ASUHAN KEPERAWATAN
SINDROME MENIERE
( KMB )
AKADEMI KEPERAWATAN SUBANG
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Askep ini.
Askep ini kami susun untuk menunjang atau sebagai petunjuk dalam
pembelajaran khususnya pada penyakit meniere.
Semoga apa yang kami kerjakan ini dapat menjadi motivasi dalam
meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Kami mohon maaf bila ada
kesalahan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna meningkatkan kualitas makalah selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Meskipun penyebab dari penyakit Meniere tidak diketahui, ia mungkin berakibat dari
kelainan dalam cara cairan telinga dalam diatur. Pada kebanyakan kasus-kasus
hanya satu telinga yang terlibat, namun kedua telinga mungkin dipengaruhi pada
kira-kira 10% sampai 20% dari pasien-pasien. Penyakit Meniere secara khas mulai
antara umur 20 dan 50 tahun (meskipun telah dilaporkan pada hampir semua
kelompok umur). Pria-pria dan wanita-wanita sama-sama dipengaruhi.
Gejala-gejala mungkin hanya gangguan minor, atau dapat menjadi melumpuhkan,
terutama jika serangan-serangan dari vertigo berat/parah, seringkali, dan
terjadi tanpa peringatan. Penyakit Meniere juga disebut idiopathic
endolymphatic hydrops.
Penyakit meniere merupakan suatu penyakit yang menyebabkan seseorang tidak
mampu berdiri, sehingga ia harus tidur terus menerus, yang kadang-kadang sampai
beberapa hari.
Penyakit ini deitemukan oleh meniere pada tahun 1861, dan dia yakin bahwa
penyakit ini berada didalam telinga , sedangkan pada waktu itu para ahli banyak
menduga bahwa penyakit itu berada pada otak. Pendapat meniere dibuktikan oleh
Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan menemukan hidrops endolimfa, setelah
memeriksa tulang temporal pasien meniere.
B. Tujuan
Memperoleh gambaran secara umum tenteng penyakit meniere sekalugus menetapkan
asuahn keperawatan pada penyakit meniere.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penyakit meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui
dan mempunyai trias gejala yang khas,yaitu gangguan pendengaran,tinnitus dan
serangan vertigo (Kapita Selekta Edisi 3).
Penyakit Meiere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo,
tinnitus dan berkurangnya pendengaran secara progresif.
B. Etiologi
Etilogi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti
namun diduga adalah merupakan :
Pengaruh neurokimia dan hormone
abnormal pada aliran darah yang menuju ke labirin.
Gangguan elektrolit dalam cairan
labirin.
Reaksi alergi
Ganguan autoimun
C. Manifestasi
Klinis
Meniere ditandai oleh 4 (empat) gejala :
1. Kehilangan
pendengaran sensorineoral progresif dan fluktuatif.
2. Mual muntah.
3. Tinitus atau
suara berdenging yang bisa hilang dan timbul.
4. Veritgo yang
tidak tertahankan.
Telinga terasa penuh dan adanya
tekanan pada telinga.
D. Klasifikasi
Penyakit meniere vestibuler :
Ditandai
dengan adanya vertigo episodic, sehubungan dengan tekanan dalam telinga tanpa
gejala koklear.
Tanda dan
gejala : Vertigo bersifat episodic, penurunan respon vestibuler atau tidak ada
respon total pada telinga yang sakit, tidak ada gejala koklear, tidak ada
kehilangan pendengaran progresif.
1. Meniere
klasik
Tanda dan
gejala : Mengeluh vertigo, kehilangan pendengaran sensoneural berfluktuasi,
tinnitus, penyakit meniere koklear.
2. Meniere
koklea : Dikenal dengan adanya pendengaran sensoneural progresif sehubungan
dengan tinnitus dan tekanan dalam telinga tanpa temuan gejala vestibuler.
Tnda dan
gejala : Kehilangan pendengaran berfluktuasi, tekanan atau rasa penuh pada
telinga, kehilangan pendengaran terlihat pada hasil uji, tidak ada vertigo, uji
labirin vestibular normal, kelak akan menderita gejala dan tanda vestibuler.
E. Patofisiologi
Gejala klinis penyakit meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada
koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga
disebabkan oleh :
1. Meningkatnya
tekanan hidrostatik pada ujung arteri.
2. Berkurangnya
tekanan osmotic di dalam kapiler.
3. Meningkatnya
tekanan osmotic di dalamekstra kapiler.
4. Jalan keluar
sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfa.
Pada
pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan perubahan
morfologi pada membrane Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibulli
terutama di daerah apeks kolkea helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran
yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dilulai di daerah
apeks koklea kemudian dapat meluas ke bagian tengah dan basal koklea. Hal ini
dapat menjelaskan terjadinya tuli saraf rendah pada penyakit meniere.
F. Pathway
1. Malabsorpsi
cairan dalam sakus endolimfatikus
2. Pembengkakan
rongga endolimfatikus
3. Peningkatan
sensitifitas tulang pendengaran
4. System
vestibular terganggu
5. Penekanan
saraf2 pendengaran
Resti cidera
1. Gangguan hantaran suara
2. Gangguan pendengaran
3. vertigo
4. tinitus
5. Gangguan persepsi sensori
Resti trauma
G. Komplikasi
1. Neuronitis
vestibularis.
2. Labirinitis.
3. Tuli total.
4. Vertigo
posisi paroksimal jinak (VJJP).
5. Vertigoservical.
H. Pemeriksaan
Penunjang
Tes gliserin
Pasien diberi minum gliserin 1,2 ml/ kg BB setelah
diperiksa kalori dan audiogram. Setelah 2 jam diperiksa kembali dan
dibandingkan. Perbedaan bermakna menunjukkan adanya hidrops endolimfatikus.
Audiogram
Tulisensorineural, terutama nada rendah dan selanjutnya dapat ditemukan
rekrutmen.
Elektrokokleografi
menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit meniere.
Elektronistagmogram
bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.
1. CT scan atau
MRI kepala
2. Elektroensefalografi
3. Stimulasi
kalorik
I.
Penatalaksanaan
Pasien harus dirawat di rumah sakit, berbaring dalam posisi yang meringankan
keluhan diberikan diet rendah garam dan pemberian diuretik ringan.obat-obatan
sistomatik anti vertigo seperti dimenhidrinat 3x50 mg atau prometazin 3x25
mg,obat vasodilator perofer seperti papaverin dan betahistin,atau operasi
shunt.dapat pulah diberikan obat antiiskemia dan neurotonik.adaptasi dengan latihan
dan fisioterapi.
Penatalaksanaan diet pada klien meniere banyak
dilakukan dengan mematuhi diet rendah garam ( 2000 mg / hari ). Jumlah natrium
merupakan salah satu faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh.
Retensi natrium dan cairan dapat memutuskan keseimbangan halus antara endolimfe
dan perilimfe di dalam telinga dalam.
Tindakan untuk fertigo terdiri atas antihistamin
seperti meklizin ( antivert ), yang menekan sistem vestibuler. Transquilizer
seperti diazepam ( valium ) dapat digunakan pada kasus akut untuk membantu
mengontrol vertigo, namun sifat adiktifnya tidak dapat membantu sebagai
pengobatan jangka panjang. Antiemetik seperti supositoria prometazin (
phenergan ) tidak hanya mengurangi mual dan muntah tetapi juga dapat mengurangi
vertigi karena efek antihistaminnya. Diuretik seperti Dyazide atau
hidroklortiazid kadang dapat membantu mengurangi penyakit meniere dengan
mengurangi tekanan pada sindrom sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk
makan makanan yang mengandung kalium, seperti pisang, dan jeruk ketika
menggunakan diuretik yang dapat menyebabkan kalium.
Dekompresi sakus endolimfatikus atau pintasan secara
teoritis akan menyeimbangkan tekanan dalam ruangan endolimfe. Pirau atau drain
dipasang di dalam sakus endolimfatikus melalui insisi postaurikuler.
Obat ortotoksik, seperti strepstomisin atau
gentamisin, dapat diberikan kepada pasien dengan injeksi sistemik atau infus ke
telinga tengan atau dalam.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
CONTOH KASUS
Ny . Anita Umur 35 tahun, mengeluh telinga kanan sering berdenging,
perasaan penuh di bagian dalam telinga. Beberapa bulan ini sering terbangun
dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 20 menit dan
hilang sendiri, tetapi saat vertigo sampai mual dan muntah. Hasil pemeriksaan
Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri, auditorium menunjukkan adanya
sensorineural hearing loss.
Data
subyektif:
- mengeluh telinga kanan sering berdenging
- perasaan penuh di bagian dalam telinga.
- Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 20 menit dan hilang sendiri
- saat vertigo sampai mual dan muntah.
Data
Obyektif
- Hasil pemeriksaan Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri
- auditorium menunjukkan adanya sensorineural hearing loss.
Dari data di
atas kami menyimpulkan bahwa Ny. Anita menderita penyakit meniere.
A.
Pengkajian
Data
Subyektif:
·
mengeluh
telinga kanan sering berdenging
·
perasaan
penuh di bagian dalam telinga.
·
Beberapa
bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama
kira-kira 20 menit dan hilang sendiri
·
saat vertigo
sampai mual dan muntah.
Data
Obyektif:
·
Hasil
pemeriksaan Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri
·
auditorium
menunjukkan adanya sensorineural hearing loss.
Analisa Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1
|
Data
subjektik:
Data
Obyektif:
|
Gangguan pendengaran
|
Gangguan pola tidur
|
2
|
Data
subjektik:
Data
Obyektif:
-
|
Mual dan
muntah
|
Resiko
kekurangan volume cairan
|
B. Diagnosa
Keperawatan
Gangguan persepsi sensori b/d gangguan pendengaran
Resiko tinggi cedera b/d perubahan mobilitas karena
gangguan cara jalan dan vertigo.
Ansietas b/d ancaman,atau perubahan status kesehatan
dan efek ketidakmampuan vertigo.
Resiko terhadap trauma b/d kesulitan keseimbangan
- Gangguan pola tidur b.d gangguan pendengaran
- Resiko kekurangan cairan b.d mual dan muntah
Tgl/ jam
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
Gangguan persepsi sensori b/d gangguan pendengaran
|
Gangguan
persepsi sensori dapat teratasi
|
Monitor tingkat kelemahan persepsi klien
Memperbaiki komunikasi : berbicara tegas dan jelas
tanpa berteriak
Mengurangi kegaduhan lingkungan
Ajarkan cara berkominikasi yang tepat
Berkomunikasi dng menggunakan tanda nonverbal
(ekspresi wajah,menunjuk dan sikap tubuh)
|
||
Resiko tinggi cedera b/d perubahan mobilitas karena
gangguan cara jalan dan vertigo.
|
Tetap
bebas dari cedera yang berkaitan dengan ketidakseimbangan dan/jatuh
|
Kaji vertigo yang meliputi riwayat, amitan, gambaran
serangan, durasi, frekuensi, dan adanya gejala telinga yang terkait
kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh di telinga.
Kaji luasnya ketidakmampuan dalam hubungannya dengan
aktivitas hidup sehari-hari.
Ajarkan atau tekankan terapi vestibular/keseimbangan
sesuai ketentuan
Berikan atau ajari cara pemberian obat anti vertigo
aaaaaadan atau obat peneang vestibular serta beri petunjuk pada pasien
mengenai efek sampingnya.
Dorong pasien untuk berbaring bila merasa
pusing,dengan pagar tempat tidur dinaikkan.
Letakkan bantal pada kedua sisi kepal untuk
membatasi gerakkan
|
Riwayat
memberikan dasar untuk intervensi selanjutnya.
Kaji luasnya ketidakmampuan dalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-hari.
Luasnya
ketidakmampuan menurunkan resiko jatuh.
Ajarkan atau tekankan terapi vestibular/keseimbangan sesuai ketentuan Latihan mempercepat kompensasi labirin yang dapat mengurangi vertigo dan gangguan cara jalan.
Menghilangkan
gejala akut vertigo.
Mengurangi
kemungkinan jatuh dan cedera.
Gerakkan
akan memperberat vertigo.
|
|
Ansietas b/d ancaman,atau perubahan status kesehatan
dan efek ketidakmampuan vertigo.
|
Mengurangi
atau tidak mengalami ansietas
|
Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi
keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
Beri upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang
menyebebkan stress
Ajarkan pasien teknik penatalaksanaan stress atau
lakukan rujukan bila perluh.
Dorong pasien mendiskusikan ansietas dan gali
keprihatinan mengenai serangan vertigo.
Beri informasi mengenai vertigo dan penanganannya.
Instruksikan pasien dalam aspek program pengobatan
|
Memandukan
intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan
koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
Situasi
penuh stress dapat memperberat gejala kondisi ini.
Memperbaiki
manajemen stress, mengurangi frekwensi dan beratnya serangan fertigo.
Meningkatkan
kesadaran dan pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.
Meningkatkan
pengetahuan membantu mengurangi ansietas
pengetahuan
pasien membantu mengurangi ansietas.
|
|
Resiko terhadap trauma b/d kesulitan keseimbangan
|
Mengurangi
resiko trauma dengan mengadaptasi lingkungan rimah dan dengan menggunakan
alat rehabilitatif bila perlu.
|
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa I : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d
intake yang tidak adekuat
DS
: klien mengatakan nafsu makan kurang
DO
: klien tidak menghabiskan nafsu makan
Tujuan :
1.
Pemenuhan
nutrisi akan terpenuhi
2.
Porsi makan
dihabiskan
3.
Klien tidak
muntah lagi
D. Intervensi
Keperawatan
- Gangguan pola tidur b.d gangguan pendengaran
Tujuan:
Gangguan pola tidur dapat teratasi
Kriteria
Hasil:
a. klien tidak
terbangun di malam hari
b. Klien
mengatakan dapat tidur dengan nyenyak
Intervensi:
·
Kaji tingkat
kesulitan tidur
Rasional: Membantu menentukan pengobatan atau
intervensi selanjutnya
·
Anjurkan
klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut
Rasional: perlu di jelaskan bahwa gangguat tersebut
sulit di tanangi, sehingga pasien di
anjurkan untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut,
karena penggunaan obat penenang
juga tidak terlalu baik dan hanya dapat di gunakan
dalam waktu singkat.
·
Arahkan
dengan melakukan rela,ksasi, contoh: mendengarkan musik
Rasional: Tehnik relaksasi dapat membantu mengalihkan
perhatian terhadap tinnitus
·
Kolaborasi
dalam pemberian obat untuk vertigo
2. Resiko
kekurangan cairan b.d mual dan muntah
Tujuan:
·
Kebutuhan
cairan tubuh dapat terjaga
Kriteria hasil:
a. Elektrolit
tubuh dalam batas normal
b. Mual dan
muntah tidak terjadi
c. Membran
mukosa lembab
d. Turgor kulit
elastis
e. Tidak tampak
lemas
Intervensi
·
Kaji atau
minta pasien mengkaji masukan dan haluaran (termasuk emesis, tinja cair, urin
dan diaforesis). Pantau hasil lab
Rasional:
Pencatatan yang akurat merupakan dasar untuk
penggantian cairan.
·
Kaji
indikator dehidrasi, termasuk tekanan darah (ortostatik), denyut nadi, turgor
kulit, membran mukosa, dan tingkat kesadaran.
Rasional: pengenalan segera adanya dehidrasi
memungkinkan intervensi segera
·
Dorong
konsumsi cairan oral sesuai toleransi, hindari minuman yang mengandung
kafein(stimulasi vestibular)
Rasional: penggantian cairan oral harus di mulai
sesegera mungkin untuk mengganti
kehilangan. Kafein dapat meningkatkan diare.
a. Kolaborasi
pemberian obat
b. Antiemetik,
seperti supositoria prometazin (phenergan)
c. Antidiare
Rasional
a. Mengurangi
mual dan muntah, mengurangi kehlangan cairan dan memperbiki masukan per oral
b. Menurunkan
motilitas usus dan kehilangan cairan.
Diposting : Zhiyya Urrahman
E.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
Hasil yang diharapkan :
1. Memperlihatkan
adanya pengurangan resiko cedera :
·
Klien
mengerti dan mampu mengikuti terapi vestibular
·
Klien tahu
dan mengerti cara meminum obat yang benar dan efek samping obat
·
Dan
mempertahankan tirah baring bila merasa pusing
2. .Memperlihatkan
penurunan ansietas atau tidak mengalami ansietas :
·
Melaporkan
atau mendiskusikan ansietas
·
Mengikuti
teknik penatalaksanan stress
·
Memperlihatkan
kenyamanan
·
Menghindari
aktivitas yang menyebabkan stress
3. Memperlihatkan
adanya pengurangan resiko terhadap trauma :
·
Memperlihatkan
peningkatan aktivitas tanpa menggunakan alat bantu
·
Mampu
mengidentifikasi bahaya dilingkungan ruma
4. .memperlihatkan
perubahan atau peningkatan personal hygiene ;
·
Melakukan
aktivitas yang sesuai dengan jenis aktivitas pengalih
·
Melaporkan
pola aktivitas pengalih
·
Mampu
melanjutkan aktivitas pengalih.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Untuk mencapai
asuhan keparawatan dalam merawat klien, pendekatan dalam proses keperawatan
harus dilaksanakan sedacara sistematis.
2. Pelayanan
keperawatan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan tetap
memperhatikan dan menjaga privacy klien.
3. Perawat
hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik/ kolaborasi baik kepada
teman sejawat, dokter atau para medis lainnya dalam hal pelaksanaan Asuhan
Keperawatan maupun dalam hal pengobatan kepada klien agar tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
·
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta
·
Robert Priharjo, S.Kp, M. Sc, RN (2002), Pengkajian Fisik Keperawatan Edisi
2, EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar