LAPORAN
PENDAHULUAN
PUSKESMAS JALAN
CAGAK
Nama penyakit : SEMBELIT (konstipasi)
Pengertian : Keadaan di mana seseorang
menderita muntah-muntah disertai buang air besar berkali-kali. Kejadian ini
dapat berulang tiga sampai sepuluh kali lebih dalam sehari. Terjadi perubahan
bentuk dan konsistensi dari tinja, melembek sampai mencair, yang kadang juga
mengandung darah atau lendir. Lazimnya, penyakit muntaber memang menyerang
anak-anak, terutama pada usia dua hingga delapan tahun. Mereka mudah tertular karena
daya tahan tubuhnya belum sekuat orang dewasa
Etiologi : peradangan usus oleh bakteri,
virus, parasit lain (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan atau minuman
yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia serta kurang gizi, misalnya
kelaparan atau kekurangan protein. Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri Escherichia
coli ini dapat mewabah akibat lingkungan sekitar tempat tinggal yang
kurang bersih serta makanan yang dikonsumsi terkontaminasi bakteri. Sistem
sanitasi yang tidak terjaga dengan baik juga memudahkan kuman untuk berkembang
biak. Hujan yang terus menerus sehingga menimbulkan banjir dan lingkungan yang
kotor, sangat potensial menimbulkan wabah muntaber. Selain itu, penyakit
muntaber juga dapat disebabkan oleh virus Vibrio parahaemolyticus
yang termasuk jenis vibrio halofilik. Masa inkubasi Vibrio
parahaemolyticus biasanya antara 12 – 24 jam, tetapi dapat berkisar antara 4 –
30 jam.
Patofiologi :
•
virus Vibrio parahaemolyticus – Masuk →lambung→duodenum→berkembang
biak →mengeluarkan enzim mucinase→bakteri masuk ke membran→mengeluarkan subunit
A & B→mengeluarkan (cAMP)→merangsang sekresi cairan usus, menghambat
absorbsi tanpa menimbulkan kerusakan selepitel→volume usus↑→dinding usus
teregang→ Berak Cair disertai muntah
Manifestasi klinis : Bakteri yang
masuk kedalam saluran cerna lewat makanan yang telah tercemar akan menimbulkan
radang pada saluran cerna sehingga muncul gejala sakit perut, kembung, mual dan
muntah-muntah. Muntaber juga dapat disertai dengan demam tinggi (mencapai 38
derajat celcius atau lebih), kepala pusing, tidak nafsu makan, lemas, dan
elastisitas kulit menurun. mengalami halunisasi jika sudah mencapai taraf
kekurangan cairan elektrolit dalam tubuh.
Konsistensi feses menurun
(cair) dengan/ tanpa darah, (demam), , mialgia (nyeri otot), cengeng, gelisah
Data penunjang :
·
Pemeriksaan tinja:
makroskopis dan mikroskopis
·
Pemeriksaan darah: darah
perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit
·
Pemeriksaan
kadar ureum dan kreatinin darah
·
Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenumuntuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
Penata laksanaan : a. Pemberian cairan.
b. Diatetik :
pemberian makanan dan minuman khusus
pada klien dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang
perlu diperhatikan :
•Memberikan asi.
•Memberikan bahan makanan yang
mengandung kalori, protein, vitamin, mineraldan makanan yang bersih.
Mengatasi terjadinya dehidrasi dengan
pemberian pediatric cholera solution yang banyak mengandung K+ dan HCO3ˉ.
• Pemberian antibiotic tetrasiklin
yang dapat mempersingkat masa pemberian cairan atau rehirdrasi. Sedangkan pada
Vibrio parahaemolyticus adalah dengan pemberian antibiotika kloramfenikol,
kanamisin, tetrasiklin, dan sefalotin
Intervensi :
Defisit
volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
cairan yang berlebihan.
Tujuan
:Devisit cairan dan elektrolit teratasi Kriteria hasil:Tanda-tanda dehidrasi
tidak ada, mukosa mulut dan bibir
lembab, balan cairan seimbang
Intervensi
:Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur input dan
output cairan(balan cairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc
per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan, pemeriksaan
lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah
sodium.
Diagnosa
2.
Gangguan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
Tujuan
:
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi Kriteria
hasil :Intake nutrisi klien meningkat, diet
habis 1 porsi yang disediakan, mual, muntah tidak ada. Intervensi :Kaji pola
nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji
faktor penyebab gangguan pemenuhan
nutrisi. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen (palpasi, perkusi, dan auskultasi).
Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.Kolaborasi dengan
tim gizi dalam penentuan diet klien.
Diagnosa
3.
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
Tujuan
:Gangguan integritas kulit teratasiKriteria hasil :Integritas kulit kembali
normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak adaIntervensi :Ganti popok
anak jika basah. Bersihkan bokong secara perlahan menggunakan sabun nonalkohol.
Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong
dan perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
sesuai indikasi
DAFTAR
PUSTAKA
Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK
FK Universitas Airlangga
Source:
http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/4/muntaber
Read more: Pengertian dan Gejala MUNTABER (Vibrio Parahaemolyticus Enteritis) - Pengetahuan kesehatan
Read more: Pengertian dan Gejala MUNTABER (Vibrio Parahaemolyticus Enteritis) - Pengetahuan kesehatan
Subang 23 November
2012-11-07 Puskesmas Jalan Cagak
Paraf Pembimbing
Paraf
CI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar