SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. MORTALITAS
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat
dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu.
Disamping itu,kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam
penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan
lainnya. Angka kematian pada umumnya dihitung dengan melakukan berbagai survei
dan penelitian.
Mortalitas
adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada
suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas
khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun,
hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat
950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas
yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode waktu
tertentu.
- Angka Kematian Bayi (AKB)
Data kematian yang terdapat pada komunitas dapat
diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di
rumah, sedangkan data kematian pada fasilitas pelayanan kesehatan hanya
memperlihatkan kasus rujukan. Angka kematian bayi yang tercatat di
Kabupaten Jombang pada tahun 2007 ini mengalami peningkatan dibandingkan
angka kematian bayi yang tercatat pada tahun 2006. AKB 2006 adalah sebesar
10.15 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan AKB pada tahun 2007 adalah
sebesar 13.7 per 1000 kelahiran hidup. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat
AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan.
Tersedianya berbagai fasilitas atau factor aksesbilitas dan pelayanan
kesehatan dengan tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat
untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam
bidang kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat AKB.
Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir ini memberi gambaran adanya peningkatan
dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)Pada tahun 2007, angka kematian ibu yang tercatat di Kabupaten Jombang adalah sebesar 94.5 per 100.000 kelahiran hidup. Adapun penyebab kematian ibu ini 50% diantaranya akibat penyakit yang memperburuk kehamilannya (penyakit jantung, paru, ginjal, dan hepatitis). Angka kematian ibu ini kembali meningkat dibandingkan dengan angka kematian ibu pada tahun 2006 yang sebesar 70.32 per 100.000 kelahiran hidup.
B. MORBIDITAS
Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal
dari masyarakat (community based data) melalui studi morbiditas dan hasil
pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan dalam hal ini bersumber dari
puskesmas maupun dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang
diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.1. Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan dalam profil kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2007 antara lain adalah penyakit Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
a. Penyakit malaria
Penyakit Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia , dimana perkembangan penyakit Malaria ini dipantau melalui Annual Parasite Incidence (API). Di Kabupaten Jombang sendiri telah ditemukan 33 kasus positif Malaria dan seluruhnya diberi pengobatan untuk Malaria.
b. Penyakit TB Paru
Menurut hasil Surkesnas 2001, TB Paru menempati
urutan ke 3 penyebab kematian umum, selain menyerang paru, Tuberculosis dapat
menyerang organ lain (extra pulmonary). Dari data yang berhasil dikumpulkan
menunjukkan kasus BTA(+) pada kohort 2006 sebanyak 610 orang, diobati 610
penderita dan yang telah sembuh (catatan kohort mulai bulan Januari – Desember
2006) sebanyak 492 orang (80,66%)
c. Penyakit HIV AIDS
Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan
peningkatan, meskipun berbagai upaya penanggulangan terus dilakukan. Semakin
tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra
pembangunan ekonomi di Indonesia ,
meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya penyalahgunaan
NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat risiko
penyebarab HIV/AIDS.
Saat ini Indonesia telah
digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemic yang terkonsentrasi, yaitu
adanya prevalensi lebih dari 5 % pada sub populasi tertentu, misal pada
kelompok PSK (pekerja sex komersial) dan penyalahgunaan NAPZA. Tingkat epidemi
ini menunjukkan tingkat perilaku berisiko yang cukup aktif menularkan didalam
suatu sub populasi tertentu. Di Kabupaten Jombang sendiri ditemukan 29 kasus
HIV AIDS, meningkat cukup tajam dibandingkan dengan tahun 2005 yang (hanya)
ditemukan 8 kasus HIV AIDS. Keberadaan penderita HIV AIDS bagaikan fenomena gunung es,
dimana jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih sedikit dari penderita yang
sebenarnya ada. Sehingga tidak menutup kemungkinan jumlah penderita HIV/AIDS di
Kabupeten Jombang jauh lebih besar lagi. Untuk itu diperlukan upaya bersama
dalam pemberantasan penyakit HIV/AIDS,yang tidak saja ditujukan pada penanganan
penderita yang ditemukan tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan yang dilakukan
melalui skinning HIV/AIDS terhadap darah donor dan pengobatan penderita
penyakit menular seksual.
d. Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA)
ISPA masih menjadi penyakit
utama penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia . Dari beberapa hasil
kegiatan SKRT diketahui bahwa 80 sampai 90 % dari seluruh kasus kematian ISPA
disebabkan pnemonia. Pnemonia merupakan penyebab kematian pada balita dengan
peringkat pertama hasil dari Surkesnas 2001. Upaya dalam rangka pemberantasan
penyakit infeksi saluran pernapasan akut lebih difokuskan pada upaya penemuan
dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita pnemonia
balita yang ditemukan. Jumlah balita penderita pnemonia yang dilaporkan di
Kabupaten Jombang sebanyak 2023 penderita yang keseluruhannya dapat ditangani.e. Penyakit Kusta
Meskipun Indonesia
mencapai eliminasi kusta pada pertengahan tahun 2000, sampai saat ini penyakit
kusta maih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti
dengan masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia dan merupakan negara dengan
urutan ketiga penderita terbanyak didunia.. Di Kabupaten Jombang, terdapat 15
penderita kusta PB (kohort 2006) dan 104 penderita kusta MB (kohort 2005).
Adapun penderita yang sudah RFT, masing-masing untuk PB adalah 14 orang (93,3%)
dan RFT MB adalah 97 orang (93,3%)
2. Penyakit Menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi, pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit tetanus neonatorum, campak, diferi, dan polio.
a. Tetanus Neonatorum
Pada tahun 2007 sudah tidak dilaporkan adanya kasus Tetanus Neonatorum. Penanganan kasus tetanus neonatorum memang tidak mudah tetapi juga bukannya tidak mungkin untuk dicegah. Yang terpenting adalah upaya pencegahannya melalui pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi TT pada ibu hamil.
b. Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB). Sepanjang tahun 2007 ditemukan jumlah kasus campak sebanyak 86 kasus. Dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu 255 kasus, pada tahun 2007 telah terjadi penurunan kasus yang cukup besar hampir 75 %.
c. Difteri
Difteri termasuk penyakit
menular yang kasusnya relatif rendah. Rendahnya kasus difteri sangat
dipengaruhi adanya program imunisasi. Di Kabupaten Jombang selama kurun waktu
2007 ditemukan 2 kasus difteri yaitu di Kecamatan Jelakombo.d. Polio
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah dilakukan melalui gerakan
imunisasi polio, yang ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus AFP kelompok umur < 15 tahun. Namun demikian, masih juga ditemukan kasus AFP pada tahun 2007 ini yaitu sebanyak 8 kasus3. Penyakit Potensi KLB / Wabah
a. Demam Berdarah Dengue
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah menyebar
luas ke seluruh wilayah Kabupaten Jombang. Penyakit ini sering muncul sebagai
KLB dengan angka kesakitan dan angka kematian yang relatif tinggi. Jumlah kasus
DBD di Kabupaten Jombang selama kurun waktu 2007 adalah sebanyak 695 kasus
dengan 20 kematian. Jumlah kasus DBD ini meningkat 2 kali lipat dibandingkan
dengan kasus yang sama pada tahun 2006 (pada tahun 2006 terdapat 365 kasus
DBD). Gambar berikut menunjukkan betapa jumlah penderita DBD mengalami peningkatan
yang fluktuatif dari tahun ke tahun.
Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Kegiatan lain dalam upaya pemberantasan DBD adalah pengasapan (fogging).
b. Diare
Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab
kematian bayi dan balita. Jumlah kasus diare pada balita di Kabupaten Jombang
pada tahun 2007 yang dilaporkan adalah sebanyak 5.692 kasus dari 15.817 kasus
diare yang ada dengan angka kesakitan 13 per 1000 penduduk.
c. FilariasisProgram eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu ’The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020”. Di Kabupaten Jombang, sepanjang tahun 2007 ditemukan 5 kasus filariasis, dimana jumlah ini menurun dibanding tahun 2006 dimana dicatat 3 kasus
C. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indicator, antara lain bayi dengan Berat Badan Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur Kurang Energi Protein (WUS KEK)
1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram)
merupakan salah satu factor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal
dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena premature atau
BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup
bulan tetapi berat badannya kurang. Jumlah BBLR yang dilaporkan di Kabupaten
Jombang sebanyak 556 (2.92%) dari 19.042 bayi lahir hidup.
2. Status Gizi BalitaStatus gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat status gizi masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antopometri yang menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), (3,85%)..Perkembangan kasus BGM dapat dilihat pada grafik berikut yang merupakan hasil penimbangan di posyandu yang tercatat dalam Kartu Menuju sehat (KMS).
Dari Susenas 2004 hasil perhitungan AKB dengan Mortpak 4 adalah adalah 52 per 1000 kelahiran dengan referensi waktu Mei tahun 2002. Artinya di Indonesia pada tahun 2002, diantara 1000 kelahiran hidup ada 52 bayi yang meninggal sebelum usia tepat 1 tahun..
Tabel 2. AKB menurut Propinsi dan Kabupaten, tahun 2002, Sumber: Susenas
2003 dan 2004 (BPS dan UNFPA, 2005) |
||
Propinsi/Kabupaten |
AKB Laki-laki
|
AKB perempuan
|
Sumatera Selatan |
44,59
|
33,45
|
Kab. OKI |
49,48
|
37,12
|
Kota Palembang |
26,68
|
20,02
|
Jawa Barat |
52,00
|
39,01
|
Kuningan |
53,71
|
40,29
|
Kota Bandung |
26,28
|
19,72
|
NTT |
56,00
|
42,01
|
Flores Timur |
53,14
|
39,86
|
Timor Tengah Utara |
57,14
|
42,87
|
Komitmen untuk mencapai tujuan Millenium
Development Goal (MDG)
Dalam hal kematian, Indonesia
mempunyai komitmen untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals
(MDG) untuk menurunkan Angka Kematian Anak sebesar dua per tiga dari angka di
tahun 1990 atau menjadi 20 per 1000 kelahiran bayi pada tahun 2015 dan
menurunkan kematian ibu sebesar tiga perempatnya menjadi 124 per 100.000 kelahiran.
Untuk mencapai tujuan ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dari berbagai
instansi terkait, mulai dari pemerintah baik pusat maupun daerah, LSM dan masyarakat
pada umumnya.
Perspektif Keperawatan Anak
A.
MORTALITAS
DAN MORBIDITAS PADA BAYI DAN ANAK-ANAK
1. Mortalitas
Mortalitas
Bayi : Angka mortalitas bayi merupakan
jumlah kematian per 1000 kelahiran hidup selama tahun pertama kehidupan, yang
kemudian dibagi menjadi mortalitan neonatal (usia <28 hari) dan mortalitas
pascanatal (usia 28 hari-11 bulan)
Mortalitas
anak-anak : Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang
langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan tinggi
bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan
yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan
yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).
2. Morbiditas
Morbiditas
berasal dari bahasa latin yang berarti sakit atau tidak sehat. Morbiditas dapat
merujuk kepada pernyataan terkena penyakit, derajat kerasnya penyakit,
meratanya penyakit atau jumlah kasus pada populasi, insiden penyakit yaitu jumlah
kasus baru pada populasi dan cacat.
Morbiditas
anak-anak banyak disebabkan oleh penyakit akut (penyakit pernapasan 50%,
infeksi dan penyakit parasit 11%), cedera 15 %, dan ketidakmampuan yang dapat
diukur dengan aktivitas dalam derajat tertentu (Pless dan Pless,1997). Morbiditas
meningkat pada mereka yang mengalami kesulitan ekonomi.Penyebab utama hal ini
adalah terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan.
B.
EVOLUSI
PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI INDONESIA
Pelayanan
yang bersifat medis khususnya di pelayanan keperawatan mengalami perkembangan
teknologi informasi yang sangat membantu dalam proses keperawatan dimulai dari
pemasukan data secara digital ke dalam komputer yang dapat memudahkan
pengkajian selanjutnya, intervensi apa yang sesuai dengan diagnosis yang sudah
ditegakkan sebelumnya, hingga hasil keluaran apa yang diharapkan oleh perawat
setelah klien menerima asuhan keperawatan, dan semua proses tersebut tentunya
harus sesuai dengan NANDA, NIC, dan NOC yang sebelumnya telah dimasukkan ke
dalam database program aplikasi yang digunakan. Namun ada hal yang perlu
kembali dipahami oleh semua tenaga kesehatan yang menggunakan teknologi
informasi yaitu semua teknologi yang berkembang dengan pesat ini hanyalah
sebuah alat bantu yang tidak ada gunanya tanpa intelektualitas dari penggunanya
dalam hal ini adalah perawat dengan segala pengetahuannya tentang ilmu
keperawatan..
C.
PENGARUH
BUDAYA, AGAMA DAN KEPERCAYAAN TERHADAP KESEHATAN ANAK
Keyakinan
keluarga tentang kesehatan, pola didik dan pola asuh terhadap anak juga
dipengaruhi oleh nilai budaya, agama dan moral yang dianutnya. Ini akan
mempengaruhi kesehatan anak bahkan dimulai sejak ia masih di dalam kandungan
ibunya. Setiap keluarga memiliki pandangan yang berbeda dalam membesarkan
anaknya, seperti yang memiliki perbedaan budaya antara keluarga dengan budaya
minang dan keluarga berbudaya batak. Hal-hal yang ditanamkan terhadap anak-anak
mereka berbeda sehingga pola hidup dan kesehatan anaknya juga berbeda misalnya
dalam kesehatan emosional.
D.
KEPERAWATAN
PEDIATRIK
Pediatrik
berkenaan dengan kesehatan bayi, anak remaja, pertumbuhan dan perkembangannya dan
kesempatannya untuk mencapai potensi penuh sebagai orang dewasa.Lebih dari
seabad yang lalu ilmu pediactrik muncul sebagai kekhususan dalam menanggapi
meningkatan kasadaran bahwa problem kesehatan anak berbeda dengan orang dewasa
dan bahwa respon anak terhadap sakit dan stres berdeda beda sesuai dengan umur
E.
ASUHAN
BERPUSAT PADA KELUARGA, ASUHAN TRAUMATIK
a. Perawatan berfokus pada keluarga (family
centered care)
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian
dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga. Oleh
karena itu,dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak, diperlukan
keterlibatan keluarga.
b. Atraumatic care
Atraumatic care yang dimaksud disini adalah perawatan yang tidak
menimbulkan trauma pada anak dan keluarga. Perawatan tersebut difokuskan dalam
pencegahan terhadap trauma.
Beberapa
prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat, antara lain:
ü Menurunkan atau mencegah dampak
perpisahan dari keluarga
ü Meningkatkan kemampuan orang tua
dalam mengontrol perawatan anak
ü Mencegah atau mengurangi cedera (
injury) dan nyeri (dampak psikologis)
ü Tidak melakukan kekerasan pada anak
ü Modifikasi lingkungan fisik
F.
PERAN
PERAWAT PEDIATRIK
a. Hubungan
terapeutik
Diterapkan
dalam berkomunikasi dengan anak dan keluarga, bersifat empati dan professional
dengan memisahkan peran perawat dari keluarga tanpa mengganggu kenyamanan anak
dan keluarga
b. Family
advocacy/caring
Advokasi
meliputi jaminan bahwa keluarga akan mengetahui yankes yang tersedia,
diinformasikan tentang prosedur dan pengobatannya secara benar. Caring berarti
memberikan yankes secara langsung pada anak.
c. Disease
prevention/Health promotion
Melakukan
dan mengajarkan keluarga tentang bagaimana cara mencegah penyakit baik dari
luar maupun dari dalam tubuh.\
d. Health
education
Memberikan
pendidikan kesehatan yang bertujuan membantu orangtua dan anak memahami suatu
pengobatan medis, mengevaluasi pengetahuan anak tentang kesehatan mereka,
memberi pedoman antisipasi
e. Support/counseling
Memberikan
perhatian pada kebutuhan emosi melalui dukungan dan konseling. Dukungan
diberikan dengan mendengar, menyentuh dan kehadiran fisik untuk memudahkan
komunikasi nonverbal. Sedangkan, konseling dalam bentuk pertukaran pendapat,
melibatkan dukungan, penyuluhan teknik untuk membantu keluarga mengatasi stress
dan mendorong ekspresi perasaan dan pikiran. Yang membantu keluarga mengatasi
stress dan memampukan untuk mendapatkan tingkat fungsi yang lebih tinggi.
f. Pengambil
keputusan etis
Prinsipnya,
tindakan yang ditentukan adalah yang paling menguntungkan klien, dan sedikit
bahayanya terhadap segala aspek yang berhubungan denagn pelaksanaan asuhan
keperawatan. Seperti dalam kerangka kerja mesyarakat, standar praktik
professional, hukum, aturan lembaga, tradisi religius, sistem nilai keluarga
dan nilai pribadi perawat.
g. Coordination/Collaboration
Bekerjasama
dengan spesialis / profesi lain dalam mengatasi kesehatan anak.
h. Peran
restorative
Keterlibatan
perawat secara langsung dalam aktivitas pemberi asuhan yang dilakukan atas daar
konsep teori yang berfokus pada pengkajian dan evaluasi status yang
berkesinambungan. Perawat punya tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap
tindakannya.
i.
Research
melakukan
praktik berasarkan penelitian, menerapkan metode inovatif dalam memberikan
intervensi pada anak, melakukannya berdasarkan penelitian dan sesuai rasional.
j.
Health care planning
menggunakan
perencanaan & metode yang tepat untuk perawatan anak. Perawat melibatkan
penyediaan layanan yang baru, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
k. Trend
masa depan
Ada
beberapa hal yang dituntut : Pengobatan penyakit (kuratif) menjadi promosi
kesehatan (promotif), Filosofi asuhan berpusat pada keluarga bukan pilihan
melainkan kewajiban, Perawat dituntut meningkatkan pengetahuan tentang
kesehatan, komputer, membuktikan keunikan peran mereka dan dituntut lebih
mandiri dan melebihi lingkungan asuhan terdahulu.
G.
TAHAPAN
PERKEMBANGAN
1.
Masa bayi (0 – 1 ½ th) : Pada masa ini semua
kebutuhan harus tercukupi, masa penanaman kepercayaan bahwa dunia ini adalah
tempat yang baik baginya, masa yang penuh dengna pembelajaran tentang hal-hal
baru yang tak akan dapatkan pada masa selanjutnya.
2.
Masa Toddler (1 ½ - 3 th) : Masa ketika anak mulai
memisahkan diri dari lingkungan mulai menguasai diri lingkungan dan masyarakat.
Tetapi tentunya dengan bantuan-bantuan yang diberikan dari orang tuanya.
3.
Awal masa kanak-kanak (4 – 7 th) : Masa dimana tindakan orang
tua akan ditiru oleh anak-anak. Anak mulai belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan teman sepermainanya.
4.
Akhir masa kanak-kanak (8 – 11 th) : Pada masa ini anak mulai
berkelompok dan memilih teman bermain berdasarkan kehendak hati, pada masa
inilah anak harus dikenalkan pada rumah, pekerjaan rumah, disini orang tua
bertugas membimbing anaknya, mana hal yang baik dan mana hal yang buruk.
5.
Akhir masa remaja (12 – 15 th) : Masa transisi
dari anak-anak menjadi remaja dimana pada masa ini. Masa mulai pencarian jati
diri dengan melakukan hal-hal sesuai dengan kehendak orang tua. Pada masa ini,
orang tua sangat berperan penting untuk kebaikan anak, kebaikan dimasa akan
datang
6.
Masa remaja yang sejati (16 – 18 th) : Masa-masa
transisi berkurang, disini remaja sudah mulai menemukan jati dirinya. Mulai
menghadapi pilihan yang akan menentukan masa depannya.
7.
Awal masa dewasa (19 – 25 th) : Anak mulai
hidup mandiri, dan sudah mulai berfikir untuk masa depannya, dan juga tidak
tergantung pada orang tua.
8.
Kedewasaan dan masa tua (25 th ke atas) : Seseorang sudah mulai
suka terhadap anak-anak dan
sifat keibuan
mulai muncul.
H.
POLA
TUMBUH KEMBANG DAN PERBEDAAN INDIVIDUAL
Pola
tumbuh kembang bersifat jelas, dapat diprediksi, kontinu, teratur, dan
progresif. Pola atau kecenderungan ini juga bersifat universal dan mendasar
bagi semua individu, namun unik cara dan waktu pencapaiannya.
Kecenderungan
arah : tumbuh kembang terjadi dengan arah/tahapan yang teratur dan terikat
serta mencerminkan perkembangan dan maturasi fungsi neuromuscular
Kecenderungan
Urutan: Pada semua dimensi tumbuh
kembang terdapat urutan yang jelas dan dapat diperkirakan, yang bisanya dialami
oleh setiap anak.
Perbedaan
Individual : Setiap anak tumbuh dengan
keunikan dan caranya sendiri. Terdapat variasi yang besar dalam hal usia
pencapaian tahap perkembangan. Urutannya dapat diprediksi tapi tidak dengan waktunya.
I.
PERTUMBUHAN
BIOLOGIS DAN PERKEMBANGAN FISIK
1.
Proporsi
Eksternal
Variasi laju pertumbuhan jaringan
dans system organ yang berbeda menghasilkan perubahan yang signifikan pada
proporsi tubuh selama masa kanak-kanak. Kecenderungan perkembangan sefalokaudal
paling nyata terlihat pada pertumbuhan tubuh total seperti yang ditunjukan oleh
perubahan-perubahan tersebut.
2.
Determinan
Biologis dari Pertumbuhan dan Perkembangan
Gambaran paling menonjol dari masa
kanak-kanak dan remaja adalah pertumbuhan fisik. Selama perkembangan, berbagai
jaringan di dalam tubuh mengalami perubahan pertumbuhan, komposisi, dan
struktur. Pada sebagian jaringan, perubahan tersebut terjadi secari kontinu
(mis.pertumbuhan tulang dan gigi).
3.
Pertumbuhan
Dan Maturasi Tulang Rangka
Pengukuran yang paling akurat dari
perkembangan umum adalah tulang rangka atau usia tulang karena usia tulang
rangka erat hubungannya dengan pengukuran maturitas lainnya. Oleh karena itu,
radiograf tangan dan pergelangan tangan menjadi bagian yang paling bermanfaat
untuk skrining dalam menentuka usia tulang rangka terutama sebelum usia 6
tahun.
4.
Maturasi
Neurologik
System syaraf tumbuh proposional
lebih cepat sebelum kelahiran.pertumbuhannya terjadi secara cepat pada masa
bayi sampai masa kanak-kanak awal dan malambat pada masa kanak-kanak akhir dan
remaja.
5.
Jaringan
Limfoid
Jaringan limfoid (terdapat dalam
nodus limfe, timus, limpa, tonsil, adenoid, limfosit darah) berukuraan kecil,
tetapi telah berkembang dengan baik pada saat lahir. Jaringan ini mencapai
ukuran dewasa dengan cepat pada usia 6 bulan. Pada usia 10-12 bulan, jaringan
ini mencapai perkembangan maksimal yang kira-kira dua kali ukuran dewasa.
6.
Perkembangan
system organ
Jaringan dan system orgam mengalami
perubahan pada masa perkembangan, baik secara mencolok maupun samar-samar.
Perubahan tersebut berpengaruh pada pengkajian dan perawatan.
7.
Perubahan
fisiologis
Perubahan fisiologis yang terjadi di
semua organ dan system didiskusikan berkaitan dengan disfungsinya. Perubahan
yang sering dikaji adalah frekuensi nadi pernafasan, dan tekanan dartah.
Perubahan lainnya yaitu :
·
Metabolisme
BMR menunjukkan perubahan jelas semasa kanak-kanak. BMR tertinggi pada bayi baru lahir (108 kkal/kg Bb), menurun progresif sampai maturitas (40-45 kkal/Kg BB), proporsi sedikit lebih tinggi pada laki-laki pada semua usia dan meningkat selama masa pubertas melampaui perempuan. Laju metabolisme menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh anak.
BMR menunjukkan perubahan jelas semasa kanak-kanak. BMR tertinggi pada bayi baru lahir (108 kkal/kg Bb), menurun progresif sampai maturitas (40-45 kkal/Kg BB), proporsi sedikit lebih tinggi pada laki-laki pada semua usia dan meningkat selama masa pubertas melampaui perempuan. Laju metabolisme menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh anak.
·
Suhu
Suhu tubuh mencerminkan metabolisme, menunjukkan penurunan yang sama dari masa bayi ke maturnitas. Pada neonates yang sehat, hipotermi dapat menyebabkab konsekuensi metabolic negative seperti hipoglikemi. Bayi dan anak kecil rentan terhadap fluktuasi suhu, beespon terhadap perubahan suhu lingkungan, kerena menangis, marah,emosi, aktifitas fisik, maupun karena infeksi.
Suhu tubuh mencerminkan metabolisme, menunjukkan penurunan yang sama dari masa bayi ke maturnitas. Pada neonates yang sehat, hipotermi dapat menyebabkab konsekuensi metabolic negative seperti hipoglikemi. Bayi dan anak kecil rentan terhadap fluktuasi suhu, beespon terhadap perubahan suhu lingkungan, kerena menangis, marah,emosi, aktifitas fisik, maupun karena infeksi.
·
Tidur
dan Istirahat
Tidur adalah mekanisme protektif
tubuh utuk pemulihan dan perbaikan jaringan. Jumlah dan distribusi tidur anak
beragam. Bayi baru lahir, tidur selama waktu yang tidak digunakan dan
aspek-aspek lain dalam perawatannya.. selama akhir tahun pertama, sebagian anak
tidur sepanjang malam disertai tidur 1-2 kali siang harinya. Usia 3 tahun
anak-anak tidak lagi tidur siang, usia 4-10 tahun waktu tidur menurun dan
meningkat pada priode pubertas.
·
Temperamen
Temperamen adalah cara berfikir, berperilaku atau bereaksi dan merujuk pada cara seseorang dalam menjalani kehidupannya. Kategori umum temperamen berdasarkan atribut temperamen :
Temperamen adalah cara berfikir, berperilaku atau bereaksi dan merujuk pada cara seseorang dalam menjalani kehidupannya. Kategori umum temperamen berdasarkan atribut temperamen :
a. The easy child. Berkepribadian
santai, teratur, mudah diprediksi. Jumlah anak 40%
b. The difficult child. Sangat aktif, sensitive, dantidak teratur. Jumlah anak 10%
c. The slow-to-warm-up child. Bereaksi secara negative, penolakan ringan, sulit beradabtasi pada paparan berulang, pasif pada situasi barum ketidakteraturan tingkat sedang. Jumlah anak 15%
d. Rentang luas dan tidak konsisten.
Jumlah anak 35%.b. The difficult child. Sangat aktif, sensitive, dantidak teratur. Jumlah anak 10%
c. The slow-to-warm-up child. Bereaksi secara negative, penolakan ringan, sulit beradabtasi pada paparan berulang, pasif pada situasi barum ketidakteraturan tingkat sedang. Jumlah anak 15%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar