MAKALAH
KETUBAN
PECAH SEBELUM WAKTUNYA
(
KETUBAN PECAH DINI)
Dosen pembimbing : Ibu Sri Rejeki
Mata ajaran Maternitas 1
Disusun oleh:
Tingkat 2A
Kelompok 3
·
Surangga Jaya
·
Evi
·
Herry
AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN
SUBANG
Jl.
Brigjen Katamso No 37 Telp. (0260) 412520 Subang
2012
KATA
PENGANTAR
Alhamdulilah
wa syukurilah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat
jasmani dan rohani kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah MATERNITAS
1 yang bertema “KETUBAN PECAH SEBELUM
WAKTUNYA”. Selain itu juga kami berterima kasih kepada dosen pembimbing
kami yaitu Ibu Sri rejeki yang selama ini telah membimbing kami.
Makalah ini bertujuan untuk
membantu dan menjelaskan tentang ketuban pecah sebelum waktunya dalam tahab
kehamilan.
Kami menyadari dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam pengetikan kata. Kami
sangat berharap masukan berupa kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih
baik.
Subang, 21 Maret
2013
PENYUSUN
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA
PENGANTAR................................................................................................. I
DAFTAR
ISI............................................................................................................... II
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang......................................................................................... 1
B.
Tujuan...................................................................................................... 1
1. Tujuan
umum...................................................................................... 1
2. Tujuan khusus..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.
Definisi
KPSW...................................................................................................
B.
Penyebab............................................................................................................
C.
Tanda
dan gejala.................................................................................................
D.
Diagnosis............................................................................................................
E.
Patofisiologi
.....................................................................................................
F.
Pengaruh
KPD..................................................................................................
G.
Komplikasi.......................................................................................................
H.
Penanganan
........................................................................................................
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................. 11
B.
Saran....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Selaput ketuban yang membatasi rongga
amnion terdiri atas amnion dankorion yang sangat erat kaitannya. Lapisan ini
terdiri atas beberapa sel seperti selepitel, sel mesenkim dan sel trofoblast
yang terikat erat dalam metrics kolagen.Selaput ketuban berfungsi menghasilkan
air ketuban dan melindungi janin terhadapinfeksi.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban
pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan.Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature.
Dalam keadaan normal 8-10%
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar
5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan.
70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab
kelahiran prematur sebanyak 30%.
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan
perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagenmatriks eksta seluler
amnion, korion, dan apoptosis membrane janin. Membrane janin dan desidua
bereaksi terhadap stimuli, seprti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan
memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormone.
B.
Tujuan
1.
Tujuan umum
Agar rekan-rekan dapat
mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya pada masa kehamilan
2.
Tujuan khusus
Agar rekan-rekan dapat
mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya pada masa kehamilan dan,
seperti :
a.
Definisi KPSW
b.
Penyebab
c.
Tanda
dan gejala
d.
Diagnosis
e.
Patofisiologi
f.
Pengaruh KPD
g.
Komplikasi
h.
Penanganan
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Ketuban Pecah Dini adalah
pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi
pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald,
gant, 2002).
Ketuban Pecah Dini adalah
rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2002)
Ketuban pecah dini (KPD)
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah
KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Gambar: Ketuban Pecah
B. PENYEBAB
Ketuban pecah dini disebabkan
oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin
atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban
pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah
sebagai berikut :
1. Inkompetensi
serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan
pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan
desakan janin yang semakin besar.
Adalah serviks dengan suatu
kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi sebelumnya melalui ostium uteri
atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan
terjadinya dilatasi berlebihantanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa
kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan
penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba,
2002).
2. Peninggian
tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma :
Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu
kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus
yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara
berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih
besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah
tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah
pecah. (Saifudin. 2002)
c. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan
neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus
yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin
bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi
teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput
ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion
adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam
jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan
amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut
meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu
beberapa hari saja
3. Kelainan letak
janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan
kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic
disproporsi).
5. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban.
Biasanya disebabkan oleh penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor
predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan
persalinan lama.
6. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan
oleh sejumlah mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi
yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7. Faktor keturunan
(ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
8. Riwayat KPD
sebelumya
9. Kelainan atau
kerusakan selaput ketuban
10. Serviks (leher
rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
Gambar: Inkompetensi Leher Rahim
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda yang terjadi adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak
seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,
dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau
berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau
“menyumbat” kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
D. DIAGNOSIS
ü
Pastikan selaput ketuban
pecah.
ü
Tanyakan waktu
terjadi pecah ketuban.
ü Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit,
tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.
ü
Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan
sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.
ü
Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan
dengan tes lakmus (nitrazintes), jika lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). pH normal dari vagina adalah 4-4,7
sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil
positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen,
lendir leher rahim, dan air seni.
ü
Tes Pakis, dengan
meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukan kristal cairan amniom dan gambaran daun pakis.
ü
Tentuka usia
kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
ü
Tentukan ada tidaknya infeksi.
ü
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih
dari 38OC serta cairan ketuban keruh dan berbau.
ü
Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.
ü
Janin yang mengalami takikardi, mungkin
mengalami infeksi intrauterin.
ü
Tentukan
tanda-tanda persalinan.
ü
Tentukan adanya
kontraksi yang teratur
ü
Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan
penanganan aktif ( terminasi kehamilan )
Pemeriksaan
Diagnostik
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda,
anormaly janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kematangan paru janin.
c. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin
d. Protein
C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan
korioamnionitis
E. PATOFISIOLOGI
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen,
sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi
(sampai 65%).
High virulensi : Bacteroides
Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast,
jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan
kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan
prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga
terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban
tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
F. PENGARUH KPD
1. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan
gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena
infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala
pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas perinatal.
2. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka
dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam.
Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan
septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat
tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah
gejala-gejala infeksi lainnya
G. KOMPLIKASI KPD
Komplikasi yang timbul akibat
Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi Infeksi
Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan
normal.
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya
segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada
kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan
antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada
Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi
septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin
terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari pada
aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan
lamanya periode laten.
Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi
oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia.
Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion,
semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota
badan janin, serta hipoplasi pulmonal
H. PENANGANAN
1. Konservatif
- Rawat di rumah sakit
- Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta
- Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
- Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
- Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral 3x perhari selama 7 hari.
- Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
- Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
2. Aktif
1)
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi
dengan oksitosin
2)
Bila gagal Seksio
Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50 mikrogram
intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
3)
Bila ada
tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah
sebagai berikut :
1)
Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim.
Pertimbangan waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari
2000 gram.
2)
Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu
meningkat lebih dari 38°c, dengan pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi
melalui hasil pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban
Penatalaksanaan lanjutan
1.
Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan
suhu sering kali didahului kondisi ibu yang menggigil.
2.
Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap
jam sebelum persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas
normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik secara
kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin
akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan
infeksiuteri.
3.
Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4.
Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar
diperlukan, perhatikan juga hal-hal berikut:
a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat
dari biasa
b. Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan
5. Beri
perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaranjelas
dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu
tubuhakibat dehidrasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan
tidak perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan
diurussesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda
dangejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala
korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang
menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode
persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan
beratkorioamnionitis.
B. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat
menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya. Bidan harus membantu wanita
mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiran janin premature
serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan
kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus
didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga
merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.
DAFTAR
PUSTAKA
Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi
Obstetri . Jakarta. EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta:
PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar