Selasa, 22 Januari 2013

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA KONSTIPASI


LAPORAN PENDAHULUAN
PUSKESMAS JALAN CAGAK

Nama penyakit                         : SEMBELIT (konstipasi)
Pengertian                                       : Keadaan di mana seseorang menderita muntah-muntah disertai buang air besar berkali-kali. Kejadian ini dapat berulang tiga sampai sepuluh kali lebih dalam sehari. Terjadi perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, melembek sampai mencair, yang kadang juga mengandung darah atau lendir. Lazimnya, penyakit muntaber memang menyerang anak-anak, terutama pada usia dua hingga delapan tahun. Mereka mudah tertular karena daya tahan tubuhnya belum sekuat orang dewasa 
Etiologi                                     : peradangan usus oleh bakteri, virus, parasit lain (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan atau minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia serta kurang gizi, misalnya kelaparan atau kekurangan protein. Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri Escherichia coli ini dapat mewabah akibat lingkungan sekitar tempat tinggal yang kurang bersih serta makanan yang dikonsumsi terkontaminasi bakteri. Sistem sanitasi yang tidak terjaga dengan baik juga memudahkan kuman untuk berkembang biak. Hujan yang terus menerus sehingga menimbulkan banjir dan lingkungan yang kotor, sangat potensial menimbulkan wabah muntaber. Selain itu, penyakit muntaber juga dapat disebabkan oleh virus Vibrio parahaemolyticus yang termasuk jenis vibrio halofilik. Masa inkubasi Vibrio parahaemolyticus biasanya antara 12 – 24 jam, tetapi dapat berkisar antara 4 – 30 jam.


Patofiologi                              :
virus Vibrio parahaemolyticus – Masuk →lambung→duodenum→berkembang biak →mengeluarkan enzim mucinase→bakteri masuk ke membran→mengeluarkan subunit A & B→mengeluarkan (cAMP)→merangsang sekresi cairan usus, menghambat absorbsi tanpa menimbulkan kerusakan selepitel→volume usus↑→dinding usus teregang→ Berak Cair disertai muntah







Manifestasi klinis                    : Bakteri yang masuk kedalam saluran cerna lewat makanan yang telah tercemar akan menimbulkan radang pada saluran cerna sehingga muncul gejala sakit perut, kembung, mual dan muntah-muntah. Muntaber juga dapat disertai dengan demam tinggi (mencapai 38 derajat celcius atau lebih), kepala pusing, tidak nafsu makan, lemas, dan elastisitas kulit menurun. mengalami halunisasi jika sudah mencapai taraf kekurangan cairan elektrolit dalam tubuh.
Konsistensi  feses menurun (cair) dengan/ tanpa darah, (demam), , mialgia (nyeri otot), cengeng, gelisah

Data penunjang                     :
·      Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikroskopis
·      Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit
·      Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah
·      Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenumuntuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

Penata laksanaan                  : a. Pemberian cairan.
b. Diatetik :
pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
•Memberikan asi.
•Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineraldan makanan yang bersih.
Mengatasi terjadinya dehidrasi dengan pemberian pediatric cholera solution yang banyak mengandung K+ dan HCO3ˉ.
• Pemberian antibiotic tetrasiklin yang dapat mempersingkat masa pemberian cairan atau rehirdrasi. Sedangkan pada Vibrio parahaemolyticus adalah dengan pemberian antibiotika kloramfenikol, kanamisin, tetrasiklin, dan sefalotin








Intervensi                               :
Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
Tujuan :Devisit cairan dan elektrolit teratasi Kriteria hasil:Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa  mulut dan bibir lembab, balan cairan seimbang
Intervensi :Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur input dan output cairan(balan cairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan  minum yang banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan, pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

Diagnosa 2.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
Tujuan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi Kriteria
 hasil :Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual, muntah tidak ada. Intervensi :Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji faktor  penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen (palpasi, perkusi, dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

Diagnosa 3.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
Tujuan :Gangguan integritas kulit teratasiKriteria hasil :Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak adaIntervensi :Ganti popok anak jika basah. Bersihkan bokong secara perlahan menggunakan sabun nonalkohol. Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong dan perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi sesuai indikasi








DAFTAR PUSTAKA
Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK FK Universitas Airlangga
Source: http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/4/muntaber
Read more:
Pengertian dan Gejala MUNTABER (Vibrio Parahaemolyticus Enteritis) - Pengetahuan kesehatan









Subang 23 November 2012-11-07                                                    Puskesmas Jalan Cagak


            Paraf Pembimbing                                                                           Paraf CI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar