Dosen : Ade Nuraeni, S.Kep., Ners., M.Kep
KEPERAWATAN ANAK 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAKDENGAN KELAINAN JANTUNG BAWAANASD, VSD, KOARTASIO AORTA DAN
BRONCHOPNEMONI
DISUSUN
OLEH :
TINGKAT 2A
SURANGGA JAYA
AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN SUBANG
Jln. Brigjen Katamso No.37 Subang
2012
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
anak 1 yang berjudul : asuhan keperawatan Patent Duktus Arteri, Ventrikel Sepal
Defect, Atrium Sepal Defect.
Kami juga mengucapkan
terimah kasih kepada ibu pembimbing dan
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Akhir
kata kami mengucapakan banyak terima kasih.
Subang, 5 november 2012
mahasiswa
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian............................................................................. 2
B. Etiologi ................................................................................. 3
C. Pathofisiologi ....................................................................... 3
D. Komplikasi............................................................................ 4
E. Gambaran Klinik................................................................... 4
F. Penatalaksanaan.................................................................... 6
G. Penatalaksanaan Keperawatan.............................................. 6
BAB III LAPORAN KASUS.................................................................... 8
BAB IV Kesimpulan........................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASD(Atrial Septal Defect) merupakan kelainan
jantung bawaan tersering setelah VSD (ventrikular septal defect).Dalam keadaan
normal, pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri
dan kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru.Pada saat bayi lahir,
lubang ini biasanya menutup.Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir
dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt).Maka darah bersih dan darah kotor
bercampur.
Kelainan ini disebabkan adanya defek (lubang)
pada dinding atrium jantung. Akibatnya darah dari atrium kiri yang seharusnya
pergi ke ventrikel kiri, akan masuk ke dalam ke dalam ventrikel kanan, kemudian
ke ventrikel kanan. Jika lubangnya cukup besar, ASD akan mengakibatkan beban
volume di jantung kanan, di samping itu juga menyebabkan beban volume di
jantung kiri. ASD merupakan salah satu penyakit jantung bawaan non sianotik
(kelainan kongenital). Insidensnya sekitar 6,7% dari seluruh penyakit jantung
bawaan pada bayi yang lahir hidup.
Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital
anomaly) yang ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering
ditemukan. Di amerika serikat, insidens penyakit jantung bawaan sekitar 8 – 10
dari 1000 kelahiran hidup, dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi sebagai
kondisi kritis pada tahun pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan
pertama kehidupan berakhir dengan kematian penderita. Di indonesia, dengan
populasi lebih dari 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%,
diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita.
Berdasar data diatas maka penulis merasa
tertarik untuk menyusun makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada
Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan Asd,
Vsd, Koartasio Aorta dan Bronchopnemoni.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
1.
ASD (Atrial Septum
Defek) adalah kelainan jantung bawaan akibat adanya lubang pada septum
interatrial. Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :
a.
ASD Sekundum, bila
lubang terletak di daerah fossa ovallis.
b.
ASD Primum, bila lubang
terletak didaerah ostium primum (termasuk salah satu bentuk defek septum
atrioventrikulare).
c.
Defek sinus venosus,
bila lubang terletak didaerah venosus (dekat muara vena kava superior dan
inferior).
2.
VSD (Ventrikulare Septum
Defek) adalah suatu keadaan dimana ventrikel tidak terbentuk secara sempurna sehingga
pembukaan antara ventrikel kiri dan kanan terganggu, akibat darah dari bilik
kiri mengalir kebilik kananpada saat sistole.
Besarnya
defek bervariasi mulai dari ukuran milimeter (mm) sampai dengan centi meter
(cm), yaitu dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1.
VSD kecil : Diameter
sekitar 1 – 5 mm, pertumbuhan anak dengan kadaan ini masih normal walaupun ada
kecenderungan terjadi infeksi saluran pernafasan.
2.
VSD besar / sangat besar
: Diameter lebih dari setengah dari ostium aorta, tekanan ventrikel kanan
biasanya meninggi.
3.
KOARTASIO AORTA adalah
kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya penyempitan didekat percabangan
arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal duktus arteriousus battoli.
4.
BRONCHOPNEMONIA
Pnemoni
adalah proses inflamasi pada parenkin paruBronchopnemoni adalah proses dari
pnemoni yang dimulai dari bronkus dan menyebar kejaringan paru sekitarnya, hal
ini menyebabkan adanya gangguan ventrikel
B.
Etiologi
1.
Kelainan Jantung Bawaan
: ASD, CSD, KOARTASI AORTA
Penyebab
utama secara pasti tidak diketahui, akan tetapi ada beberapa faktor
predisposisi terjadinya penyakit ini yaitu : Pada saat hamil ibu menderita
rubella, ibu hamil yang alkoholik, usia ibu saat hamil lebih dari 40 tahun dan
penderita IDDM.
2.
Bronchopnemoni
Beberapa
agent penyebab terjadinya Bronchopnemoni yaitu :
·
Protozoa (pnemoni
cranii)
·
Bakteri
·
Vival atau jamur pnemoni
C.
Pathofisiologi
1.
VSD ( Ventrikel Septum
Defek ) :
·
Adanya defek pada
ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resistensi
sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan dengan resistensi pulmonal
melalui defek septum.
·
Volume darah di paru
akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian
tekanan ventrikel kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri ke kanan.
Hal ini akan menyebabkan resiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya
hipertrophi otot ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan
workload sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi meningkatnya workload,
maka terjadilah pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang
disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.
2.
Bronchopnemoni
Agent
yang masuk kedalam bronkus menyebabkan flora endogen yang normal menjadi
patogen yang kemudian masuk terus kealveoli sehingga terjadi reaksi inflamasi
yang mengakibatkan ekstravasasi cairan serosa kedalam alveoli. Adanya eksudat
tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri (kuman), membran alveoli
menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran O2 kedalam perialveolar
kapiler dibagian paru yang terkena dan mnyebar hampir keseluruh jaringan paru
dan akhirnya terjadi hipoksemi.
D.
Komplikasi
1.
ASD dan VSD
·
Endokarditis
·
Obtruksi pembuluh darah
pulmonal (Hipertensi Pulmonal)
·
Aritmia
·
Henti jantung
2.
KOARTASIO, kompliksi
yang berbahaya adalah :
·
Perdarahan otak
·
Ruptur aorta
·
Endokarditis
3.
BRONCHOPNEMONI
·
Abses paru
·
Effusi pleura
·
Empiema
·
Gagal nafas
·
Perikarditis
·
Meningitis
·
Atelektasis
E.
Gambaran Klinik
1.
ASD
·
Pertumbuhan dan
perkembangan biasa seperti tidak ada kelainan
·
Pada pirau kiri ke kanan
sangat deras
·
Pada stres : cepat
lelah, mengeluh dispnea, sering mendapat infeksi saluran pernafasan.
·
Pada palpasi : terdapat elainan
ventrikel kanan hiperdinamik di parasternal kiri.
·
Pada auskultasi, photo
thorak, EKG : jelas terlihat ada kelainan.
·
Ekhokardiografi : pasti
ada kelainan jantung.
2.
VSD (ventrikel septal
defek)
·
Pertumbuhan terhambat
·
Diameter dada bertambah
terlihat adanya benjolan dada kiri
·
Pada palpasi dan
auskultasi : adanya VSD besar :
-
Tekanan vena pulmonalis
meningkat
-
Penutupan katub pulmonal
teraba jelas pada sela iga 3 kiri dekat sternum
-
Kemungkinan teraba
getaran bising pada dada
·
Adanya tanda-tanda gagal
jantung : sesak, terdapat murmur, distensi vena jugularis, udema tungkai,
hepatomagali.
·
Diaphoresis
·
Tidak mau makan
·
Tachipnea
3.
Koartasio Aorta
·
Pada bayi dapat terjadi
gagal jantung
·
Umumnya tidak ada
keluhan, biasanya ditemukan secara kebetulan
·
Palpasi : raba arteri
radialis dan femoralis secra bersamaan
-
Pada arteri radialis
lebih kuat
-
Pada arteri femoralis
teraba lebih lemah
·
Auskultasi :
·
Terdengar bisng
koartasio pada punggung yang merupakan bising obtruksi
·
Jika lumen aorta sangat
menyempit terdengar bising kontinue pada aorta.
4.
Broncho Pnemoni
·
Biasanya didahului oleh
infeksi traktus respiratoris beberapa hari.
·
Suhu tubuh naik mendadak
sampai 390 – 400 c.
·
Kadang disertai kejang
·
Anak gelisah, dispnea,
nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung.
·
Auskultasi : terdengar
ronchi
·
Perkusi : untuk
bronchopnemoni konfluens, ada keredupan.
F.
Penatalaksanaan
1.
ASD (Artrial Septum
Defek) :
·
ASD kecil (diameter <
5 mm) karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik dan bahaya endokarditis
infeksi, tidak perlu dilakukan operasi.
·
ASD besar (diameter >
5 mm s/d beberapa centimeter), perlu tindaklan pembedahan dianjurkan < 6
tahun, karena dapat menyebabkan hipertensi pulmonal (walaupun lambat)
·
Pembedahan : menutup
defek dengan kateterisasi jantung
2.
VSD (venrikel septal
defek ) :
Pembedahan
yang dilakukan untuk memperpanjang umur harapan hidup, dilakukan pada umur
muda, yaitu dengan 2 cara :
·
Pembedahan : menutup
defek dengan dijahit melalui cardiopulmonal bypass
·
Non pembedahan : menutup
defek dengan alat melalui kateterisasi jantung
3.
KOARTATIO AORTA :
Pembedahan
yang dilakukan untuk mencegah obtruksi pembuluh aorta dengan dilakukan
pelebaran arteri subklavia dan pangkalduktus arterious battoli yaitu dengan “
Open Heart”
4.
BRONCHO PNEMONI
·
Obat-obatan :
antibiotik, ekspektoran, antipiretik, analgesik.
·
Terapi oksigen dan
melalui aerosol
·
Fisioterapi nafas dan
postural drainage
G. Penatalaksanaan
Keperawatan
Asuhan
keperawatan yang dilakukan ditujukan pada beberapa masalah yang sering timbul
dari kelainan jantung bawaan dan broncho pnemoni
1.
Bahaya terjadinya gagal
jantung
2.
Resiko tinggi gagal
nafas
3.
resiko tinggi terjadi
infeksi
4.
kebutuhan nutrisi
5.
gangguan rasa aman dan
nyaman
6.
pengetahuan orang tua
mengenai penyakit
BAB
IIILAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI “K”
DENGAN ASD, VSD, KOARTASIO AORTA DAN BRONCHO PNEMONI
POST OPEN HEART DI ICU RSUD Dr. SOETOMO
I.
PENGKAJIAN
1.
Identitas
Nama : By.
Kinanti
Tanggal lahir : 26 Maret 2002
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama :
Islam
Alamat :
Krukah Utara 7 c / 1 Surabaya
Nama ayah : Budi Karmito
Tanggal MICU : 25 Juni 2002
Tanggal MRS : 30 Mei 2002
Tanggal pengkajian : 25
Juni 2002, jam 13.00 wib
Diagnosa medis : ASD, VSD, Koartasai
Aorta, Broncho pnemoni
No. register : 1068121
Sumber informasi :
orang tua dan stataus
2.
Riwayat Keperawatan
Keluhan
Utama : sesak, tidak mau menetek, tidak bisa tidur, gelisah
Riwayat
Penyakit Sekarang :
· Tgl 5 April 2002 : usia bayi 10 hari, mulai batuk-batuk
belum disertai sesak.
· Tgl 19 Mei 2002 : bayi mulai batuk-batuk disertai sesak
pertama kali
· Tgl 30 Mei 2002 : penderita dibawa ke RSAL untuk berobat
dan langsung dirawat, karena tidak teratasi penderita dirujuk ke RSUD Dr.
Soetomo.
· Tgl 25 Juni 2002 : penderita masuk ICU post op open heart
: Ligasi coartasio aorta.
3.
Riwayat Penyakit
Sebelumnya :
Bayi
lahir spontan pada tanggal 26 Maret 2002, usia kehamilan 9 bulan 1 minggu
dengan BB 2,6 kg ditolong oleh bidan. Bayi langsung menangis, warna kulit
merah, tidak ada tanda dan gejala penyakit yang disertai.
4.
Riwayat Keehatan
Keluarga :
·
Tidak ada yang mengalami
sakit seperti penderita.
·
Saat hamil tidak minum
obat sembarang, kecuali dari rumah sakit, jamu tidak pernah minum.
·
Ayah dan ibu sering
pilek dan batuk dipagi hari bila kena debu
5.
Observasi dan
Pemeriksaan fisik
1.
Keadaan Umum : post op
open heart, kesadaran somnolen, terpasang ventilator dengan ETT, penderita usia
3 bulan
2.
Pengkajian Fisik :
B1
(Breathing) / Pernafasan :
·
Pernafasan dengan ETT
dibantu dengan ventilator mode IPPV, FiO2 60 %, frekwensi nafas 40 x/mnt, SaO2
50-60 % dan makin turun.
·
Ronchi positif (+),
tidak ada whezing, tidak ada stridor.
·
Retraksi intercostal
positif (+)
·
Pernafasan cuping hidung
positif (+)
B2
(Bleeding) / sirkulasi :
·
Perfusi jaringan dingin,
klien tampak biru, sianosis
·
Capilary refill time 3 detik
·
Suhu : 36,50
C
·
Tensi : 60/30 mmHg
·
Nadi : 90-100 x/mnt
·
Terpasang CVP 8 cm H2O
·
Terpasang balon drain
tekanan (-) 8 cm H2O, cairan merah
·
Infus D10
0,18 MS 200 cc / 24 jam
B3
(Brain) / Kesadaran :
·
Kesadaran menurun ,
somnolen, usia 3 bulan
·
GCS 2 dan 6, gerakan
sangat lemah
·
Kejang tidak ada (-)
·
Pupil isokor, diameter
sama
·
Sklera putih
·
Kemampuan buka mata
lemah
B4
(Blader) / Perkemihan :
·
Bayi menggunakan kateter
·
Kateter menates
·
Produksi urine ± 3
cc/jam
B5
(Bowel) / Pencernaan :
·
Bising usus positis (+),
kembung posistif (+)
·
Terpasang sonde susu 120
cc/24 jam
·
BAB encer berlendir,
warna hijau kehitaman, jumlah 50 cc/BAB
B6
(Bone) / Tulang otot-integumen
·
Pergerakan sendi sangat
lemah
·
Pnemoni positif (+)
membaik
·
Terpasang infus divena
kava (bilument), udema tidak ada
·
Luka operasi tertutup
hepafix, tidak ada rembesan darah
·
Kulit sangat halus dan
sensitif, terbaring dalam waktu yang lama
·
Kulit sekitar pantat,
genetalia tampak kemerahan (bintik-bintik merah) sedikit terkelupas
3. Data Psikososial
·
Ibu sangat cemas dan
bingung
·
Ibu sering menanyakan
kondisi anaknya
·
Ibu menanyakan bagaiman
kondisi anaknya selanjutnya, apakah akan normal
·
Ibu menangis saat
bertanya tentang anaknya dan berharap cepat sembuh
4. Pemeriksaan Penunjang
·
Tanggal 24 juni 2002 :
1.
Thorak photo : Cor :
jantung membesar kekanan dan kekiri
Pulmo
: tampak infiltrat pada supra parahiler kanan dan kedua paru tampak
hiperareated
Kedua
sinus Phrenicocostalis tajam
Kesimpulan
: Kardiomegali dengan pnemoni
2.
ECG : Irama sinus, HR
142 x/mnt, sumbu QRS + 1150 / RAD
·
Tanggal 25 Juni 2002 :
-
Labotratorium :
Jam
16.00 : elektrolit : K : 1,59 meg/L
Na :
11,7 meg/L
AGD :
PH : 7,447
pCO2
: 68 mmHg
pO2
: 43, 9mmHg
HCO3
: 45,9 mmol /L
BE :
21,9 mmol/L
SaO2
: 79,8 %
CHO2
: 48,0 %
5. Terapie
·
Tanggal 25 Juni 2002 :
·
Obat : Meronem : 3 x 50
mg/iv
Cloxacillin : 3 x 50 mg/iv
·
Cairan : D10
0,18 NS : 180 cc/24 jam
KCl :
1 meq
NO
|
DATA PENDUKUNG
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1
2
3
4
5
6
7
|
DS : -
DO : - Penderita sesak nafas
§
Terpasang ETT dengan ventilator
§
Penderita kebiruan / sianosis
§
HR 90 x /mnt
§
Frekwensi 40 x/mnt
§
SaCO2 60 % dan makin turun
§
Ronchi positif (+)
§
Retraksi interkosral
§
Pernafasan cuping hidung posistif (+)
DS : -
DO : - bayi usia 3 bulan
·
Post op open heart
·
Kelainann jantung bawaan
·
Broncho pnemoni membaik
·
Keadaan umum sangat lemah
DS : -
DO : - bayi usia 3 bulan
·
Sudah terbaring ± 1 bulan
·
Kulit bayi sangat sensitif dan lembut
·
Tampak ada bercak-bercak merah pada kulit bokong dan
genetalia
·
Pergerakan bayi sangat lemah
DS : -
DO : - terpasang endotrakheal tube
·
Terpasang alat ventilator dan monitor lainnya
·
Pertahanan tubuh penderita menurun
·
RR 40 x/mnt
·
SaO2 60 %
DS : -
DO : - Orang tua
sering menanyakan keadaan anaknya di rumah sakit
·
Ibu mengatakan ia sangat cemas dan bingung dengan
penyakit anaknya
·
Ibu menangis dan berharap anaknya cepat sembuh
·
Ibu cemas dan bertanya apakah anaknya akan sembuh
normal seperti anaknya yang lain
·
Ibu berharap anaknya dapat dirawat dengan baik di ICU
DS : -
DO : - Penderita dengan kelainan jantung bawaan
·
Status kesehatan menurun
·
Usia anak 3 bulan
·
Klien sangat lemah
·
Perkembangan klien tida sesuai dengan umur
DS : -
DO : - Klien usia 3 bulan
·
Terbaring dilingkungan bebas
·
Terbaring tanpa penghangat
·
Klien tidak memakai sarung tangan, kaos kaki dan baju
·
Kluien hanya diselimuti dengan kain
·
Klien tidak bisa tidur / tutup mata
|
Penumpukan sekret
Penurunan status kesehatan
Tirah baring yang lama
Pemsangan ETT &ventilator ( alat bantu mekanis )
·
Hospitalisasi anak
·
Kekuatiran terhadap anak
Kurangny supli O2 dan nutrisi ke jaringan
Suhu lingkungan yang dingin
|
Gangguan pertukaran gas
Resiko tinggi terjadinya infeksi
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
Resiko tinggi cedera / barotrauma
Perubahan peran orang tua
Resiko terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan rasa aman dan nyaman
|
II.
ANALISA DATA
PRIORITAS MASALAH
1.
Gangguan pertukaran gas
2.
Resiko tinggi infeksi
3.
Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit
4.
Resiko tinggi cedera
5.
Perubahan peran orang
tua
6.
Resiko tinggi gangguan
pertumbuhan dan perkembangan
III.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan penumpukan sekret
2.
Resiko tinggi terjadinya
infeksi berhubungan dengan penurunan status kesehatan
3.
Resiko tinnggi kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama
4.
Resiko tinggi cedera /
barotrauma berhubungan dengan pemasangan ETT dan ventilator
5.
perubahan peran orang
tua berhubungan dengan kekuatiran terhadap oenyakit anaknya
6.
Resiko tinggi gangguan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kurangnya suplai O2
dan nutrisi kejaringan
IV.
PERENCANAAN DAN
IMPLEMENTASI
Diagnosa
1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret
Tujuan
: Tidak terjadi gangguan pertukaran gas dalam waktu 15 menit
Kriteria
:
·
Klien tidak sianosis,
perfusi HKM
·
Klien tidak sesak nafas
·
Pengembangan dada +/+
·
Nafas cuping hidung
tidak ada
·
Frekwensi nafas normal
·
SaO2 80 – 100
%
Rencana
Tindakan :
1.
Cuci tangan sebelum
memegang bayi
R /
Mencegah tranmisi organisme dari tempat lain
2.
Beri O2bag
and mask
R/
Memberi cadangan O2 pada alveoli yang dapat menurunkan hipoksemi
3.
Kaji status pernafasan
setiap 15 menit
·
Suara nafas
· Tanda vital T, S, N
· Perfusi jaringan
R/
pastikan apakah klien masih dalam gangguan pertukaran gas
4.
Lakukan suction
R/
membebaskan jalan nafas
5.
Atur posisi yang nyaman
untuk klien
R/
Posisi yang nyaman diharapkan membantu mencegah gangguan pernafasan
6.
Kolaborasi terapie
pemberian obat diuretik sesuai indikasi : Lasix
R/
Menurunkan kongesti alveolar
Implementasi
:
1.
Mencuci tangan sebelum
memegang bayi
2.
Memberi O2
bag
3.
Melakukan suction :
o
Memakai handscoon steril
o
Mengambil kanul suction
1/3 dari ETT
o
Baging sampai SaO2
diatas 95, dimasukan suction
o
Dilakukan dalam 3
periode
4.
Mengkaji pernafasan
klien 15 menit pertama, selanjutnya tiap jam
·
Suara nafas : ronchi
·
Tanda vital : 15 menit
pertama
·
Perfusi jaringan
5.
Mengatur posisi yang
nyaman untuk klien
·
Membungkus klien dengan
kain panjang
·
Atur posisi miring
Evaluasi
jam 13. 15 WIB :
S : -
O : -
Sianosis
·
Klien tidak sesak
·
Pengembangan dada (+/+)
·
Nafas cuping hidung (+)
·
Frekwensi nafas 50 x/mnt
·
SaO2 90 %, T
: 100/60 mmHg, N: 134 x/mnt
A:
Masalah teratasi
P :
Pertahankan tindakan yang ada no 1, 2, 3, 4, 5.
Untuk
no 2 dan 3 : Jadwalkan suction tiap jam/ bila ada indikasi
Untuk
no 4 : Dilakukan tiap jam
Diagnosa
4 : Resiko tinggi cedera/barotrauma berhubungan dengan pemasangan ETT dan
ventilator
Tujuan
: Penderita bebas dari cedera setelah dilakukan tindaka, dalam waktu 1x 24 jam
Kriteria
Hasil :
·
Tidak terjadi iritasi
pada hidung maupun jala nafas
·
Tidak terjadi barotrauma
·
Vital sign dalam batas
normal T 100/60 mmHg, N 130 x/mnt, RR 16- 24 x/mnt
·
Saturasi O2
(>95 %)
·
Setting ventilatorsesuai
advise
Rencana
Tindakan :
1.
Monitor ventilator bila
ada peningkatan yang tiba-tiba
R/
Peningkatan secara tajam dapat menimbulkan trauma jalan nafas ( barotrauma)
2.
Yakinkan nafas klien
sesuai dengan ventilator
R/
Nafas yang berlawanan dengan mesin dapat menimbulkan trauma
3.
Cegah terjadinya
fighting, kalu perlu kolabi\orasi dengan dokter untuk pemberian sedasi
R/
Fighting dapat menimbulkan barotrauma sehingga harus diwaspadai
4.
Observasi tanda dan
gejala barotrauma
R/
deteksi dini terjadinya barotrauma
5.
Lakukan pengisapan
lendir dengan hati-hati dan gunakan kateter suction yang lunak
R/
cegah iritasi muksa jalan nafas
6.
Lakukan restrain/
fiksasi dengan baik pada ETT
R/
mencegah terekstubasi sendiri
7.
Atur posisi
selang/tubing ventilator dengan tepat
R/ Mencegah
ttrauma akibat penekanan selang ETT
Implementasi
:
1.
Memonotor keadaan
ventilatorsesering mungkin setiap jam
2.
meyakinkan bahwa nafas
klien sesuai dengan ventilator
3.
Mencegah terjadinya
fighting
4.
mengobservasi tanda dan
gejala barotrauma
5.
Melakukan suction sesuai
anjuran : steril, memaki handscoon, ujung kateter 1/3 dari kanul ETT, ujung
kateter tumpul
6.
Melakukan fixasi ETT
dengan baik dan benar
7.
Merngatur posisi tubing
ventilator dengan baik dan benar
Evaluasi
: tanggal 26 Juni 2002, jam 13.00
S : -
O : -
Tidak terjadi iritasi pada hidung dan jalan nafas ditandai dengan tidak ada
tanda-tanda infeksi. Suhu 36,5 c, klien tenang, tidak cemas
·
Tidak terjadi barotrauma
·
Tanda vital dalam batas
normal: tensi 100/60 mmHg, N 134 x/mnt, RR 24 x/mnt
·
SaO2 88 %
·
Setting ventilator benar
Diagnosa
5 : Perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak dan
kekuatiran terhadap penyakit anak
Tujuan
: Orang tua akan mengekpresikan perasaannya setelah dilakukan asuhan
keperawatan dalam 3x24 jam.
Kriteria
: - Orang tua mengatakan siap untuk menerima anak dengan kelainan jantung.
·
Orang tua yakin bahwa
mereka memegang peranan penting dalam kesembuhan anaknya.
·
Mendiskusikan rencana
pengobatannya.
Rencana
tindakan :
1.
Jalin komunikasi yang
baik dengan orang tua penderita
Rasional
: Indikator untuk melakukan tindakan selanjutnya
2.
Ajarkan orang tua untuk
ekspresikan perasaanya karena memeiliki anak dengan kelainan jantung.
Rasional
: Informasi yang jelas mengurangi kecemasan orag tua dan keluarga
3.
Eksplorasi perasaan
orang tua mengenai perasaan takut, rasa bersalah.
Rasional
: Menghindari stresor berlebihan terhadap orang tua
4.
Yakinkan orang tua bahwa
dia memegang peranan penting dalam tumbang anak
Rasional
: Agar orang tua berperan aktif dalam perawatan
5.
Berikan informasi yang
jelas untuk mengurangi kecemasan
Rasional
: Informasi yang jelas dapat mengurangi kecemasan orang tua dan keluarga
6.
Libatka orang tua dalam
perawatananak selama dirawat
Rasional
: Peran aktif diharapkan mempercepat proses penyembuhan
7.
Memberi dorongan moril
pada orang tua dan keluarga
Rasional
: agar orang tua dan keluarga memperolah kekuatan, terhindar dari stress
Implementasai
:
1.
Menjalin hubungan baik
dengan orang tua khususnya Ibu klien
2.
Meyakinkan ibu bahwa
mereka memegang peranan penting dalam kesembuhan anak
3.
Menganjurkan ibu untuk
menghilangkan rasa takut dan bersalah
4.
menganjurkan ibu
untuktidak terlalu cemas dengan mengatakan banyak anak yang mengalami hal
semacam ini tapi mereka tetap kuat
5.
menganjurkan ibu untuk
sering mengunjungi anaknya selama dirawat
6.
Melibatkan orang tua/
menganjurkan orang tua untuk tetap membantu dalam perawatan anak : misalnya
pakaian harus bersih, popok sering diganti / bila basah
7.
Memberi dorongan moril
pada orang tua , bahwa hanya dekatkan diri pada tuhan semoga masalahnya cepat
teratasi
Evaluasi
: tanggal 28 Juni 2002, jam 16.00 WIB .
S : - Ibu mengatakan bira bagaimanapun dan dalam keadaan
apapunia tetap menyayangi anaknya, ia sada bahwa anaknya adalah titipan tuhan
- Ibu
menyadari dukungan do’a akan mempercepat penyembuhan anaknya
O : - Ibu mengekpresikan perasaanya
- Ibu
mengatakan siap menerima anaknya
- Ibu
mengatakan dalam keadaan menangis
- ibu
selalu mengunjungi anaknya
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan rencana tindakan yang ada no 6, 7
BAB IV
KESIMPULAN
1.
ASD (Atrial Septum
Defek) adalah kelainan jantung bawaan akibat adanya lubang pada septum
interatrial. Berdasarkan letak lubang
2.
VSD (Ventrikulare Septum
Defek) adalah suatu keadaan dimana ventrikel tidak terbentuk secara sempurna
sehingga pembukaan antara ventrikel kiri dan kanan terganggu, akibat darah dari
bilik kiri mengalir kebilik kananpada saat sistole.
3.
KOARTASIO AORTA adalah
kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya penyempitan didekat percabangan
arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal duktus arteriousus battoli.
4.
BRONCHOPNEMONIA
Pnemoni
adalah proses inflamasi pada parenkin paru Bronchopnemoni adalah proses dari
pnemoni yang dimulai dari bronkus dan menyebar kejaringan paru sekitarnya, hal
ini menyebabkan adanya gangguan ventrikel
Kelainan Jantung Bawaan : ASD, CSD, KOARTASI AORTA
Penyebab utama secara pasti tidak
diketahui, akan tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya penyakit ini
yaitu : Pada saat hamil ibu menderita rubella, ibu hamil yang alkoholik, usia
ibu saat hamil lebih dari 40 tahun dan penderita IDDM.
Bronchopnemoni
Beberapa agent penyebab terjadinya
Bronchopnemoni yaitu :
·
Protozoa (pnemoni
cranii)
·
Bakteri
·
Vival atau jamur pnemoni
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ngastiyah. (1995). Pedoman Anak Sakit . editor Setiawan S.Kp.
EGC. Jakarta
2.
Engram.B (1994). Rencana
Asuhan KeperawatanMedikal Bedah. 1th. Ed. Editor Monica ester, S.Kp.
EGC. Jakarta
3.
Sariadai, S.kp &
Rita Yuliani, S.kp. Asuhan Keperawatan Pada Anak. PT.
Fajar interpratama. Jakarta
4.
http://muhammadihsan87.blogspot.com/2011/01/askep-asd-vsd.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar