 x/mnt
         RR : 16 – 20 x/mnt
         TD : 120 / 90 mntlg
Rencana Tindakan :
1.    Lakukan pendekatan pada Px secara terapeutik
R/ Px dapat kooperatif terhadap segala tindakan yang akan dilakukan
2.    Beri penjelasan tentang penyakit yang dideritanya
R/  Dengan memberi penjelasan diharapkan Px mengerti dan akan mengurangi rasa cemasnya
3.    Lakukan tehnik mendengar aktif
R/ Mendorong pengungkapan perasaan
4.    Anjurkan Px dalam penggunaan tehnik relaksasi dan distraksi
R/ Tahnik relaksasi dari distraksi dapat mengalihkan Px tentang rasa cemasnya
5.    Beri dorongan spiritual terhadap masalah yang akan dihadapi
R/  Dengan melakukan kegiatan spiritual seperti berdoa dapat membuat hati dan pikiran tenang
6.    Observasi TTV
R/ Dapat mengetahui kondisi Px secara dini

IV.    IMPLEMENTASI
Adalah pengelolaan dan perwujudan yang direncakan oleh perawat, melaksanakan advis dokter dan ketentuan rumah sakit yang meliputi : Validasi rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan serta pengumpulan data.
                                (Lismidar, 1990)

V.    EVALUASI
Perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan masalah kesehatan dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan yang lain. Dan merupakan suatu peningkatan yang bersifat sistematis dari rencana tindakan dan masalah kesehatan Px dengan tujuan yang telah ditetapkan Px dan kesehatan lainnya.
                                (Effendi, 1995)





















DAFTAR PUSTAKA

-    Carpenito Lynda Juall. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC, Jakarta : 2001
-    Doengoes Marlynn E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC. 2000
-    Mansjoer, Arif. dkk.  Kapita Selekta, Edisi Ketiga Jilid 2. Media Aesculapius : Jakarta, 2000
-    Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya. Ilmu Bedah dan Tehnik Operasi. Barata Jaya : Surabaya, 1986
-    Lismidar. dkk. Proses Keperawatan. Jakarta : Universitas Indonesia (UI Press), 1990
-    Sumito Arkando. Ringkasan Ilmu Bedah. PT. Bina Aksara : Jakarta, 1987

Tidak ada komentar:

Posting Komentar