Selasa, 21 Mei 2013

ASUHAN KEPERAWATAN SINDROME MENIERE ( KMB )



ASUHAN KEPERAWATAN
SINDROME MENIERE
( KMB )










AKADEMI KEPERAWATAN SUBANG
TAHUN 2014



KATA PENGANTAR


        Puji syukur kami panjatkan  ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Askep ini.
                Askep  ini kami susun untuk menunjang atau sebagai petunjuk dalam pembelajaran khususnya pada penyakit meniere.
                Semoga apa yang  kami kerjakan ini dapat menjadi motivasi dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Kami   mohon maaf bila ada kesalahan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna meningkatkan kualitas makalah selanjutnya.
















BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

            Meskipun penyebab dari penyakit Meniere tidak diketahui, ia mungkin berakibat dari kelainan dalam cara cairan telinga dalam diatur. Pada kebanyakan kasus-kasus hanya satu telinga yang terlibat, namun kedua telinga mungkin dipengaruhi pada kira-kira 10% sampai 20% dari pasien-pasien. Penyakit Meniere secara khas mulai antara umur 20 dan 50 tahun (meskipun telah dilaporkan pada hampir semua kelompok umur). Pria-pria dan wanita-wanita sama-sama dipengaruhi. Gejala-gejala mungkin hanya gangguan minor, atau dapat menjadi melumpuhkan, terutama jika serangan-serangan dari vertigo berat/parah, seringkali, dan terjadi tanpa peringatan. Penyakit Meniere juga disebut idiopathic endolymphatic hydrops.
         Penyakit meniere merupakan suatu penyakit yang menyebabkan seseorang tidak mampu berdiri, sehingga ia harus tidur terus menerus, yang kadang-kadang sampai beberapa hari.
           Penyakit ini deitemukan oleh meniere pada tahun 1861, dan dia yakin bahwa penyakit ini berada didalam telinga , sedangkan pada waktu itu para ahli banyak menduga bahwa penyakit itu berada pada otak. Pendapat meniere dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan menemukan hidrops endolimfa, setelah memeriksa tulang temporal pasien meniere.


B.    Tujuan
              Memperoleh gambaran secara umum tenteng penyakit meniere sekalugus menetapkan asuahn keperawatan pada penyakit meniere.






BAB II
PEMBAHASAN



A.    Pengertian
            Penyakit meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui dan mempunyai trias gejala yang khas,yaitu gangguan pendengaran,tinnitus dan serangan vertigo (Kapita Selekta Edisi 3).
            Penyakit Meiere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo, tinnitus dan berkurangnya pendengaran secara progresif.

B.     Etiologi
Etilogi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti namun diduga adalah merupakan :
Pengaruh neurokimia dan hormone abnormal pada aliran darah yang menuju ke labirin.
Gangguan elektrolit dalam cairan labirin.
Reaksi alergi
Ganguan autoimun

C.    Manifestasi Klinis
Meniere ditandai oleh 4 (empat) gejala :
1.      Kehilangan pendengaran sensorineoral progresif dan fluktuatif.
2.      Mual muntah.
3.      Tinitus atau suara berdenging yang bisa hilang dan timbul.
4.      Veritgo yang tidak tertahankan.
Telinga terasa penuh dan adanya tekanan pada telinga.

D.    Klasifikasi
Penyakit meniere vestibuler :
Ditandai dengan adanya vertigo episodic, sehubungan dengan tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear.
Tanda dan gejala : Vertigo bersifat episodic, penurunan respon vestibuler atau tidak ada respon total pada telinga yang sakit, tidak ada gejala koklear, tidak ada kehilangan pendengaran progresif.
1.      Meniere klasik
Tanda dan gejala : Mengeluh vertigo, kehilangan pendengaran sensoneural berfluktuasi, tinnitus, penyakit meniere koklear.
2.      Meniere koklea : Dikenal dengan adanya pendengaran sensoneural progresif sehubungan dengan tinnitus dan tekanan dalam telinga tanpa temuan gejala vestibuler.
Tnda dan gejala : Kehilangan pendengaran berfluktuasi, tekanan atau rasa penuh pada telinga, kehilangan pendengaran terlihat pada hasil uji, tidak ada vertigo, uji labirin vestibular normal, kelak akan menderita gejala dan tanda vestibuler.

E.     Patofisiologi
            Gejala klinis penyakit meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh :
1.      Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri.
2.      Berkurangnya tekanan osmotic di dalam kapiler.
3.      Meningkatnya tekanan osmotic di dalamekstra kapiler.
4.      Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfa.
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan perubahan morfologi pada membrane Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibulli terutama di daerah apeks kolkea helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dilulai di daerah apeks koklea kemudian dapat meluas ke bagian tengah dan basal koklea. Hal ini dapat menjelaskan terjadinya tuli saraf rendah pada penyakit meniere.

F.     Pathway
1.      Malabsorpsi cairan dalam sakus endolimfatikus
2.      Pembengkakan rongga endolimfatikus
3.      Peningkatan sensitifitas tulang pendengaran
4.      System vestibular terganggu
5.      Penekanan saraf2 pendengaran
       Resti cidera
1.      Gangguan hantaran suara
2.      Gangguan pendengaran
3.      vertigo
4.      tinitus
5.      Gangguan persepsi sensori
      Resti trauma

G.    Komplikasi
1.      Neuronitis vestibularis.
2.      Labirinitis.
3.      Tuli total.
4.      Vertigo posisi paroksimal jinak (VJJP).
5.      Vertigoservical.

H.    Pemeriksaan Penunjang
Tes gliserin
Pasien diberi minum gliserin 1,2 ml/ kg BB setelah diperiksa kalori dan audiogram. Setelah 2 jam diperiksa kembali dan dibandingkan. Perbedaan bermakna menunjukkan adanya hidrops endolimfatikus.
Audiogram
      Tulisensorineural, terutama nada rendah dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutmen.
Elektrokokleografi menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit meniere.
Elektronistagmogram bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.
1.      CT scan atau MRI kepala
2.      Elektroensefalografi
3.      Stimulasi kalorik

I.       Penatalaksanaan
            Pasien harus dirawat di rumah sakit, berbaring dalam posisi yang meringankan keluhan diberikan diet rendah garam dan pemberian diuretik ringan.obat-obatan sistomatik anti vertigo seperti dimenhidrinat 3x50 mg atau prometazin 3x25 mg,obat vasodilator perofer seperti papaverin dan betahistin,atau operasi shunt.dapat pulah diberikan obat antiiskemia dan neurotonik.adaptasi dengan latihan dan fisioterapi.
Penatalaksanaan diet pada klien meniere banyak dilakukan dengan mematuhi diet rendah garam ( 2000 mg / hari ). Jumlah natrium merupakan salah satu faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan cairan dapat memutuskan keseimbangan halus antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga dalam.
Tindakan untuk fertigo terdiri atas antihistamin seperti meklizin ( antivert ), yang menekan sistem vestibuler. Transquilizer seperti diazepam ( valium ) dapat digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo, namun sifat adiktifnya tidak dapat membantu sebagai pengobatan jangka panjang. Antiemetik seperti supositoria prometazin ( phenergan ) tidak hanya mengurangi mual dan muntah tetapi juga dapat mengurangi vertigi karena efek antihistaminnya. Diuretik seperti Dyazide atau hidroklortiazid kadang dapat membantu mengurangi penyakit meniere dengan mengurangi tekanan pada sindrom sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk makan makanan yang mengandung kalium, seperti pisang, dan jeruk ketika menggunakan diuretik yang dapat menyebabkan kalium.
Dekompresi sakus endolimfatikus atau pintasan secara teoritis akan menyeimbangkan tekanan dalam ruangan endolimfe. Pirau atau drain dipasang di dalam sakus endolimfatikus melalui insisi postaurikuler.
Obat ortotoksik, seperti strepstomisin atau gentamisin, dapat diberikan kepada pasien dengan injeksi sistemik atau infus ke telinga tengan atau dalam.







BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

CONTOH KASUS
            Ny . Anita  Umur 35 tahun,  mengeluh telinga kanan sering berdenging, perasaan penuh di bagian dalam telinga. Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 20 menit dan hilang sendiri, tetapi saat vertigo sampai mual dan muntah. Hasil pemeriksaan Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri, auditorium menunjukkan adanya sensorineural hearing loss.
Data subyektif:
  • mengeluh telinga kanan sering berdenging
  • perasaan penuh di bagian dalam telinga.
  • Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 20 menit dan hilang sendiri
  • saat vertigo sampai mual dan muntah.
Data Obyektif
  • Hasil pemeriksaan Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri
  • auditorium menunjukkan adanya sensorineural hearing loss.
Dari data di atas kami menyimpulkan bahwa Ny. Anita menderita penyakit meniere.



A.  Pengkajian
Data Subyektif:
·         mengeluh telinga kanan sering berdenging
·         perasaan penuh di bagian dalam telinga.
·         Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 20 menit dan hilang sendiri
·         saat vertigo sampai mual dan muntah.
Data Obyektif:
·         Hasil pemeriksaan Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri
·         auditorium menunjukkan adanya sensorineural hearing loss.
Analisa Data
No
Data
Etiologi
Masalah
1
Data subjektik:

  • Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 20 menit dan hilang sendiri
  • mengeluh telinga kanan sering berdenging
  • perasaan penuh di bagian dalam telinga
Data Obyektif:
  • Hasil pemeriksaan Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri
  • auditorium menunjukkan adanya sensorineural hearing loss.
Gangguan pendengaran
Gangguan pola tidur
2
Data subjektik:

  • Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 20 menit dan hilang sendiri
  • Saat vertigo sampai mual dan muntah
Data Obyektif:
-
Mual dan muntah
Resiko kekurangan volume cairan

B.     Diagnosa Keperawatan
            Gangguan persepsi sensori b/d gangguan pendengaran
Resiko tinggi cedera b/d perubahan mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo.
Ansietas b/d ancaman,atau perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.
Resiko terhadap trauma b/d kesulitan keseimbangan
  1. Gangguan pola tidur b.d gangguan pendengaran
  2. Resiko kekurangan cairan b.d mual dan muntah

Tgl/ jam
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional

Gangguan persepsi sensori b/d gangguan pendengaran
Gangguan persepsi sensori dapat teratasi
Monitor tingkat kelemahan persepsi klien
Memperbaiki komunikasi : berbicara tegas dan jelas tanpa berteriak
Mengurangi kegaduhan lingkungan
Ajarkan cara berkominikasi yang tepat
Berkomunikasi dng menggunakan tanda nonverbal (ekspresi wajah,menunjuk dan sikap tubuh)


Resiko tinggi cedera b/d perubahan mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo.
Tetap bebas dari cedera yang berkaitan dengan ketidakseimbangan dan/jatuh
Kaji vertigo yang meliputi riwayat, amitan, gambaran serangan, durasi, frekuensi, dan adanya gejala telinga yang terkait kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh di telinga.
Kaji luasnya ketidakmampuan dalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-hari.
Ajarkan atau tekankan terapi vestibular/keseimbangan sesuai ketentuan
Berikan atau ajari cara pemberian obat anti vertigo aaaaaadan atau obat peneang vestibular serta beri petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.
Dorong pasien untuk berbaring bila merasa pusing,dengan pagar tempat tidur dinaikkan.
Letakkan bantal pada kedua sisi kepal untuk membatasi gerakkan
Riwayat memberikan dasar untuk intervensi selanjutnya.
Kaji luasnya ketidakmampuan dalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-hari.
Luasnya ketidakmampuan menurunkan resiko jatuh.
Ajarkan atau tekankan terapi vestibular/keseimbangan sesuai ketentuan
Latihan mempercepat kompensasi labirin yang dapat mengurangi vertigo dan gangguan cara jalan.
Menghilangkan gejala akut vertigo.
Mengurangi kemungkinan jatuh dan cedera.
Gerakkan akan memperberat vertigo.

Ansietas b/d ancaman,atau perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.
Mengurangi atau tidak mengalami ansietas
Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
Beri upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang menyebebkan stress
Ajarkan pasien teknik penatalaksanaan stress atau lakukan rujukan bila perluh.
Dorong pasien mendiskusikan ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan vertigo.
Beri informasi mengenai vertigo dan penanganannya.
Instruksikan pasien dalam aspek program pengobatan
Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
Situasi penuh stress dapat memperberat gejala kondisi ini.
Memperbaiki manajemen stress, mengurangi frekwensi dan beratnya serangan fertigo.
Meningkatkan kesadaran dan pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.
Meningkatkan pengetahuan membantu mengurangi ansietas
pengetahuan pasien membantu mengurangi ansietas.

Resiko terhadap trauma b/d kesulitan keseimbangan
Mengurangi resiko trauma dengan mengadaptasi lingkungan rimah dan dengan menggunakan alat rehabilitatif bila perlu.



C.   Rencana Keperawatan

Diagnosa I : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d  intake yang tidak adekuat
DS             : klien mengatakan nafsu makan kurang
DO                        : klien tidak menghabiskan nafsu makan
Tujuan : 
1.        Pemenuhan nutrisi akan terpenuhi
2.        Porsi makan dihabiskan
3.        Klien tidak muntah lagi

D.    Intervensi  Keperawatan
  1. Gangguan pola tidur b.d gangguan pendengaran
Tujuan:
Gangguan pola tidur dapat teratasi
Kriteria Hasil:
a.       klien tidak terbangun di malam hari
b.      Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak
            Intervensi:
·         Kaji tingkat kesulitan tidur
Rasional:  Membantu menentukan pengobatan atau intervensi selanjutnya
·         Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut
Rasional: perlu di jelaskan bahwa gangguat tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di
anjurkan untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut, karena penggunaan obat penenang
juga tidak terlalu baik dan hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.
·         Arahkan dengan  melakukan rela,ksasi, contoh:  mendengarkan musik
Rasional: Tehnik relaksasi dapat membantu mengalihkan perhatian terhadap tinnitus
·         Kolaborasi dalam pemberian obat untuk vertigo

2.      Resiko kekurangan cairan b.d mual dan muntah
Tujuan:
·         Kebutuhan cairan tubuh dapat terjaga
Kriteria hasil:
a.       Elektrolit tubuh dalam batas normal
b.      Mual dan muntah tidak terjadi
c.       Membran mukosa lembab
d.      Turgor kulit elastis
e.       Tidak tampak lemas
Intervensi
·         Kaji atau minta pasien mengkaji masukan dan haluaran (termasuk emesis, tinja cair, urin dan diaforesis). Pantau hasil lab
Rasional:
Pencatatan yang akurat merupakan dasar untuk penggantian cairan.
·         Kaji indikator dehidrasi, termasuk tekanan darah (ortostatik), denyut nadi, turgor kulit, membran mukosa, dan tingkat kesadaran.
Rasional: pengenalan segera adanya dehidrasi memungkinkan intervensi segera
·         Dorong konsumsi cairan oral sesuai toleransi, hindari minuman yang mengandung kafein(stimulasi vestibular)
Rasional: penggantian cairan oral harus di mulai sesegera mungkin untuk mengganti
kehilangan. Kafein dapat meningkatkan diare.
a.       Kolaborasi pemberian obat
b.      Antiemetik, seperti supositoria prometazin (phenergan)
c.       Antidiare
Rasional
a.       Mengurangi mual dan muntah, mengurangi kehlangan cairan dan memperbiki masukan per oral
b.      Menurunkan motilitas usus dan kehilangan cairan.
Diposting : Zhiyya Urrahman

E.  Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1.      Memperlihatkan adanya pengurangan resiko cedera :
·         Klien mengerti dan mampu mengikuti terapi vestibular
·         Klien tahu dan mengerti cara meminum obat yang benar dan efek samping obat
·         Dan mempertahankan tirah baring bila merasa pusing
2.      .Memperlihatkan penurunan ansietas atau tidak mengalami ansietas :
·         Melaporkan atau mendiskusikan ansietas
·         Mengikuti teknik penatalaksanan stress
·         Memperlihatkan kenyamanan
·         Menghindari aktivitas yang menyebabkan stress
3.      Memperlihatkan adanya pengurangan resiko terhadap trauma :
·         Memperlihatkan peningkatan aktivitas tanpa menggunakan alat bantu
·         Mampu mengidentifikasi bahaya dilingkungan ruma
4.      .memperlihatkan perubahan atau peningkatan personal hygiene ;
·         Melakukan aktivitas yang sesuai dengan jenis aktivitas pengalih
·         Melaporkan pola aktivitas pengalih
·         Mampu melanjutkan aktivitas pengalih.














BAB IV
PENUTUP



A.   KESIMPULAN

1.      Untuk mencapai asuhan keparawatan dalam merawat klien, pendekatan dalam proses keperawatan harus dilaksanakan sedacara sistematis.
2.      Pelayanan keperawatan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan prosedur  tetap dan tetap memperhatikan dan menjaga privacy klien.
3.      Perawat hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik/ kolaborasi baik kepada teman sejawat, dokter atau para medis lainnya dalam hal pelaksanaan Asuhan Keperawatan maupun  dalam hal pengobatan kepada klien agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
















DAFTAR PUSTAKA



·         Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta
·         Robert Priharjo, S.Kp, M. Sc, RN (2002), Pengkajian Fisik Keperawatan Edisi 2, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar