Selasa, 23 Juli 2013



Kamis, 14 Februari 2013

ASKEP PPOK dan Laporan Kasus



LAPORAN PENDAHULUAN
ASuhan KEPerawatan KLIEN DENGAN
Penyakit Paru Obstruktif kronik

1.         Pengertian
a.         PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkiale. (Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).

b.         Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini (Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit primer.(Enggram, B. 1996).

Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut.

Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar

Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas.



Asthma dibedakan menjadi 2  :
1.         Asthma Bronkiale Alergenik
2.         Asthma Bronkiale Non Alergenik

Asthma tidak dibahas disini karena gejala dan tanda lebih spesifik dan ada pembahasan khusus mengenai penyakit asma

3.              Penyebab PPOK
a.         Bronkitis Kronis
1)        Faktor tak diketahui
2)        Merokok
3)        Polusi Udara
4)        Iklim

b.         Emphysema
1)        Faktor tak diketahui
2)        Predisposisi genetic
3)        Merokok
4)        Polusi udara

c.         Asthma Bronkiale
Faktor Prediasposisi nya adalah :
1.         Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll)
2.         Infeksi saluran nafas
3.         Stress
4.         Olahraga (kegiatan jasmani berat )
5.         obat-obatan
6.         Polusi udara
7.         lingkungan kerja
8.         Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)



4.         Gambaran Klinis
a.         Asthma Bronkiale
Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda kesulitan bernafas. Permulaan tanda serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat), Whezing, batuk non produktif, takhi kardi dan takipnea.

b.         Manifestasi klinis Emphysema dan bronkhitis kronis
Gambaran
Emphysema
Bronkhitis
Mulai timbul
Usia 30 – 40 tahun
20 – 30 tahun batuk akibat merokok (cacat pada usia pertengahan)
Sputum
Minimal
Banyak sekali
Dispne
Dispnea relatif dini
Lambat
Rasio V/Q
Ketidakseimbangan minimal
Ketidakseimbangan nyata
Bnetuk Tubuh
Kurus dan ramping
Gizi cukup
Diameter AP dada
Dada seperti tong
Tidak membesar
Gambaran respirasi
Hyperventilasi
hypoventilasi
Volume Paru
FEV 1 rendah
TLC dan RV meningkat
FEV 1 rendah
TLC normal RV meningkat moderat
Pa O2
Sa O 2
Norml/rendah
Normal
Meningkat
Desaturasi
Polisitemia
Normal
Hb dan Hematokrit meningkat
Sianosis
Jarang
sering

Managemen Medis
Intervensi medis bertujuan untuk :
1)        Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan spasme bronkus dan membersihkan secret yang berlebihan
2)        Memelihara keefektifan pertukaran gas
3)        Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernafasan
4)        Meningkatkan toleransi latihan.
5)        Mencegah adanya komplikasi (gagal nafas akut dan status asmatikus)
6)        Mencegah allergen/iritasi jalan nafas
7)        Membebaskan adanya ansietas dan mengobati depresi yang sering menyertai adanya obstruksi jalan nafas kronis.

Managemen medis yang diberikan berupa
1)        Pharmacologic management
a)         Anti inflamasi ( kortikosteroid, sodium kromolin dll)
b)        Bronkodilator
Adrenergik                           : efedrin, epineprin, beta adrenergik agonis selektif
Non adrenergik        : aminophilin, tefilin
c)         Antihistamin
d)        Steroid
e)         Antibiotic
f)         Ekspektoran
Oksigen digunakan 3 l/m dengan cannula nasal.
2)        Hygiene Paru.
Bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru-paru dan kemudian meningkatkan kerja silia dan menurunkan resiko infeksi.
Dilaksanakan dengan nebulizer, fisioterapi dada, postural drainase
3)        Exercise
Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otot skeletal agar lebih efektif.
Dilaksanakan dengan jalan sehat.
4)        Menghindari bahan iritans
Penyebab iritans jalan nafas harus dihindari seperti asap rokok dan perlu juga mencegah adanya alergen yang masuk tubuh.
5)        Diet
Klien sering mengalami kesulitan makan karena adanya dipsnea. Pemberian porsi yang kecil namun sering lebih baik daripada makan langsung banyak.



Management Keperawatan
Pengkajian :
1.         Riwayat atau faktor penunjang :
-            Merokok merupakan faktor penyebab utama.
-            Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
-            Riwayat alergi pada keluarga
-            Riwayat Asthma pada anak-anak.

2.         Riwayat atau adanya faktor pencetus eksaserbasi :
-            Alergen.
-            Stress emosional.
-            Aktivitas fisik yang berlebihan.
-            Polusi udara.
-            Infeksi saluran nafas.

3.         Pemeriksaan fisik :
a.         Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik :
·           Peningkatan dispnea.
·           Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal, mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).
·           Penurunan bunyi nafas.
·           Takipnea.
b.         Gejala yang menetap pada penyakit dasar
Ø  Asthma
v  Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada seperti terikat.
v  Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa stetoskop.
v  Pernafasan cuping hidung.
v  Ketakutan dan diaforesis.



Ø  Bronkhitis
v  Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang biasanya terjadi pada pagi hari.
v  Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing.
v  Sesak nafas

Ø  Bronkhitis (tahap lanjut)
v  Penampilan sianosis
v  Pembengkakan umum atau “blue bloaters” (disebabkan oleh edema asistemik yang terjadi sebagai akibat dari kor pulmunal).

Ø  Emphysema
v  Penampilan fisik kurus dengan dada “barrel chest” (diameter thoraks anterior posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi paru-paru).
v  Fase ekspirasi memanjang.

Ø  Emphysema (tahap lanjut)
v  Hipoksemia dan hiperkapnia.
v  Penampilan sebagai “pink puffers”
v  Jari-jari tabuh.

4.         Pemeriksaan diagnostik
§   Test faal paru
1)        Kapasitas inspirasi menurun
2)        Volume residu : meningkat pada emphysema, bronkhitis dan asthma
3)        FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif Penyakit Paru Obstruktif Kronik
4)        FVC awal normal ® menurun pada bronchitis dan astma.
5)        TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emphysema).



§   Transfer gas (kapasitas difusi).
Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Transfer gas relatif baik.
Pada emphysema : area permukaan gas menurun.
¯
Transfer gas (kapasitas difusi).menurun

§   Darah :
Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder.
Jumlah darah merah meningkat
Eo dan total IgE serum meningkat.
Analisa Gas Darah ® gagal nafas kronis.
Pulse oksimetri ® SaO2 oksigenasi menurun.
Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika pada cor pulmunale.

§   Analisa Gas Darah
PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada astma. PH normal asidosis, alkalosis respiratorik ringan sekunder.

§   Sputum :
Pemeriksaan gram     kuman/kultur adanya infeksi campuran.
Kuman patogen >> :
Streptococcus pneumoniae.
Hemophylus influenzae.
Moraxella catarrhalis.

§   Radiologi :
Thorax foto (AP dan lateral).
Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru.

Pada emphysema paru :
Ø  Distensi >
Ø  Diafragma letak rendah dan mendatar.
Ø  Ruang udara retrosternal > (foto lateral).
Ø  Jantung tampak memanjang dan menyempit.
§   Bronkogram : menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi kuat.

§   EKG.
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat Kor Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada hantaran II, III dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

5.         Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake cairan dan diet harian.

Aktivitas dan Istirahat

Gejala
Keletihan, kelelahan, malaise

Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas. Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda
Kelelahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan masa otot
Sirkulasi

Gejala
Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda
Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher, sianosis perifer
Integritas ego

Gejala/tanda
Ansietas, ketakutan dan peka rangsang
Makanan/cairan

Gejala
Mual/muntah, Nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan karena distress pernafasan
Penurunanan BB menetap (empisema) dan peningkatan BB karena edema (Bronkitis)
Tanda
Turgor kulit buruk, edema, berkeringat, penurunan BB, penurunan massa otot

Hygiene

Gejala
Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas tubuh
Tanda
Kebersihan buruk, bau badan
Pernafasan

Gejala
Nafas pendek, khususnya pada saat kerja, cuaca atau episode serangan asthma, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama 3 bulan berturut-turut selam 3 tahun sedikitnya 2 tahun. Sputum hijau, putih, kuning dengan jumlah banyak (bronchitis)
Episode batuk hilang timbul dan tidak produktif (empisema),
Riwayat Pneumonia, riwayat keluarga defisiensi alfa antitripsin
Tanda
Respirasi cepat dangkal, biasa melambat, fas ekspirasi memanjang dengan mendengkur, nafas bibir (empisema)
Pengguanaan otot Bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup
Perkusi hypersonor pada area paru (udara terjebak, dan dapat juga redup/pekak karena adanya cairan).
Kesulitan bicara 94 – 5 kalimat 0
Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.
Seksualitas
Libido menurun
Interaksi sosial

Gejala
Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung
tanda
Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan antar keluarga

Diagnosa keperawatan
1.         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan nafas, kelelahan otot pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme bronkus.
2.         Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan batuk, peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir
3.         Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja pernafasan atau kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia.
4.         Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

Perencanaan
Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari masing-masing masalah yang ditemukan.

Tujuan Penatalaksanaan
·           Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
·           Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang.
·           Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.
·           Mengurangi perburukan fungsi paru setiap tahunnya.

Kriteria Keberhasilan :
·           Berkurangnya gejala sesak nafas.
·           Berkurangnya frekuensi dan lamanya eksaserbasi.
·           Membaiknya faal paru.
·           Menurunnya gejala psikologik (depresi, kecemasan).
·           Memperbaiki kualitas hidup.
·           Dapat melakukan aktifitas sehari-hari.

Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Rencana tindakan
Rasional
1.         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan nafas, kelelahan otot pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme bronkus.
Klien mampu menunjukkan perbaikan oksigenasi.
Kriteria hasil
1.         Gas arteri dalam batas normal
2.         Warna kulit perifer membaik (tidak cianosis)
3.         RR : 12 – 24 x /menit
4.         Bunyi nafas bersih
5.         Batuk (-)
6.         Ketidaknyamanan dada (–)
7.         Nadi 60 – 100 x/menit
8.         Dyspnea (–)
1.         Observasi status pernafasan, hasil gas darah arteri, nadi dan nilai oksimetri
2.         Awasi perkembangan membran mukosa / kulit (warna)
3.         Observasi tanda vital dan status kesdaran.
4.         Evaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas klien

5.         Berikan oksigenasi yang telah dilembabkan
6.         Pertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi dan disokong dengan bantal atau duduk condong ke depan dengan ditahan meja.
7.         Kolaborasi untuk
a.         Berikan obat yang telah diresepkan
b.         Berikan obat depresan saraf dengan hati-hati (sedatif/narkotik).

1.         Memantau perkembangan kegawatan pernafasan

2.         Gangguan Oksigenasi perifer tampak cianosis
3.         Menentukan status pernafasan dan kesadaran
4.         Mengurangi penggunaan energi berlebihan yang membutuhkan banyak Okigen
5.         Memenuhi kebutuhan oksiegen

6.         Meningkatkan kebebasan suplay oksiegn



7.         Obat depresan akan mendepresi system pernafasan dan menyebabkan gagal nafas
2.         Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan batuk, peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir
Klien dapat mening-katkan bersihan jalan nafas
Kriteria hasil
1.         Mampu mendemonstrasikan batuk terkontrol
2.         Intake cairan adekuat
1.         Kaji kemampuan klien untuk memobilisasi sekresi, jika tidak mampu :
a.         Ajarkan metode batuk terkontrol
b.         Gunakan suction (jika perlu untuk mengeluarkan sekret)
c.         Lakukan fisioterapi dada
2.         Secara rutin tiap 8 jam lakukan auskultasi dada untuk mengetahui kualitas suara nafas dan kemajuannya.
3.         Berikan obat sesuai dengan resep; mukolitik, ekspektorans
4.         Anjurkan minum kurang lebih 2 liter per hari bila tidak ada kontra indikasi
5.         Anjurkan klien mencegah infeksi / stressor
a.         Cegah ruangan yang ramai pengunjung atau kontak dengan individu yang menderita influenza
b.         Mencegah iritasi : asap rokok
c.         Imunisasi : vaksinasi Influensa.

1.         Memantau tingkat kepatenan jalan nafas dan meningkatkan kemampuan klien merawat diri / membersihkan/membebaskan jalan nafas



2.         Memantau kemajuan bersihan jalan nafas


3.         Mengencerkan secret agar mudah dikeluarkan
4.         mengencerkan sekert


5.         Menghindarkan bahan iritan yang menyebabkan kerusakan jalan nafas
3.         Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja pernafasan, kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia
Klien akan menunjukkan kemajuan/peningkatan status nutrisi
Kriteria hasil
a.         Klien tidak mengalami kehilangan BB lebih lanjut
b.         Masukan makanan dan cairan meningkat
c.         Urine tidak pekat
d.        Output urine meningkat.
e.         Membran mukosa lembab
f.          Kulit tidak kering
g.         Tonus otot membaik
1.         Kaji kebiasaan diit. Catat derajat kesulitan makan/masukan. Evaluasi BB


2.         Berikan perawaatan oral



3.         Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbont
4.         Sajikan menu dalam keadaan hangat


5.         Anjurkan makan sedikit tapi sering
6.         Kolaborasi tim nutrisi untuk menentukan diit

1.         Pasien distress pernafasan sering anoreksia. Dan juga sering mempunyai pola makan yang buruk. Sehingga cenderung Bb menurun
2.         kebersihan oral menhilangkan bakteri penumbuh bau mulut dan eningkatkan rangsangan /nafsu makan
3.         menimbulkan distensi abdomen dan meningkatkan dispnea
4.         Menu hangat mempenga-ruhi relaksasi spingkter / saluran pencrnaan shg respon mual/muntah berkurang
5.         menegah perut penuh dan menurunkan resiko mual
6.         Menentukan diit yang tepat sesuai perhitungan ahli gizi

4.         Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1.         Klien mengungkapkan bahwa ia tidak cemas.
2.         Ekspresi wajah rileks.
3.         RR : 12 – 24 X / menit.
4.         N : 60 - 100 X / menit
1.         Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.



2.         Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3.         Lakukan pendekatan kepada klien dengan tenang dan meyakinkan dan hindari pemberian informasi atau instruksi yang bertele-tele dan terus menerus.
4.         Berikan penjelasan yang sederhana dan singkat tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.

5.         Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6.         Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
7.         Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
1.         Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.

2.         Dapat meringankan beban pikiran pasien.

3.         Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.

4.         Penjelasan yang sederhana dan singkat tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
5.         Sikap positif dari tim kesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.


6.         Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7.         Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.

daftar pustaka

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta.

Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. “Q”
 DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
DI RUANG KEPERAWATAN IRNA III RSUD KOTA MATARAM

Tanggal MRS              : 31 januari 2013
Ruang                                      :
RM                                          :
Pengkajian                   : 6 februari 2013

I.               Pengkajian

1.                  Identitas klien
Nama                                                   :
Umur                                                   :
Jenis Kelamin              :
Suku/Bangsa                           :
Agama                                     :
Status Marietal                        :
Pekerjaan                                             :
Pendidikan                              : -
Alamat                                                :
2.                  Identitas penanggung jawab
Nama                                                   :
Hub. Dengan klien       :
Alamat                                     :
Pekerjaan                                             :
Pendidikan                               : -
Jenis kelamin                            :

3.                  Riwayat kesehatan
a.                   Keluhan utama
sesak
b.                  Riwayat penyakit sekarang
klien masuk melalui IGD dengan keluhan sesak, sering kambuh, nyeri uluh hati, tidur harus ½ duduk.
c.                   Riwayat penyakit dahulu
klien mengatakan bahwa klien mempunyai riwayat asma sejak kecil.
d.                  Riwayat penyakit keluarga
Orang tua dan saudarah dari klien ada juga yang menderita penyakit seperti yang diderita klien saat ini.

4.                  Genogram


 









Keterangan :
                           : laki-laki / perempuan

                                                   : meninggal

                                       : garis pernikahan


  
                                       : garis keturunan


  
                           : pasien


5.                  Pola aktivitas sehari-hari
(1)               Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Pada klien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak Penyakit Paru Obstruktif Kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.

(2)               Pola Nutrisi dan Metabolisme
Akibat mual/muntah, nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan karena distress pernafasan maka berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.

(3)               Pola Eliminasi
Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda.
Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. Klien buang air besar 1 X/hari.

(4)               Pola tidur dan Istirahat
Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
Tanda : gelisah, insomnia.

(5)               Pola Aktivitas dan latihan
Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas. Kelelahan, kelemahan umum/kehilangan masa otot.

(6)               Pola Hubungan dan Peran
Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung.
            Keterbatasan mobilitas fisik.
            Kelalaian hubungan antar keluarga.

(7)               Pola Sensori dan Kognitif
            Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi.

(8)               Pola Persepsi Dan Konsep Diri
            Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem). Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.

(9)               Pola Seksual dan Reproduksi
            Libido menurun, gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Selama dirawat di rumah sakir klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.

(10)           Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping
            Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa kecemasan (Ansietas), ketakutan dan peka rangsang, mudah tersinggung dan marah, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.

(11)           Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
            Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh berupa PPOM tidak menghambat klien dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah klien.



Personal Higiene
            Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas tubuh ® Kebersihan buruk, bau badan.

Ketergantungan
            Klien tidak mempunyai kebiasaan minum-minuman yang mengandung alkohol.

Aspek Psikologis
            Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress menghadapi tindakan yang diprogramkan.

Aspek Sosial/Interaksi
            Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung.
            Keterbatasan mobilitas fisik. Kelalaian hubungan antar keluarga.

Aspek Spiritual
            Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama Islam, ajaran agama dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan oleh mesjid di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.
            Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya

6.                  Pemeriksaan fisk
1)                 Keadaan Umum        : baik
2)                 Kesadaran                             : composmetis

3)                 Tanda-tanda vital
Suhu                   : 36,5 0C
Nadi                   : 94 x/menit
Tekanan darah    : 110/70 mmHg.
Respirasi             : 28 x/menit

4)                 Body Systems
(1)               Pernafasan (B 1 : Breathing)
            Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 28 x/menit. Nafas pendek, khususnya pada saat kerja atau pada saat sesak nafas kambuh, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas.

(2)               Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
            Nadi 94 x/menit kuat dan teratur, tekanan darah 110/70 mmHg, Suhu 36,5 0C.

(3)               Persyarafan (B 3 : Brain)
            Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
            Verbal : Orientasi baik (5)
            Motorik                                   : Menurut perintah (6)
            Compos Mentis : Pasien sadar baik.
            Persepsi Sensori          : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
            Pendengaran               : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
            Penciuman                   : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
            Pengecapan                 : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
            Penglihatan                 : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
            Perabaan                                  : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.

(4)               Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
            Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda.

(5)               Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
            Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun diare, klien buang air besar 1 x/hari.

(6)               Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
            Kemampuan pergerakan sendi           bebas/terbatas
            Ekstrimitas                              : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
            Atas                                                     : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
            Bawah                                     : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
            Tulang Belakang         : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
            Warna kulit                             : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
            Akral                                                   : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
            Turgor                                     : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
            Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.

7.                  Terapi
(1)               Furosemid 3 x 1 amp
(2)               Cefotaxim 3 x 1 g
(3)               Ciprofloxacin 2 x 200 mg
(4)               Ranitidine 2 x 1 amp
(5)               Metyl 2 x 62,5
(6)               Infuse RL 1 flash/hari
(7)               Nebu combivent /8jam
(8)               Ambroxol 3 x 1

8.                  Pemeriksaan penunjang
Hasil Laboratorium
Tanggal
Jam
PLT
Result
Limit
31 januari 2013
11:08
31
10³/µL
150 - 400
1 februari 2013
07:23
48
10³/µL
150 - 400
1 februari 2013
11:11
49
10³/µL
150 - 400


ANALISA DAN SINTESA DATA
NO
D A T A
ETIOLOGI
MASALAH
1.
DS :
Klien mengatalakn sesak nafas. rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas.
DO :
1.         Warna kulit perifer cianosis.
2.         RR : 32 x /menit.
3.         Nafas pendek.
4.         Pengguanaan otot bantu pernafasan
5.         Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.
peningkatan produksi mukus.
Gangguan pertukaran gas
3.
DO :
Klien hanya makan beberapa sendok dari makanan yang disajikan.
DS :
Klien mengeluh sesak nafas pada waktu makan

Intake makanan yang kurang.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4.
DO :
DS :
Klien mengatalakn cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).

Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Cemas
4.
DO :
DS :
Klien mengatakan kurang mengetahui tentang proses penyakit, perawatan maupun pengobatan serta kurangnya pengetahuan tentang diet.
Kurangnya informasi.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.
2.         Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake makanan yang kurang.
3.         Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
4.         Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.


RENCANA TINDAKAN

NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
1.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.
Klien mampu menunjukkan perbaikan oksigenasi.
Kriteria hasil
1.         Warna kulit perifer membaik (tidak cianosis)
2.         RR : 12 – 24 x /menit
3.         Nafas panjang
4.         Tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
5.         Ketidaknyamanan dada (–)
6.         Nadi 60 – 100 x/menit.
1.         Observasi status pernafasan, hasil gas darah arteri, nadi dan nilai oksimetri.
2.         Awasi perkembangan membran mukosa / kulit (warna).
3.         Observasi tanda vital dan status kesadaran.
4.         Evaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas klien.

5.         Berikan oksigenasi yang telah dilembabkan.
6.         Pertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi dan disokong dengan bantal atau duduk condong ke depan dengan ditahan meja.
7.         Kolaborasi untuk pemberian obat yang telah diresepkan.


1.         Memantau perkembangan kegawatan pernafasan.

2.         Gangguan Oksigenasi perifer tampak cianosis.
3.         Menentukan status pernafasan dan kesadaran.
4.         Mengurangi penggunaan energi berlebihan yang membutuhkan banyak Okigen.
5.         Memenuhi kebutuhan oksiegen.

6.         Meningkatkan kebebasan suplay oksiegn.


7.         Obat mukolitik dan ekspektoransia akan mengencerkan produksi mukus yang mengental.
2.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.

1.         Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.


2.         Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

3.         Timbang berat badan setiap seminggu sekali.


4.         Identifikasi perubahan pola makan.

5.         Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet Tinggi Kalori dan Tinggi Protein.
1.         Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2.         Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3.         Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).
4.         Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
5.         Pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat proses penyembuhan dan mencegah komplikasi.

3.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.

1.         Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.


2.         Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3.         Gunakan komunikasi terapeutik.



4.         Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.

5.         Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6.         Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
7.         Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
1.         Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2           Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3           Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4           Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
5           Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.


6           Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7           Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.

4.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

1.         Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit paru obstruktif kronik.


2.         Kaji latar belakang pendidikan pasien.



3.         Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
4.         Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
1.         Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2.         Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3.         Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.


4.         Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.

TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN
HARI/TANGGAL
TINDAKAN KEPERAWATAN
1.         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.
Rabu, 6februari 2013
1.         Mengobservasi status pernafasan, nadi dan tekanan darah.
2.         Mengawasi perkembangan membran mukosa / kulit (warna).
3.         Mengobservasi tanda vital dan status kesadaran.
4.         Mengevaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas klien.
5.         Memberikan oksigenasi yang telah dilembabkan.
6.         Mempertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi dan disokong dengan bantal atau duduk condong ke depan dengan ditahan meja.
7.         Mengkolaborasikan untuk pemberian obat yang telah diresepkan.

2.         Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Rabu, 6februari 2013
1.         Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
2.         Menganjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
3.         Menimbang berat badan setiap seminggu sekali.
4.         Mengidentifikasi perubahan pola makan.
5.         Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet Tinggi Kalori Tinggi Protein.

3.         Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Kamis, 7februari 2013
1.         Mengkaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
2.         Memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3.         Menggunakan komunikasi terapeutik.
4.         Memberi informasi yang akurat tentang proses penyakit dan menganjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
5.         Memberikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6.         Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
7.         Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

4.         Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kamis, 7februari 2013
1.         Mengkaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit PPOM.
2.         Mengkaji latar belakang pendidikan pasien.
3.         Menjelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
4.         Menjelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi klien dan libatkan klien didalamnya.



EVALUASI (SOAP)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
HARI/TANGGAL
EVALUASI (SOAP)
1.         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.
Rabu, 6februari 2013
S :
O :
1.      Warna kulit perifer membaik (tidak cianosis)
2.      RR : 26 x /menit
3.      Ketidaknyamanan dada (–)
4.      Nadi 95 x/menit.
A : Masalah belum  teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

2.         Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Rabu, 6februari 2013
S :
O : Pasien mematuhi dietnya.
A : Masalah  teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

3.         Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Kamis, 7februari 2013
S :
O :
1.      Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2.      Emosi stabil., pasien tenang.
3.      Istirahat cukup.
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
4.         Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kamis, 7februari 2013
S :
O :
1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Kamis, 18 Juli 2013

METODA UJIAN PRAKTEK AKPER PEMDA SUBANG- MATERNITAS

LANGKAH ANAMNESA

tanyakan jadwal kunjungan yang telah dilakukan klien:
  • Tiap 4 minggu dari kehamilan 0 – 32 minggu
  • Tiap 2 minggu pada kehamilan 32 – 36 minggu
  • Tiap minggu selama kehamilan 36 minggu sampai aterm
Lakukan pemeriksaan:
  1. Berat badan
  2. Pengukuran Tekanan darah
  3. Pengukuran tinggi Fundus Uteri
  4. Menghitung frekuensi dan pola detik jantung janin
  5. Pemeriksaan presentasi dan posisi janin
  6. Pemeriksaan kadar haemoglobin
  7. Pemeriksaan Glukosa
  8. Pemeriksaan Protein urine
berikan penkes tentang dilakukan pemeriksaan sebanyak 4 kali :
  • Pertama kali pada kehamilan muda
  • Kedua sekitar kehamilan 28 minggu
  • Ketiga sekitar kehamilan 32 minggu
  • Kempat sekitar kehamilan aterm

KESEHATAN IBU ADALAH CERMINAN KESEHATAN JANIN

Berat Badan ibu
Berat badan sebelum kehamilan serta pertambahan berat badan selama kehamilan perlu dalam perkembangan janin.
Kenaikan berat badan selama kehamilan berkisar 11 – 12 kg.
Kenaikan berat badan yang tidak memadai merupakan cerminan dari defisit nutrisi, gangguan kesehatan atau kadar hormon tubuh yang tidak sepadan dengan proses anabolisme.
Kenaikan berat badan dan penambahan tinggi fundus uteri harus diamati secara ketat selama kehamilan.

Tekanan Darah
Tekanan darah mencerminkan keadaan sirkulasi maternal dan tekanan perfusi darah ke jaringan tubuh . Dalam keadaan normal MAP-Mean Arterial Pressure pada trimester II sedikit lebih rendah dari nilai sebelum kehamilan atau awal kehamilan.
MAP = Tekanan Diastolik + 1/3 (Tekanan Sistolik – Tekanan Diastolik )
Pada trimester III, tekanan darah pada posisi telentang yang lebih tinggi dibandingkan posisi miring merupakan pertanda adanya ancaman akan terjadinya penyakit hipertensi. Dalam keadaan normal, pada posisi telentang tekanan darah justru lebih rendah dibandingkan posisi miring kekiri.
Tinggi fundus uteri 
Jarak fundus uteri diukur dengan pita pengukur (dari tepi atas simfisis sampai puncak fundus uteri ) .
Perkiraan tinggi fundus uteri diperiksa melalui palpasi abdomen (Leopold I).
Detik jantung janin
Detik Jantung Janin dapat didengarkan dengan Doppler.
Pemeriksaan DJJ meliputi frekuensi, akselerasi atau deselerasi atau keteraturan dengan menggunakan alat kardiotokografi atau diperkirakan secara tradisional dengan menggunakan fetoskop ( dihitung sebanyak 3 kali dalam jangka waktu 5 detik dan jeda selama 5 detik di kalikan 4 )
Pemeriksaan presentasi dan posisi janin
Pasien diminta mengosongkan kandung kemih dan kemudian diminta untuk berbaring telentang dengan lutut semifleksi.
Dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen dengan tehnik LEOPOLD


PEMERIKSAAN ABDOMEN 

Palpasi abdomen merupakan bagian penting dalam pemeriksaan antenatal. Ini adalah langkah paling mudah dan murah untuk menentukan adanya hambatan pertumbuhan janin, pertumbuhan berlebihan pada kasus hidramnion atau kehamilan kembar.

BATASAN LETAK JANIN

Letak : Hubungan antara sumbu panjang ibu dengan sumbu panjang janin 
Misal : Letak lintang , letak memanjang , letak oblique
Sikap : Fleksi atau defleksi ( dalam keadaan normal semua persendian janin intrauterin dalam keadaan fleksi )



clip_image002


clip_image004
Presentasi : Bagian terendah janin ( presentasi kepala , presentasi sungsang )
Posisi : Orientasi dari bagian janin (denominator) dengan panggul ibu
Ubun kecil kiri depan , sacrum kiri melintang , dagu kanan depan dsb nya
Denominator :
  • Ubun ubun kecil pada presentasi belakang kepala
  • Sacrum pada presentasi sungsang
  • Dagu pada presentasi muka


Untuk kepentingan deskripsi posisi bagian terendah janin dalam panggul maka panggul dibagi menjadi 8 bagian : 
clip_image006

LEOPOLD I
clip_image008Leopold I
  • Pemeriksan berdiri dikanan dan menghadap ke arah muka pasien
  • Kedua telapak tangan ditempatkan pada fundus uteri
  • Ditentukan tinggi fundus uteri dan ditentukan bagian janin yang berada di fundus uteri


LEOPOLD II
clip_image002[6]
Leopold II
  • Pemeriksa berdiri dikanan dan menghadap ke arah muka pasien
  • Kedua telapak tangan ditempatkan pada sisi kiri dan kanan uterus setinggi umbilikus
  • Ditentukan lokasi bagian punggung janin dan bagian-bagian kecil janin

LEOPOLD III
clip_image002[8]
Leopold III
  • Pemeriksaan ini dilakukan dengan perlahan oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien
  • Pemeriksan berdiri dikanan dan menghadap ke arah muka pasien , Bagian terendah janin dipegang diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
  • Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan apakah sudah mengalami engagemen atau belum


LEOPOLD IV
clip_image002[10]
Leopold IV
  • Pemeriksan berdiri dikanan dan menghadap ke arah kaki pasien.
  • Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
  • Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin .
PALPASI ABDOMEN PERLIMAAN UNTUK MENENTUKAN DERAJAT DESENSUS
clip_image017
Derajat desensus yang diperiksa melalui palpasi abdomen
Pada pemeriksaan palpasi abdomen , seorang pemeriksa harus dapat menjawab 6 pertanyaan penting
1. Apakah tinggi fundus uteri sesuai dengan perkiraan usia kehamilan
clip_image019
2. Apakah janin berada pada letak memanjang
clip_image021
3. Bagaimana presentasi janin dalam uterus
Presentasi adalah bagian terendah janin yang menempati bagian bawah uterus.
Pada kehamiolan sekitar 30 minggu , 25%janin berada pada presentasi sungsang.
Setelah kehamilan 32 minggu, janin normal akan berada pada presentasi kepala
clip_image023
4. Apakah janin berada pada presentasi vertex ( belakang kepala)
clip_image025
  • Fleksi kepala sempurna
  • Dagu menempel bagian depan dada
  • Bagian terendah subocciput
  • Presentasi normal pada persalinan fisiologis per vagina.
clip_image027
  • Kelainan sikap defleksi : Hiperekstensi kepala
  • Bagian terendah janin muka
  • Denominator : dagu
  • Pada dagu posterior tidak mungkin terjadi persalinan spontan pervaginam pada janin aterm
5. Bagaimana posisi janin
Posisi adalah hubungan antara bagian terendah janin (denominator ) dengan panggul ibu

clip_image029

Bila janin pada posisi posterior ( occiput berputar kearah sacrum dan muka janin berputar kedepan ) maka persalinan akan berlangsung lebih lama
Pada presentase belakang kepala (vertex) yang terjadi pada proses persalinan normal per vaginam maka ubun ubun kecil berada dibagian anterior.
clip_image031

6. Apakah kepala sudah engage
Yang dimaksud dengan engagemen adalah desensus diamater biparietal melalui pintu atas panggul
Cara paling mudah untuk menentukan jumlah bagian kepala yang masih berada diatas pintu atas panggul adalah dengan menilai berapa jari bagian kepala janin masih diatas simfisis. Bila kepala sudah engage, maka bagian kepala yang masih ada diatas simfisis adalah 2 jari ( 2/5 ) atau kurang.
clip_image033
Engagemen biasanya terjadi saat inpartu dan apakah bagian terendah sudah masuk dalam pintu atas panggul atau belum dan sampai berapa jauh masuknya bagian terendah janin (presentasi) dalam pintu atas panggul digunakan pemeriksaan Leopold IV.
clip_image035
Bagian terendah janin sudah masuk PAP Bagian terendah janin masih belum masuk PAP

PEMERIKSAAN VAGINA SELAMA KEHAMILAN

Pemeriksaan Vaginal Toucher selama kehamilan:
  • Memeriksa kemungkinan adanya tumor uterus atau ovarium
  • Identifikasi bagian terendah janin
  • Menilai maturitas servik saat kehamilan aterm
  • Menilai kapasitas panggul :
    • Menilai adanya penonjolan spina ischiadica
    • Mengukur conjugata diagonalis
    • Mengukur distansia intertuberosum
clip_image037


Mengukur conjugata diagonalis :
clip_image039


Menilai kapasitas pintu bawahpanggul : ( Distansia Interspinarum )
clip_image041


PENGUJI : IBU H. NUNUNG M.KES. M. KEP

PERAWATAN ANTENATAL LANJUTAN

Jadwal baku kunjungan antenatal secara tradisional adalah :
  • Tiap 4 minggu dari kehamilan 0 – 32 minggu
  • Tiap 2 minggu pada kehamilan 32 – 36 minggu
  • Tiap minggu selama kehamilan 36 minggu sampai aterm
Pada setiap kunjungan antenatal dilakukan pemeriksaan baku berupa:
  1. Berat badan
  2. Pengukuran Tekanan darah
  3. Pengukuran tinggi Fundus Uteri
  4. Menghitung frekuensi dan pola detik jantung janin
  5. Pemeriksaan presentasi dan posisi janin
  6. Pemeriksaan kadar haemoglobin
  7. Pemeriksaan Glukosa
  8. Pemeriksaan Protein urine
Perawatan antenatal sekurang-kurangnya dilakukan sebanyak 4 kali :
  • Pertama kali pada kehamilan muda
  • Kedua sekitar kehamilan 28 minggu
  • Ketiga sekitar kehamilan 32 minggu
  • Kempat sekitar kehamilan aterm

KESEHATAN IBU ADALAH CERMINAN KESEHATAN JANIN
Dalam obstetri modern, kesehatan janin ditentukan berdasarkan pengamatan dan pemeriksaan secara langsung terhadap janin, namun dalam menentukan status kesehatan janin , kesehatan ibu tidak boleh diabaikan.
Kesehatan maternal adalah hal yang sangat penting bagi perkembangan janin dan harus memperoleh perhatian yang memadai selama kehamilan.

Berat Badan ibu
Berat badan sebelum kehamilan serta pertambahan berat badan selama kehamilan perlu dalam perkembangan janin.
Kenaikan berat badan selama kehamilan berkisar 11 – 12 kg.
Kenaikan berat badan yang tidak memadai merupakan cerminan dari defisit nutrisi, gangguan kesehatan atau kadar hormon tubuh yang tidak sepadan dengan proses anabolisme.
Kenaikan berat badan dan penambahan tinggi fundus uteri harus diamati secara ketat selama kehamilan.

Tekanan Darah
Tekanan darah mencerminkan keadaan sirkulasi maternal dan tekanan perfusi darah ke jaringan tubuh . Dalam keadaan normal MAP-Mean Arterial Pressure pada trimester II sedikit lebih rendah dari nilai sebelum kehamilan atau awal kehamilan.
MAP = Tekanan Diastolik + 1/3 (Tekanan Sistolik – Tekanan Diastolik )
Pada trimester III, tekanan darah pada posisi telentang yang lebih tinggi dibandingkan posisi miring merupakan pertanda adanya ancaman akan terjadinya penyakit hipertensi. Dalam keadaan normal, pada posisi telentang tekanan darah justru lebih rendah dibandingkan posisi miring kekiri.
Tinggi fundus uteri 
Jarak fundus uteri diukur dengan pita pengukur (dari tepi atas simfisis sampai puncak fundus uteri ) .
Perkiraan tinggi fundus uteri diperiksa melalui palpasi abdomen (Leopold I).
Detik jantung janin
Detik Jantung Janin dapat didengarkan dengan Doppler.
Pemeriksaan DJJ meliputi frekuensi, akselerasi atau deselerasi atau keteraturan dengan menggunakan alat kardiotokografi atau diperkirakan secara tradisional dengan menggunakan fetoskop ( dihitung sebanyak 3 kali dalam jangka waktu 5 detik dan jeda selama 5 detik di kalikan 4 )
Pemeriksaan presentasi dan posisi janin
Pasien diminta mengosongkan kandung kemih dan kemudian diminta untuk berbaring telentang dengan lutut semifleksi.
Dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen dengan tehnik LEOPOLD


PEMERIKSAAN ABDOMEN 

Palpasi abdomen merupakan bagian penting dalam pemeriksaan antenatal. Ini adalah langkah paling mudah dan murah untuk menentukan adanya hambatan pertumbuhan janin, pertumbuhan berlebihan pada kasus hidramnion atau kehamilan kembar.

BATASAN LETAK JANIN

Letak : Hubungan antara sumbu panjang ibu dengan sumbu panjang janin 
Misal : Letak lintang , letak memanjang , letak oblique
Sikap : Fleksi atau defleksi ( dalam keadaan normal semua persendian janin intrauterin dalam keadaan fleksi )



clip_image002


clip_image004
Presentasi : Bagian terendah janin ( presentasi kepala , presentasi sungsang )
Posisi : Orientasi dari bagian janin (denominator) dengan panggul ibu
Ubun kecil kiri depan , sacrum kiri melintang , dagu kanan depan dsb nya
Denominator :
  • Ubun ubun kecil pada presentasi belakang kepala
  • Sacrum pada presentasi sungsang
  • Dagu pada presentasi muka


Untuk kepentingan deskripsi posisi bagian terendah janin dalam panggul maka panggul dibagi menjadi 8 bagian : 
clip_image006

LEOPOLD I
clip_image008Leopold I
  • Pemeriksan berdiri dikanan dan menghadap ke arah muka pasien
  • Kedua telapak tangan ditempatkan pada fundus uteri
  • Ditentukan tinggi fundus uteri dan ditentukan bagian janin yang berada di fundus uteri


LEOPOLD II
clip_image002[6]
Leopold II
  • Pemeriksa berdiri dikanan dan menghadap ke arah muka pasien
  • Kedua telapak tangan ditempatkan pada sisi kiri dan kanan uterus setinggi umbilikus
  • Ditentukan lokasi bagian punggung janin dan bagian-bagian kecil janin

LEOPOLD III
clip_image002[8]
Leopold III
  • Pemeriksaan ini dilakukan dengan perlahan oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien
  • Pemeriksan berdiri dikanan dan menghadap ke arah muka pasien , Bagian terendah janin dipegang diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
  • Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan apakah sudah mengalami engagemen atau belum


LEOPOLD IV
clip_image002[10]
Leopold IV
  • Pemeriksan berdiri dikanan dan menghadap ke arah kaki pasien.
  • Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
  • Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin .
PALPASI ABDOMEN PERLIMAAN UNTUK MENENTUKAN DERAJAT DESENSUS
clip_image017
Derajat desensus yang diperiksa melalui palpasi abdomen
Pada pemeriksaan palpasi abdomen , seorang pemeriksa harus dapat menjawab 6 pertanyaan penting
1. Apakah tinggi fundus uteri sesuai dengan perkiraan usia kehamilan
clip_image019
2. Apakah janin berada pada letak memanjang
clip_image021
3. Bagaimana presentasi janin dalam uterus
Presentasi adalah bagian terendah janin yang menempati bagian bawah uterus.
Pada kehamiolan sekitar 30 minggu , 25%janin berada pada presentasi sungsang.
Setelah kehamilan 32 minggu, janin normal akan berada pada presentasi kepala
clip_image023
4. Apakah janin berada pada presentasi vertex ( belakang kepala)
clip_image025
  • Fleksi kepala sempurna
  • Dagu menempel bagian depan dada
  • Bagian terendah subocciput
  • Presentasi normal pada persalinan fisiologis per vagina.
clip_image027
  • Kelainan sikap defleksi : Hiperekstensi kepala
  • Bagian terendah janin muka
  • Denominator : dagu
  • Pada dagu posterior tidak mungkin terjadi persalinan spontan pervaginam pada janin aterm
5. Bagaimana posisi janin
Posisi adalah hubungan antara bagian terendah janin (denominator ) dengan panggul ibu

clip_image029

Bila janin pada posisi posterior ( occiput berputar kearah sacrum dan muka janin berputar kedepan ) maka persalinan akan berlangsung lebih lama
Pada presentase belakang kepala (vertex) yang terjadi pada proses persalinan normal per vaginam maka ubun ubun kecil berada dibagian anterior.
clip_image031

6. Apakah kepala sudah engage
Yang dimaksud dengan engagemen adalah desensus diamater biparietal melalui pintu atas panggul
Cara paling mudah untuk menentukan jumlah bagian kepala yang masih berada diatas pintu atas panggul adalah dengan menilai berapa jari bagian kepala janin masih diatas simfisis. Bila kepala sudah engage, maka bagian kepala yang masih ada diatas simfisis adalah 2 jari ( 2/5 ) atau kurang.
clip_image033
Engagemen biasanya terjadi saat inpartu dan apakah bagian terendah sudah masuk dalam pintu atas panggul atau belum dan sampai berapa jauh masuknya bagian terendah janin (presentasi) dalam pintu atas panggul digunakan pemeriksaan Leopold IV.
clip_image035
Bagian terendah janin sudah masuk PAP Bagian terendah janin masih belum masuk PAP

PEMERIKSAAN VAGINA SELAMA KEHAMILAN

Pemeriksaan Vaginal Toucher selama kehamilan:
  • Memeriksa kemungkinan adanya tumor uterus atau ovarium
  • Identifikasi bagian terendah janin
  • Menilai maturitas servik saat kehamilan aterm
  • Menilai kapasitas panggul :
    • Menilai adanya penonjolan spina ischiadica
    • Mengukur conjugata diagonalis
    • Mengukur distansia intertuberosum
clip_image037


Mengukur conjugata diagonalis :
clip_image039


Menilai kapasitas pintu bawahpanggul : ( Distansia Interspinarum )
clip_image041